Eks Presiden Rumania Kembali Didakwa atas Revolusi 1989

Dituding terlibat dalam kejahatan kemanusiaan

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Rumania, Ion Iliescu kembali didakwa atas kasus Revolusi Rumania pada 1989 dalam persidangan, Rabu (3/8/2022). Pasalnya, ia dianggap melakukan kejahatan kemanusiaan dalam pemberontakan brutal untuk melengserkan rezim komunis di Rumania. 

Pada 2019, Iliescu sudah disidang untuk pertama kalinya lantaran dituding melakukan kebohongan kepada publik Rumania. Meskipun demikian, mantan pemimpin berusia 92 tahun itu selalu mengelak semua tudingan dan mengaku tidak bersalah dalam kasus tersebut. 

Baca Juga: Tunjukkan Dukungan NATO, Presiden Prancis Kunjungi Rumania-Moldova

1. Iliescu dianggap melakukan pembohongan publik

Pengumuman dakwaan tersebut diucapkan oleh Jaksa Agung Gabriela Scutea pada Rabu kemarin. Hal ini menyusul dari dilanjutkannya investigasi kriminal pada 21 Maret lalu, setelah Pengadilan Tinggi Rumania mengembalikan dokumen ke kejaksaan. 

Sesuai dalam tuntutan hukum itu berfokus pada kejadian antara tanggal 22-30 Desember 1989, setelah mantan diktator, Nicolae Ceauşescu meninggalkan kantor pusat Partai Komunis Rumania. 

Pihak kejaksaan mengatakan bahwa Ion Iliescu menggunakan kepopulerannya agar bisa tetap berkuasa. Ia juga dituding telah menyelewengkan opini publiik secara berulang kali dan sistematis. 

"Ion Iliescu sudah membohongi publik secara berkala, berulang kali, dan sistematis melalui penampilannya di televisi dan pernyataan resminya ketika berhasil melakukan Revolusi antara 22-30 Desember 1989. Ini adalah operasi sistematis untuk menggiring opini publik dari personel militer atas perintah Kemenhan," tuturnya, dikutip dari Romania Insider.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Trovant, Batu 'Hidup' Misterius dari Rumania

2. Beberapa orang lain ikut didakwa atas kasus kejahatan kemanusiaan

Di samping Iliescu, mantan Presiden CFSN, Gelu Voican Voiculescu, mantan Wakil Perdana Menteri, Iosif Rus, mantan pemimpin Militer, Emil Dumistrescu juga ikut dalam tudingan melakukan kejahatan kemanusiaan di Rumania. 

Kejaksaan mengklaim bahwa terdapat 12,6 juta peluru yang ditembakkan antara tanggal 22-30 Desember 1989. Tembakan itu dilakukan untuk menciptakan perasaan diteror dan menyebabkan setidaknya 862 kematian dan 2.150 orang terluka dalam insiden memilukan tersebut, dilaporkan Balkan Insight.

Keempat orang tersebut dituding bertanggung jawab atas pengrusakan kebebasan yang melanggar hukum internasional. Insiden tersebut diketahui telah mengakibatkan teror kepada masyarakat, karena mayoritas korban berjatuhan setelah lengsernya Ceauşescu. 

Baca Juga: Dipimpin Rumania, Konvensi Minamata ke-5 Akan Digelar di Jenewa

3. Revolusi Rumania jadi penanda berakhirnya rezim komunis

Revolusi Rumania 1989 dikenang sebagai peristiwa penanda berakhirnya rezim komunis di negara Eropa Timur tersebut. Insiden ini bermula di Timisoara pada 16 Desember 1989, yang kemudian menjalar ke Bukares beserta beberapa kota lain di Rumania pada 21 Desember. 

Demonstrasi besaer-besaran tersebut mengharuskan eks Presiden Ceauşescu dan istrinya meninggalkan kantor pusat Partai Komunis Rumania. Namun, usaha mereka untuk kabur ternyata gagal dan membuatnya ditangkap. Bahkan, pada hari Natal, keduanya langsung dieksekusi. 

Sementara itu, korban tewas dan terluka berjatuhan setelah terjadinya konfrontasi menyusul keputusan Nicolae Ceauşescu yang melarikan diri dari Bukares. Setelah itu, Iliescu ditunjuk sebagai presiden sementara hingga menjadi presiden sejak Mei 1990. Ia akhirnya mundur dari jabatannya pada 2004, dilaporkan Reuters.

Di samping kasus Revolusi Rumania, Iliescu yang merupakan lulusan dari Moskow juga terlibat dalam pelanggaan hak asasi manusia. Pasalnya, ia dituding menyuruh pembubaran paksa demonstrasi antipemerintah pada Juni 1990 yang mengakibatkan empat orang tewas. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya