Ilmuwan Kuba Tolak Adanya Sindrom Havana

Tidak ada bukti kuat terkait serangan Sindrom Havana

Jakarta, IDN Times - Sejumlah ilmuwan Kuba pada Senin (13/9/2021) menolak ungkapan Sindrom Havana dan menyebut tidak adanya bukti ilmiah terkait sindrom tersebut. Selama ini, penyakit misterius yang menjangkiti berbagai politisi dan dubes Amerika Serikat selalu dikaitkan dengan Sindrom Havana yang diduga berasal dari Kuba.

Pada Agustus lalu, beberapa staf kedutaan besar AS di Berlin juga mengaku terkena sindrom Havana. Bahkan AS juga sudah menugaskan CIA untuk mengungkap apa yang ada di balik sindrom misterius tersebut. 

1. Tidak bukti terkait Sindrom Havana tidak dapat diterima

Berdasarkan laporan dari Academia de Ciencias de Cuba (ACC) menyebutkan jika bukti-bukti sebagai pendukung sindrom misterius tersebut tidak memenuhi kelayakan ilmiah dan tidak dapat diterima dari berbagai komponen. Sementara ungkapan naratif itu masih bertahan hingga kini akibat adanya kejanggalan ilmu pengetahuan, di mana pengungkapan berbagai pandangan telah dipatahkan. 

Menurut dr. Mitchell Valdés-Sosa yang menjabat sebagai direktur jenderal Cuban Center for Neurosciences (CNEURO) mengungkapkan evaluasi sudah dilakukan dengan memasukkan dokumen pertama berdasarkan semua aspek yang diuji oleh ilmuwan Kuba. Bahkan pengujian itu sudah didasarkan pada informasi yang sudah diterbitkan dan mengonsultasikan dengan ilmuwan luar negeri dan laporan kepolisian dalam Kemendagri. 

Menurut para ilmuwan, bukti-bukti tersebut menunjukkan kemungkinan beberapa diplomat AS yang berada di Havana merasakan sakit lantaran berbagai kondisi kesehatan yang heterogen. Bahkan beberapa di antaranya sudah ada sebelum masuk ke Kuba dan diketahui akibat yang sederhana dan terkenal, dilansir dari OnCuba News.

2. Semua pihak dalam investigasi tidak menemukan bukti serangan Sindrom Havana 

Ilmuwan Kuba Tolak Adanya Sindrom HavanaMitchell Valdés-Sosa saat mengungkapkan terkait Sindrom Havana pada Senin (13/9/2021). (twitter.com/YunielLabacena)

Baca Juga: Veteran CIA Pimpin Penyelidikan Sindrom Havana

Ilmuwan Kuba juga mengungkapkan jika beberapa pihak memercayai bahwa Sindrom Havana memang ada dan belum terungkap hingga kini. Bahkan mereka percaya bahwa serangan ini ada dan berasal dari Havana. 

Namun empat tahun usai kejadian itu, tidak ada bukti yang menunjukkan hal itu sebagai serangan. Bahkan polisi Kuba, FBI, ataupun kepolisian Kanada tidak dapat menemukan bukti-bukti serangan kepada sejumlah diplomat di Havana, meskipun investigasi dilakukan secara intens. 

Sedangkan tudingan insiden ini masih kurang dipahami dan memunculkan teori-teori yang dikaitkan dengan senjata radiasi elektromagnetik, ultrasonik, racun atau reaksi yang berasal suara dari serangga. 

Di samping itu, ilmuwan Kuba juga menyebutkan, "Tidak ada bentuk energi tertentu yang menyebabkan kerusakan otak dalam kondisi yang digambarkan dari insiden di Sindrom Havana." Bahkan mengenai hal ini, ACC juga bersedia melakukan pengkajian ulang dengan berbagai bukti baru, dilansir dari France24

3. Sindrom Havana pertama kali ditemui pada tahun 2016 di Kuba

Sindrom Havana pertama kali ditemukan pada 2016 lalu, setelah puluhan diplomat AS dan Kanada di Kuba mengalami gejala sakit misterius. Adanya dugaan serangan tersebut membuat AS mengurangi hampir seluruh operasional kedubes AS di Kuba.

Di sisi lain, Kanada juga melakukan pengurangan jumlah diplomat di Havana pada tahun 2017. Bahkan kejadian ini menimbulkan masalah antara kedua negara dan hingga kini kedutaan besar AS di Kuba sudah ditutup, dilansir dari The Guardian.

Dilaporkan dari RT, sindrom tersebut disebut menimibulkan gejala frustasi, pusing, sakit kepala, tinitius, gangguan penglihatan dan pendengaran, hidung berdarah, vertigo serta hilangnya ingatan. Pihak AS dan Kanada berspekulasi bahwa Rusia sebagai pesaing Amerika Serikat terlibat dalam insiden ini.  

Sebelumnya penerbangan Wapres Kamala Harris dari Singapura menuju ke Hanoi sempat ditunda lantaran adanya dua pejabat AS yang terserang Sindrom Havana di Vietnam. Kemudian sindrom yang diduga berasal dari Kuba itu menyerang sejumlah diplomat dan intelijen AS di China, Jerman, Austria dan bahkan di negaranya sendiri.  Ilmuwan Kuba Tolak Adanya Sindrom Havana

Baca Juga: Lebih dari 130 Pejabat AS Diketahui Alami Sindrom Havana

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya