Intelijen Estonia Sebut Rusia sebagai Ancaman Terbesar Negara Baltik

Rusia masih punya kekuatan besar melawan negara Baltik

Jakarta, IDN Times - Badan Intelijen Luar Negeri Estonia (EFIS), pada Rabu (8/2/2023), mengungkapkan bahwa Rusia masih memiliki kekuatan besar untuk mengancam negara-negara Baltik. Meskipun konidis Rusia telah mengalami sejumlah kekalahan di Ukraina dalam beberapa pertempuran. 

Sebulan lalu, pemerintah Estonia telah memerintahkan pengurangan diplomat Rusia yang berkantor di negaranya. Keputusan ini membuat murka Rusia dan membalas dengan mengusir sejumlah diplomat negara Baltik tersebut dari Moskow. 

1. Agresivitas Rusia di Laut Baltik akan meningkat

Intelijen Estonia Sebut Rusia sebagai Ancaman Terbesar Negara BaltikTank milik militer Rusia (facebook.com/mod.mil.rus)

Pernyataan EFIS di atas dimuat dalam publikasi buku tahunan berjudul 'International Security and Estonia 2023'. Dalam buku tersebut, tertuang situasi ketegangan di kawasan Laut Baltik di tengah perang Rusia-Ukraina. 

"Keagresifan Rusia terus meningkat secara signifikan yang mengancam keamanan Estonia. Sedangkan latihan berskala besar (yang disebut) Zapad '23 kemungkinan makin menegangkan situasi di Laut Baltik," ungkap dalam buku tahunan tersebut, dikutip ERR.

"Rusia menganggap tiga negara Baltik adalah bagian dari aliansi NATO yang paling rawan. Rusia masih punya kekuatan besar yang cukup untuk memberikan tekanan militer besar di kawasan kami," tambahnya. 

Baca Juga: Rusia Resmi Usir Dubes Estonia, Diberi Deadline untuk Angkat Kaki

2. Rusia belum mau menyerah dalam pertempuran di Ukraina

Intelijen Estonia Sebut Rusia sebagai Ancaman Terbesar Negara BaltikTank milik angkatan bersenjata Rusia. (twitter.com/mod_russia)

Publikasi tersebut juga menyebutkan bahwa Rusia masih belum mau menyerah untuk mewujudkan misinya di Ukraina. Kendati mendapat perlawanan besar dan mengalami kekalahan dalam beberapa pertempuran. 

Kremlin juga percaya bahwa ini merupakan waktu yang tepat dan kemenangan memihak padanya. Maka, mereka hanya butuh meningkatkan tekadnya dalam bertempur secara terus menerus dan dalam waktu yang lama. 

Kepala EFIS, Kaupo Rosin, mengungkapkan bahwa buku tahunan pada 2022 tepat memprediksi pecahnya konflik antara Rusia dan Ukraina. 

"Dalam laporan tahun lalu, kami menulis bahwa Rusia akan menciptakan kondisi dan kapabilitas untuk melancarakan serangan ofensif berskala besar melawan Ukraina pada paruh kedua bulan Februari 2022. Sayangnya, prediksi ini memang benar-benar terjadi," papar Rosin. 

3. Estonia dan Swedia setujui kerja sama pertahanan di Laut Baltik

Pada Selasa (7/2/2023), Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson dan Presiden Estonia Alar Karis bertemu di Kadriorg. Pertemuan itu sebagai bentuk permintaan dukungan dari Swedia kepada Estonia untuk memuluskan jalan menjadi anggota NATO. 

"Perluasan NATO di utara Laut Baltik adalah kepentingan strategis aliansi dan keamanan di kawasan Laut Baltik sebagai keseluruhan. Kami ingin Estonia dan Swedia bekerja sama dalam kepentingan pertahanan dan keamanan," papar Karis, dikutip The Baltic Times.

"Estonia dan Swedia berpikir sama bahwa kami ingin menemukan jalan untuk memperkuat identitas Nordik-Baltik dan kooperasi yang menyatukan kami. Ketika kami bersama, upaya negara-negara di kawasan ini akan lebih efektif dalam memastikan keamanan dan mendukung Ukraina mempertahankan kemerdekaannya dari Rusia," tambah dia. 

Karis rencananya juga akan berkunjung ke dua kota di Swedia, Lund dan Malmo pada April nanti. Sesuai rencananya, ia akan membawa delegasi dari peneliti, pebisnis, dan rektor universitas dalam pertemuan untuk memperkuat relasi di bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, dan inovasi.

Baca Juga: Estonia Deklarasikan Rusia sebagai Rezim Teroris!

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya