Jerman Bantu Moldova hingga Rp878 M untuk Tangani Krisis Energi

Moldova dihantui krisis energi dan keamanan

Jakarta, IDN Times - Kanselir Jerman, Olaf Scholz, pada Jumat (23/9/2022) mengungkapkan kesiapannya membantu Moldova dalam menangani krisis energi. Pasalnya, Moldova merasakan dampak besar inflasi dan kenaikan harga bahan bakar minyak di tengah perang Rusia-Ukraina.

Pekan ini, Presiden Maia Sandu mendapatkan protes besar-besaran dari oposisi dan ribuan massa atas inflasi di negaranya. Belum lagi, negara Eropa Timur itu terus dibayangi ancaman pemutusan pasokan energi dari Rusia. 

1. Pemerintah Jerman akan donasikan Rp878 miliar ke Moldova

Keterangan di atas disampaikan Scholz ketika bertemu langsung dengan Maia Sandu di Berlin pada Jumat. Keduanya mendiskusikan soal perkembangan terakhir di Moldova dan  sekitarnya di tengah berkecamuknya perang Rusia-Ukraina. 

Dalam pertemuan tersebut, Kementerian Pembangunan Jerman mengatakan akan memberikan bantuan tambahan kepada Moldova sebesar 60 juta euro (Rp878,9 miliar). Dana tersebut nantinya berguna menangani krisis energi di negara Eropa Timur tersebut. 

Dilaporkan Deutsche Welle, Menteri Pembangunan Jerman, Svenja Schulze, mengapresiasi langkah cepat Moldova untuk melakukan reformasi agar dapat menjadi anggota Uni Eropa. 

"Ini pencapain besar seberapa cepat dan matangnya pemerintah Moldova dalam melakukan reformasi yudisial dan adminstrasi dalam tahun pertama. Sekarang, yang penting adalah harus melewati musim dingin dengan aman dan menstabilkan beban negara" tulisnya melalui Twitter. 

Baca Juga: Meski Rusia Pangkas Pasokan, Cadangan Gas Jerman Lebih dari 90 Persen

2. Moldova khawatir dibanjiri pengungsi Ukraina akibat mobilisasi Rusia

Di samping masalah energi, Moldova juga dikhawatirkan soal mobilisasi militer di Rusia. Kebijakan itu akan berdampak kepada negaranya, sebab menjadi tanda dimulainya babak baru perang di Ukraina yang akan menambah jumlah pengungsi di Moldova. 

"Kami tidak melihat adanya ancaman langsung ke Moldova, tapi ini bukan berarti mobilisasi parsial dari Rusia tidak membuat kami khawatir. 300 ribu orang adalah jumlah yang besar. Ini akan memulai eskalasi baru jika Anda memobilisasi 300 ribu pasukan di garis depan," ungkap Igor Grosu selaku juru bicara Parlemen Moldova. 

Grosu menambahkan, Presiden Sandu akan mengadakan pertemuan dengan Dewan Keamanan, militer dan agensi keamanan untuk menilai risiko dan skenario yang mungkin terjadi. Nanti akan diketahui seberapa besar dampak mobilisasi ini di Odessa dan Mykolaiv. 

"Ukraina dan pakar militer internasional mengatakan bahwa tidak ada bahaya di Odessa. Maka dari itu, hal pertama yang akan mendatangi kita adalah gelombang pengungsi baru asal Ukraina," sambungnya. 

3. Sandu tegaskan agar Rusia menarik pasukannya di Transnistria

Sementara itu, Presiden Sandu yang hadir dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-77 di New York menyampaikan agar militer Rusia segera meninggalkan Transnistria. Ia juga menyuruh Rusia agar menghancurkan depot amunisi di Kobasna. 

"Kami menyerukan penarikan tanpa syarat seluruh pasukan Rusia, kami menyerukan penghancuran depor amunisi di Kobasna, yang mengancam keamanan dan lingkungan di wilayah kami secara keseluruhan," papar Sandu, dikutip Ukrinform.

"Keberadaan pasukan bersenjata Rusia di Transnistria adalah ilegal. Itu melawan netralitas kami, serta meningkatkan risiko keamanan. Kami sudah bekerja keras dari sebelumnya untuk melanjutkan keamanan dari dua tepian Sungai Dniester. Kami sudah berusaha yang terbaik untuk memastikan semua rakyat Moldova, termasuk yang tinggal di wilayah pecahan, agar melanjutkan kedamaian" tekannya. 

Baca Juga: Gegara BBM Naik, 20 Ribu Warga Moldova Demo Tuntut Presiden Mundur

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya