Kamboja: PM Hun Sen Berencana Serahkan Jabatan ke Anaknya

Hun Sen adalah salah satu diktator terlama

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen pada Kamis (2/12/2021) secara kontroversial mengungkapkan bahwa ia akan menyerahkan jabatannya ke anak pertamanya. Pasalnya, Hun Sen sudah memimpin negara Asia Tenggara itu lebih dari tiga dekade lamanya. 

Di samping dugaan berniat membangun politik dinasti, Hun Sen juga dikenal sebagai sosok diktator yang menganut otoritarianisme. Bahkan, seorang anak remaja autis juga dijebloskan ke dalam penjara lantaran melontarkan kritik kepada Pemerintah Kamboja. 

1. Hun Sen mengakui bahwa ia akan membangun politik dinasti

Pernyataan Hun Sen diucapkan ketika sedang menghadiri acara peresmian fasilitas pengolahan air limbah dengan proyek senilai 300 juta dolar AS (Rp4,3 triliun) di Sihanoukville. Pemimpin berusia 69 tahun itu mengatakan bahwa anak sulungnya, Hun Manet akan menggantikan kedudukannya. 

"Saya mengumumkan pada hari ini bahwa saya mendukung anak saya untuk menjadi pengganti perdana menteri Kamboja selanjutnya. Namun, ia harus melalui proses pemilihan umum, tidak ada maksud dan cara lainnya" ujar Hun Sen, sesuai dalam laman Vice

Dilansir dari Reuters, Hun Sen juga membela idenya untuk membangun politik dinasti di Kamboja dan mengatakan bahwa itu merupakan hal yang biasa. 

"Di Jepang juga memiliki dinasti tersendiri, seperti halnya Perdana Menteri Shinzo Abe. Kakenya juga pernah menjabat sebagai perdana menteri dan ia berkunjung ke Kamboja. Ayah Abe juga merupakan menteri luar negeri dan Abe adalah seorang perdana menteri pada saat itu" tambahnya. 

2. Hun Manet direncanakan akan ikut dalam pemilu 2023

Baca Juga: AS Denda Pejabat Kamboja Soal Pembangunan Pangkalan Militer China

France24 melaporkan, anak Hun Sen yang bernama Hun Manet (44) merupakan personel militer dan menjabat sebagai deputi komandan sekaligus komandan infantri dalam Tentara Kerajaan Kamboja (RCAF). Manet direncanakan akan mengikuti pemilu pada tahun 2023 mendatang. 

Hun Manet merupakan lulusan dari Akademi Militer Amerika Serikat di West Point, New York tahun 1999 dan memperoleh gelar doktorat di bidang ekonomi dari University of Bristol di Inggris. 

Di sisi lain, pada pemilu 2018 lalu, partai yang dipimpin Hun Sen, yakni Partai Rakyat Kamboja (CCP) berhasil memenangkan seluruh kursi dalam parlemen. Kemenangan itu berhasil diraih setelah Mahkamah Agung membubarkan partai oposisi utama, Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNPR). 

Dikutip dari Vice, pada Juni 2020 lalu, Hun Sen juga mengatakan bahwa ia ingin memimpin selama sepuluh tahun lagi. Sedangkan, penunjukkan Hun Sen kepada anaknya disebut dapat menjamin posisi Manet untuk menjadi seorang perdana menteri. 

3. Pihak oposisi menyebut tindakan Hun Sen untuk mencari impunitas

Dikutip dari Reuters, pemimpin oposisi Sam Rainsy mengatakan bila keputusan Hun Sen untuk mempromosikan Hun Manet membuktikan bahwa ia takut kehilangan impunitasnya saat ia sudah tidak memimpin negara ini. Sementara, misi Hun Manet adalah untuk melindungi ayahnya. 

Rainsy juga mengatakan bahwa rencana yang akan dilakukan oleh Hun Sen tidak akan berhasil dan dipastikan gagal karena Kamboja bukan merupakan properti pribadi milik keluarga Hun dan bukan juga Korea Utara. 

Negara-negara Barat selama ini mengecam Hun Sen lantaran dituding melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Selain itu, perdana menteri yang sudah memimpin Kamboja selama 36 tahun itu dituding berusaha menyingkirkan oposisi, organisasi HAM dan media independen. 

Baca Juga: Kamboja Mulai Vaksinasi Anak 5-11 Tahun Bulan Ini, Indonesia Kapan?

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya