Kazakhstan Ingin Alihkan Rute Ekspor Migas Akibat Pemblokiran Rusia

Hubungan Rusia-Kazakhstan semakin memburuk

Jakarta, IDN Times - Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, pada Kamis (7/7/2022) mengatakan bahwa negaranya akan mendiversifikasi rute pipa ekspor minyak bumi. Hal ini menanggapi aksi pemblokiran yang digulirkan oleh Pengadilan Rusia dalam waktu 30 hari ke depan. 

Tindakan ini semakin meningkatkan tensi antara Rusia dan Kazakhstan, setelah berlangsungnya invasi Rusia ke Ukraina. Pasalnya, Presiden Kazakhstan menolak mengakui Republik Rakyat Luhansk dan Donetsk, yang mendapat dukungan penuh dari Rusia dalam acara St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF). 

"Atas alasan ini, kami tidak akan mengakui Taiwan, Kosovo, Ossetia Selatan atau Abkhazia. Rupanya, prinsip ini akan diterapkan pada teritori proto-negara yang menurut opini kami termasuk Luhansk dan Donetsk," tutur Tokayev, dikutip Caspian News

1. Tokayev inginkan penambahan rute pipa migas melalui Laut Kaspia

Sesuai keterangannya, Tokayev menginginkan penambahan rute suplai migasnya yang saat ini harus lewat teritori Rusia ke terminal di Laut Hitam. Presiden berusia 69 tahun itu juga mengaku tertarik untuk membangun sistem transportasi alternatif migas lewat Laut Kaspia. 

"Saya menginstruksikan perusahaan migas negara, KazMunaiGaz, untuk mengerjakan opsi terbaik dalam implementasi proyek ini. Dalam proyek ini juga menghadirkan investor yang ikut bekerja sama dalam proyek di Tengiz," tutur Tokayev, dilansir Eurasianet

Tengiz merupakan ladang minyak di bagian barat Kazakhstan yang sedang dikerjakan oleh konsorsium Tengizchevroil. Konsorsium itu terdiri dari 50 persen saham dari Chevron, 25 persen dari ExxonMobil, dan KazMunaiGaz yang memiliki saham 20 persen. 

Selain itu, Tokayev yang tidak menyebut Rusia secara langsung mengungkapkan bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk membangun rute ekspor Kaspia. Ia juga menyebut ini disebabkan masalah terakhir soal pipa CPC (Caspian Pipeline Consortium). 

Baca Juga: Profil Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Kazakhstan yang Gemar Sastra

2. Rusia memblokir akses migas Kazakhstan lewat pipa CPC

Pengadilan Rusia, pada 6 Juli, resmi menangguhkan pengiriman minyak dan gas melalui pipa CPC. Keputusan ini dilakukan menyusul pihak Rusia yang menginstruksikan inspeksi fasilitas pengiriman migas yang sebagian dimiliki perusahaan Amerika Serikat (AS) tersebut. 

Sebelumnya, Rusia sudah memberikan waktu sampai 30 November bagi konsorsium itu untuk memperbaiki pelanggaran yang dilakukan dan menangani kasus kebocoran minyak. Tetapi, otoritas regional tanpa disangka menginginkan penutupan terminal tersebut, dilansir RFE/RL

Dilaporkan Reuters, CPC mengaku sudah mengajukan banding kepada pengadilan terkait penutupan terminal di pesisir Laut Hitam, Novorossiisk. Pihak CPC menekankan bahwa penangguhan aliran migas ini dapat mengakibatkan konsekuensi yang buruk bagi pipa tersebut. 

Pipa CPC sudah menjadi perhatian khusus Rusia setelah berlangsungnya invasi Ukraina pada Februari lalu. Pasalnya, negara-negara Barat sudah memberlakukan sanksi kepada industri minyak Rusia dan pipa tersebut jadi salah satu sumber aliran gas ke Uni Eropa. 

3. Kazakhstan bersedia bantu Uni Eropa untuk menstabilkan harga migas

Pemblokiran oleh Rusia ini dilakukan setelah Kassym-Jomart Tokayev berjanji untuk membantu Uni Eropa menstabilkan pasar energi global. Selain itu, penutupan ekspor migas dari Kazakhstan diketahui akan menyebabkan kerugian besar terhadap perekonomian negara Asia Tengah itu. 

PM Kazakhstan, Alikhan Smailov mengadakan pertemuan mendadak kabinet untuk mengurangi dampak negatif dari pemblokiran pipa CPC. Meskipun demikian, tidak ada satu pun instruksi yang disetujui Smailov yang diumumkan ke publik. 

Kasus ini menjadi ketiga kalinya Kazakhstan terganjal akses ke pipa CPC sepanjang tahun ini. Pasalnya, dua per tiga seluruh ekspor migas Kazakhstan harus dialirkan melalui pipa tersebut, dilaporkan dari Eurasianet

Sementara itu, di bawah kepemimpinan Kassym-Jomart Tokayev, Kazakhstan berusaha untuk mengimbangi hubungan dengan Rusia, China, dan Barat. Meski begitu, Kazakhstan masih menjadi anggota persekutuan yang dipimpin Rusia, yakni EEU (Eurasian Economic Union) dan CSTO (Collective Security Treaty Organisation). 

Baca Juga: Profil Nursultan Nazarbayev, Presiden Pertama Kazakhstan 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya