Kuba Dituduh Izinkan China Mendirikan Fasilitas Intelijen di Negaranya

Disebut untuk memata-matai AS

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Kuba, pada Kamis (8/6/2023), disebut sedang membicarakan terkait kemungkinan pembangunan pangkalan militer dan intelijen China di negaranya. Tedapat dugaan bahwa pangkalan tersebut berfungsi untuk memata-matai Amerika Serikat (AS). 

Kabar ini terkuak jelang kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, ke Beijing beberapa minggu ke depan. Tandangan ini sebenarnya sudah dijadwalkan pada Februari, tapi insiden balon udara China membuat Blinken mengurungkan niatnya. 

1. AS terus berhati-hati dengan keamanan kawasan

Dikutip Politico, China dan Kuba telah mencapai kesepakatan rahasia. Beijing akan membayar Havana hingga miliaran dolar AS untuk membangun fasilitas tersebut. 

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, belum mengonfirmasi terkait negosiasi antara China-Kuba. Namun, ia menyatakan terus memperhatikan gerak-gerik China di sekitar negaranya. 

"Laporan tersebut masih belum bisa dipastikan kebenarannya. Kami tetap percaya diri bahwa kami dapat memenuhi semua komitmen keamanan kami di dalam negeri dan di seluruh kawasan," katanya. 

Senator Mark Warner dan Marco Rubio mengungkapkan bahwa kabar tersebut benar-benar mengganggu. Mereka menganggap tindakan China tidak dapat diterima apabila memang sengaja mendirikan fasilitas intelijen di dekat teritori AS. 

"Kami mendesak pemerintahan (Presiden) Joe Biden untuk segera bergerak dalam mencegah ancaman serius terhadap keamanan nasional dan kedaulatan negara," sambungnya. 

Baca Juga: AS Sebut Kuba Tidak Mau Bekerja Sama Penuh Lawan Terorisme

2. Kuba tolak kabar pendirian pangkalan militer China di negaranya

Wakil Menteri Luar Negeri Kuba, Carlos Fernandez de Cossio, menampik laporan pembangunan fasilitas intelijen China yang pertama kali dilaporkan oleh The Wall Street Journal. Ia menegaskan bahwa Kuba tidak mungkin melakukannya karena termasuk negara yang menandatangani Deklarasi Zona Perdamaian Amerika Latin sejak 2014. 

"Sesuai pandangan yang kami setujui, kami menolak keberadaan militer asing di Amerika Latin dan Karibia," terang Cossio, dikutip Telesur.

"Tuduhan ini adalah kebohongan dan tudingan tanpa bukti. Mereka adalah pembohong yang mempromosikan intensi licik dengan menjustifikasi intensifikasi blokade, pengrusakan stabilitas, dan agresi kepada Kuba dan mengubah opini publik di AS dan seluruh dunia," tambahnya. 

Cossio pun mengecam pangkalan militer AS di Provinsi Guantanamo yang diklaim mencaplok sebagian teritori Kuba secara ilegal. 

3. Relasi AS dengan Kuba dan China belum membaik

Kabar ini terungkap ketika hubungan Washington-Beijing mencapai titik terendah, setelah insiden balon mata-mata China di AS dan manuver pesawat tempur China terhadap militer AS di Laut China Selatan. 

Pekan lalu, Menteri Pertahanan China Li Shangfu menolak bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Singapura. Ia meminta agar AS berhenti beroperasi di sekitar perairan China. 

"Cara terbaik untuk menghentikan ini adalah dengan pesawat dan kapal milik AS tidak mendekat ke perairan dan wilayah udara kami. Perhatikan teritori perairan dan udaramu, maka tidak ada lagi masalah," ungkap Li Shangfu, dilansir CNN.

Di sisi lain, pemerintahan Biden juga tidak melakukan banyak upaya untuk meningkatkan relasi dengan Kuba. Kedua negara hanya melanjutkan dialog bilateral terkait kepentingan migrasi

Baca Juga: Ditutup Sejak 2017, AS Akhirnya Buka Layanan Visa-Konsuler di Kuba

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya