Moldova Khawatir Ancaman Perang Hybrid dari Rusia
suasana demonstrasi di Chisinau, Moldova, Minggu (19/2/2023) (facebook.com/ilanshorofficial)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Moldova Anatolie Nosatii, pada Senin (13/3/2023), khawatir soal ancaman serangan hybrid Rusia di negaranya. Ia menyebut bahwa Kremlin masih terus mengincar pelengseran pemerintahan pro-Barat di Moldova.
Belakangan ini, Moldova terus dilanda demonstrasi yang menuntut Presiden Maia Sandu mundur dari jabatannya. Aksi protes yang diorganisir Partai Shor itu diduga ditumpangi oleh Rusia, untuk menggoyahkan pemerintahan Moldova dan menggantinya dengan politikus pro-Rusia.
1. Moldova akan terus digempur informasi menyimpang dari Rusia
Nosatii mengungkapkan dalam wawancaranya dengan AFP, Moldova saat ini belum menghadapi bahaya serangan militer dari Rusia. Namun, ia memperingatkan adanya perang hybrid dari Rusia yang mengancam negaranya.
"Bahaya serangan militer langsung melawan Moldova masih belum ada, tapi masih ada beberapa bahaya yang akan berdampak pada keamanan negara, yakni perang hybrid dari Rusia," terang Nosatii, dikutip The Moscow Times.
"Dengan meningkatkan disinformasi melawan Moldova, tensi di dalam masyarakat akan memanas. Rusia berupaya mengubah arah politik, merusak stabilitas, dan melengserkan pemerintahan negara," sambungnya.
Baca Juga: Moldova Ajukan Bahasa Rumania sebagai Bahasa Nasional
2. Polisi sukses tangkap terduga agen asing di Moldova
Editor’s picks
Kepala Polisi Moldova Viorel Cernăuțeanu, pada Minggu (12/3/2023), mengungkapkan bahwa jajarannya berhasil menggagalkan upaya kudeta di Chisinau. Ia pun berhasil menangkap tujuh orang yang diduga sebagai agen asing yang menyamar.
Otoritas juga menyebut bahwa 54 orang sudah ditangkap di tengah demonstrasi besar yang dihadiri hingga 4.500 demonstran. Aparat keamanan sudah mendirikan barikade dan melarang masuk bus ke area gedung pemerintahan di Chisinau.
Polisi pun mengungkapkan bahwa demonstran menerima imbalan hingga 10 ribu dolar AS (Rp153 juta) untuk ikut dalam demonstrasi anti-pemerintah, dilaporkan Politico.
Dilansir Reuters, pemimpin Kepresidenan Moldova Andrei Spinu mengecam demonstrasi tersebut dan menyebutnya bukan sebuah protes. Malinkan upaya dari Rusia untuk merusak stabilitas Moldova.
3. AS sebut Rusia akan terus melemahkan pemerintahan Moldova
Amerika Serikat (AS) sudah memperingatkan ihwal ancaman Rusia merusak stabilitas di Moldova. Ia menambahkan bahwa Rusia akan terus berusaha melemahkan pemerintah Moldova.
"Seiring keinginan Moldova untuk berintegrasi ke Eropa, kami percaya bahwa Rusia melancarkan opsi untuk melemahkan pemerintahan Moldova dengan tujuan mendirikan administrasi yang bersahabat dengan Rusia," kata Koordinator Komunikasi Gedung Putih, John Kirby, dikutip Associated Press.
"Rusia berusaha menyebarkan informasi menyimpang terkait stabilitas di Moldova secara keseluruhan. Saya juga menyatakan bahwa tuduhan serangan Ukraina ke Transnistria tidak ditemukan dan menympang. Pernyataan itu didasarkan pada informasi yang salah," tambahnya.
Baca Juga: Warga Moldova Demo, Mau Pemerintah Pro-Barat Mundur: Rusia Datanglah!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Berita Terkini Lainnya
