Parlemen Latvia Beri Jalan untuk Penghancuran Monumen Soviet di Riga

Demi melupakan kenangan pendudukan Soviet di Latvia

Jakarta, IDN Times - Parlemen Latvia pada Kamis (12/5/2022), menyetujui izin penghancuran monumen Uni Soviet di ibu kota Riga. Keputusan ini sebagai langkah untuk melupakan masa pendudukan Soviet di masa lalu sekaligus memprotes invasi Rusia ke Ukraina. 

Keputusan ini setelah adanya peringatan Hari Kemenangan di Taman Uzvaras pada Senin (9/5/2022), yang dilakukan oleh minoritas etnis Rusia di Latvia. Pasalnya, para warga tetap berkumpul dan menggelar peringatan, meski sudah dilarang oleh pemerintah setempat. 

Bahkan, Dubes Rusia di Latvia, Mikhail Vanin juga hadir di area monumen tersebut untuk ikut memperingati perayaan Hari Kemenangan. Namun, diketahui terdapat 13 orang yang ditahan oleh aparat keamanan terkait acara itu lantaran melanggar aturan yang berlaku. 

Baca Juga: Dukung Invasi, Puluhan Selebritas Rusia Masuk dalam Black List Latvia

1. Parlemen Latvia setuju menangguhkan perjanjian antara Latvia dan Rusia

Keputusan ini sesuai voting amandemen hukum persetujuan antara Republik Latvia dan Federasi Rusia yang ditandatangani pada 30 April 1994. Proses amandemen sudah disetujui oleh 68 anggota Parlemen Latvia atau dikenal dengan Saeima. Sedangkan hanya 18 anggota dari partai oposisi yang menolak rencana tersebut. 

Sementara itu, amandemen ini bermaksud untuk menangguhkan fungsi Pasal 13 dari persetujuan antara Republik Latvia dan Federasi Rusia terkait perlindungan sosial dari pensiunan militer beserta keluarganya yang tinggal di Latvia. Selain itu, Latvia diharuskan melindungi monumen bersejarah bekas Soviet di negaranya. 

Penundaan hukum Pasal 13 yang sesuai jadwalnya dimulai pada 16 Mei 2022 dan akan dihentikan setelah Rusia menghentikan agresinya di Ukraina. Pemerintah Latvia juga meminta Rusia menarik pasukannya dan mengembalikan integritas sosial dan kedautalan Ukraina, dilaporkan LSM

Tak hanya itu saja, Latvia juga menuding Rusia telah melanggar hukum internasional dan mendesaknya untuk memberikan kompensasi atas kerusakan, kerugian, dan kejahatan perang yang telah dilakukan kepada warga Ukraina. 

Baca Juga: Anggota Parlemen Latvia Ikut Jadi Relawan Perang di Ukraina

2. Pemerintah Riga bersedia menghancurkan monumen Soviet di Taman Uzvaras

Menanggapi keputusan dari Saeima, Parlemen Riga pada Jumat (13/5/2022), juga menyetujui untuk menghancurkan monumen bekas peninggalan Soviet di Taman Uzvaras tersebut. Keputusan ini disetujui oleh 39 anggota parlemen dan hanya 13 orang yang menolak usulan tersebut. 

Di sisi lain, Wali Kota Mārtiņš Staķis mengatakan atas keputusan parlemen ini, nantinya Badan Monumen Riga juga akan menilai berapa biaya untuk menghancurkan monumen tersebut. Kendati demikian, ia menyebut biaya penghancurkan monumen itu tidaklah murah. 

Staķis juga menambahkan bahwa penghancurkan monumen di Taman Uzvaras tidak hanya untuk kepentingan Kota Riga, tetapi juga kepentingan nasional. Banyak warga yang berkata mereka tidak ingin melihat monumen peninggalan Soviet yang diasosiasikan dengan Uni Soviet atau Rusia. 

Wakil Wali Kota, Vilnis Ķirsis juga menyebut bahwa monumen itu dianggap sebagai glorifikasi terhadap Tentara Merah yang dua kali mengokupansi Latvia. Maka dari itu, masyarakat Latvia menganggap monumen itu sebagai monumen okupansi. 

Baca Juga: 5 Fakta Sejarah Runtuhnya Uni Soviet, Akibat Ekonomi hingga NATO

3. Monumen Soviet di Latvia menjadi sumber ketegangan dengan Rusia

Monumen peninggalan Soviet di Riga selama ini menjadi sumber ketegangan Latvia dan Rusia selama bertahun-tahun. Monumen setinggi 80 meter itu diketahui yang terdiri dari batu dan patung yang terbuat dari perunggu dan berdiri di tengah Taman Uzavaras.

Setiap tanggal 9 Mei, Kedubes Rusia di Riga menggelar acara peringatan dan konser di monumen tersebut untuk memperingati kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Acara itu umumnya didatangi oleh warga minoritas etnis Rusia yang tinggal di Latvia. 

Pasalnya, setelah memerdekakan diri dari Uni Soviet pada 1991, negara Baltik ini bergabung dengan Uni Eropa dan NATO. Latvia juga meresmikan hukum untuk menjauhkan diri dari pengaruh Rusia dan menjunjung bahasa dan budaya Latvia. 

Keputusan untuk menghancurkan monumen tersebut menuai protes dari warga minoritas Rusia di Latvia. Mereka menggulirkan protes di Riga agar pemerintah mengurungkan niatnya. Bahkan, demonstrasi juga terjadi di Kedubes Latvia di Moskow, dilaporkan dari RFE/RL.

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya