Pemilihan Presiden Moldova Dibayangi Pengaruh Rusia dan Uni Eropa

Apakah Dodon akan terpilih kembali?

Chisinau, IDN Times - Moldova baru saja melangsungkan pemilihan presiden pada hari Minggu (01/11). Pada pemilihan presiden kali ini mempertemukan dua calon kuat yang berbeda haluan, di mana pemimpin incumben Igor Dodon yang pro Rusia dan calon presiden Maia Shandu yang pro terhadap Uni Eropa. 

Meskipun tergolong negara miskin dan kecil dengan penduduk hanya sebesar 3,5 juta jiwa. Pilpres di Moldova kali ini begitu penting karena menjadi penentu arah dan pandangan negara pecahan Uni Soviet tersebut kedepannya.

1. Pilpres dilaksanakan di tengah pandemi COVID-19

Pemilihan presiden Moldova sudah dilaksanakan pada hari Minggu (01/10) mulai pukul 07.00 waktu setempat. Serta terdapat lebih dari 2004 tempat pemungutan suara di seluruh pelosok negara dan ketika berada di tengah situasi pandemi COVID-19. 

Selain itu, tempat pemungutan suara juga disediakan di lebih dari 26 negara untuk membantu warga Moldova yang ada di luar negeri. Seperti di Rusia yang menjadi tempat terbesar tujuan pekerja asal Moldova menyediakan 17 tempat pemungutan suara, dikutip dari TASS

Sementara itu dalam pemilihan presiden kali ini, terdapat delapan calon yang bertarung memperebutkan kursi nomor satu di Moldova. Mengutip dari Europe Elects, hasil perhitungan sementara menunjukkan apabila Igor Dodon unggul dengan suara sebesar 40,9 persen dan Maia Shandu sebesar 34,6 persen. 

2. Mendapatkan perhatian khusus dari Moskow

Melansir dari The Moscow Times, Presiden Rusia, Vladimir Putin sebelumnya sudah mengungkapkan apabila berharap warga Moldova kembali memilih Igor Dodon dalam pemilu kali ini. Berdasarkan analis bernama Valeriu Pasa mengatakan bahwa "Pemerintahan Moldova saat ini sangat loyal pada Kremlin".

Bahkan sebelumnya Rusia telah menuduh Amerika Serikat merencanakan revolusi di Moldova. Menurut Kepala Intelijen Rusia, Sergei Naryshkin menuduh Washington tengah mengajak oposisi Moldova untuk turun ke jalan setelah berjalannya pemilu dan menyuarakan diadakannya pemilu ulang.

Baca Juga: Dubes Apresiasi Mahasiswa Indonesia di Moskow Bentuk Satgas COVID-19

3. Dipecah antara pendukung pro Rusia dan Uni Eropa

Moldova merupakan negara kecil bekas pecahan Uni Soviet yang diapit oleh Ukraina dan Romania serta sudah dipecah antara pendukung pro Rusia dan Barat. Lama berada di bawah pemerintahan Uni Soviet membuat negara ini memiliki hubungan yang kuat dengan Moskow. Sehingga masih banyak warga yang menaruh simpati dan dukungannya terhadap pemerintah Rusia. 

Sementara itu, Moldova juga memiliki kedekatan dengan Romania yang tergabung dengan Uni Eropa, bahkan bahasa aslinya menggunakan Bahasa Romania. Maka dari itu, banyak pula masyarakat Moldova yang menginginkan negaranya bergabung dengan Uni Eropa, dilansir dari DW.

Baca Juga: Dubes Apresiasi Mahasiswa Indonesia di Moskow Bentuk Satgas COVID-19

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya