Pemilu Parlementer Kazakhstan Diwarnai Aksi Demonstrasi

Pemilu dianggap tidak bebas dan adil

Nur-Sultan, IDN Times - Puluhan warga di Kazakhstan lakukan demo untuk mendukung pihak oposisi menentang pemilihan umum parlementer di negaranya. Bahkan Partai Nasional Sosial Demokratik (NSDP) yang merupakan partai oposisi sudah menolak untuk ikut serta dalam pemilu sejak November lalu. 

Aksi demontrasi ini bertepatan saat diselanggarakannya pemilu parlementer pada hari Minggu (10/01) yang hanya diikuti oleh empat partai di Kazakhstan dan kesemuanya merupakan pendukung pemerintahan. 

1. Ditahannya puluhan pendukung partai oposisi

Pemilihan umum parlementer di Kazakhstan sudah resmi digelar pada hari Minggu (10/01) yang diikuti oleh lima partai di negara Asia Tengah tersebut. Namun saat gelaran pemilu kemarin terdapat boikot dan tidak ikutnya satu partai oposisi bernama Partai Nasional Sosial Demokratik (NSDP) karena menganggap pemilu tidak terbuka dan adil.

Selain itu, warga pendukung partai oposisi turut melangsungkan aksi demonstrasi di tengah berlangsungnya pemilihan umum di Ibukota Nur Sultan dan kota terbesar di Kazakhstan, Almaty. Mereka menyuarakan kata boikot dan menyerukan Nazarbayev untuk pergi, dilansir dari Daily Sabah

Menanggapi aksi protes tersebut polisi langsung menangkap lebih dari 30 warga yang terlibat aksi demo. Kemudian Deputi Kementerian Dalam Negeri, Arystangani Zapparov mengatakan apabila seluruh pendemo yang ditangkap sudah dibebaskan tanpa dikenai hukuman, dilaporkan dalam AP News

2. Partai penguasa tetap unggul dalam pemilu

Hasil sementara pemilu parlementer kemarin menunjukkan Partai Nur Otan yang sudah lama menjadi partai penguasa di Kazakhstan tetap unggul. Diketahui terdapat 72 persen voting memilih partai yang diusung oleh Nursultan Nazarbayev yang sudah memimpin Kazakhstan sejak tahun 1991 untuk kembali berkuasa dalam parlemen. 

Sementara kelima partai lain yang ikut serta dalam pemilihan umum kali ini termasuk pro terhadap pemerintahan. Sehingga diprediksi Nur Otan akan tetap memiliki kuasa penuh di negara pecahan Uni Soviet tersebut, dikutip dari Euronews

Baca Juga: Kasus Mirip Virus Corona di Kazakhstan Dicatat WHO sebagai COVID-19

3. Kazakhstan dituding tidak pernah menyelenggarakan pemilu secara jujur

Melansir dari The Strait Times, pemilihan umum kali ini menjadi yang pertama diselenggarakan di bawah kepemimpinan Presiden Kassym-Jomart Tokayev yang baru menjabat sejak tahun 2019. Ia menggantikan mantan presiden Nursultan Nazarbayev yang sudah memimpin Kazakhstan sejak pecah dari Uni Soviet. 

Meskipun sudah Nazarbayev sudah mengundurkan diri dari jabatannya, tapi pengaruhnya dalam masyarakat Kazakhstan masih begitu kuat. Di samping itu, ia juga masih memiliki pengaruh kuat dalam Badan Keamanan Nasional Kazakhstan. 

Bahkan selama ini sejumlah pengamat pemilu dari negara-negara Barat tidak pernah menganggap pemilu di negara kaya minyak dan gas tersebut diselenggarakan secara bebas dan adil. Dikatakan bahwa pemilu setempat selalu dikontrol ketat oleh pemerintah. 

Baca Juga: 5 Fakta Tentang Kazakhstan, Negara dengan Masyarakat Gemar Makan Kuda

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya