Pemimpin Pussy Riot Kabur dari Rusia Pakai Baju Kurir Makanan

Ratusan aktivis kabur dari Rusia usai invasi Ukraina

Jakarta, IDN Times - Pemimpin Pussy Riot, Maria Alyokhina, telah memutuskan pergi dari Rusia menuju ke Lithuania. Menariknya, salah satu penyanyi dalam band musik rock Rusia itu menggunakan jaket kurir makanan untuk mengelabuhi para penjaga dan aparat kepolisian. 

Selama ini, Pussy Riot dikenal sebagai grup band yang sering melayangkan kritikan pedas kepada Pemerintah Rusia yang dipimpin Vladimir Putin. Bahkan, mereka sempat masuk ke dalam lapangan di tengah berlangsungnya final Piala Dunia 2018 di Stadion Luzhniki, Moskow. 

Kepergian Alyokhina ini mengikuti jejak sejumlah aktivis yang memutuskan pergi dari Rusia setelah pecahnya perang di Ukraina. Bahkan, ratusan ribu warga Rusia sudah meninggalkan negaranya sejak Rusia menginvasi Ukraina. 

Baca Juga: Petugas Lapangan yang Biarkan Pussy Riot Masuk Lapangan Dikenai Sanksi

1. Alyokhina kabur dari Rusia saat menjalani hukuman tahanan rumah

Alyokhina memutuskan untuk kabur dari negaranya, meskipun masih harus menjalani hukuman sebagai tahanan rumah. Pasalnya, otoritas Rusia memutuskan untuk memberikan hukuman tambahan kepada Alyokhina dan berencana untuk membawanya ke tempat isolasi selama 21 hari. 

Sesuai pernyataannya saat diwawancara oleh The New York Times, ia mengungkapkan perjuangannya untuk pergi dari Rusia dengan menggunakan kostum menyerupai kurir makanan agar menghindari pengejaran. Bahkan, ia meninggkan ponselnya agar tidak dapat dilacak oleh aparat kepolisian. 

Setelah itu, ia diantar oleh temannya dengan mobil untuk melanjutkan perjalanan ke perbatasan Belarusia. Sesampainya di Belarusia, ia harus berjalan selama satu minggu untuk mencapai perbatasan Lithuania. 

"Saya bahagia atas keberhasilan ini, karena ini adalah semua terjadi tanpa direncanakan sebelumnya dan enyahlah otoritas Rusia. Saya masih tidak paham sepenuhnya apa yang telah saya lakukan" ujar Alyokhina. 

Baca Juga: Belum 5 Menit Hidup Udara Bebas, 4 Anggota Pussy Riot Kembali Diciduk

2. Alyokhina menjalani masa dewasanya untuk menolak kebijakan Pemerintah Rusia

Perempuan 33 tahun itu sudah melakoni masa dewasanya untuk berjuang melawan negaranya agar menghargai konstitusi dan kebutuhan dasar manusia, termasuk kebebasan berekspresi. Protes terbesarnya pada 2012, ketika ia dan anggota lain tampil di Christ the Saviour Cathedral, Moskow. 

Aksinya itu membuatnya dijerat hukuman dua tahun penjara. Namun, hal itu tidak membuatnya jera, setelah dibebaskan pada Desember 2013, ia mendirikan media independen bernam Mediazona. Media itu berfokus meliput berbagai kasus kriminal dan hukuman di Rusia. 

Alyokhina juga sempat menuliskan memoir berjudul Riot Days dan melakukan tur internasional yang didasarkan dari bukunya. Sedangkan impiannya untuk tampil di Rusia hanya disetujui oleh tiga tempat penyelenggara dengan resiko yang besar. 

Kendati demikian, Alyokhina memutuskan untuk tetap berada di Rusia, meskipun mendapat pemantauan dan tekanan dari otoritas Rusia secara terus-menerus. 

Baca Juga: Gangguan Pussy Riot di Final Piala Dunia Bikin Geram Dejan Lovren

3. Lucy Shtein juga melarikan diri dengan kostum kurir makanan

Selain Alyokhina, anggota Pussy Riot lainnya, Lucy Shtein juga memutuskan untuk pergi dari Rusia sebulan sebelumnya. Sama seperti rekannya, Shtein menggunakan kostum kurir makanan untuk mengelabuhi aparat kepolisian sebab masih menjadi seorang tahanan rumah. 

Shtein mengatakan bahwa ia menyiapkan semua kamuflase ini dengan baik dan membeli pakaian jaket kurir makanan secara online. Hal itu yang membuatnya tidak dikenali ketika berjalan di jalanan kota. 

"Pakaian kurir makanan sangat membantu karena punya tas yang sangat besar. Saya dapat menaruh tikus peliharaan saya di dalamnya. Kami sudah terbiasa dengan kurir makanan di Moskow, sehingga ini menjadi cara yang ampuh untuk mengelabuhi petugas" tambah Shtein, dikutip dari The Guardian

Alyokhina dan Shtein sebelumnya pernah mendekam di dalam penjara atas unggahan di sosial media Instagram terkait tuntutan pembebasan tahanan politik di Rusia. Keduanya pernah juga ditahan atas tudingan unggahan propaganda simbol Nazi dan kritikan kepada Presiden Belarusia, Aleksandar Lukashenko. 

Para anggota Pussy Riot rencananya akan menyelenggarakan tur di Eropa yang dimulai pada 12 Mei di Berlin. Sedangkan dana yang terkumpul dari konser itu akan diberikan kepada korban perang di Ukraina. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya