PM Estonia: Putin Jadikan Demokrasi di Rusia sebagai Mainan

Tolak Putin sebagai Presiden Rusia

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri (PM) Estonia Kaja Kallas, pada Kamis (21/3/2024), mengungkapkan bahwa pilpres di Rusia sudah dimanipulasi. Ia pun menyebut terpilihnya Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai operasi nominasi khusus, merujuk aksi Moskow terhadap invasi Rusia ke Ukraina. 

Sebelumnya, Kallas sudah dimasukkan ke dalam daftar buronan oleh Kementerian Dalam Negeri Rusia karena setuju merusak monumen Uni Soviet. Ia mengaku tidak takut dimasukkan dalam buronan Moskow dan keputusan tersebut tidaklah berpengaruh apapun baginya. 

1. Sebut pemilu di Rusia hanyalah sebuah lelucon

PM Estonia: Putin Jadikan Demokrasi di Rusia sebagai MainanPerdana Menteri Estonia, Kaja Kallas. (twitter.com/kajakallas)

Kallas menekankan bahwa pemilu Rusia yang berlangsung 3 hari tersebut dimanipulasi dan hanyalah sebuah lelucon. Ia menyebut tidak ada lawan yang berarti bagi Putin di tengah larangan oposisi mencalonkan diri. 

"Ini adalah pertanyaan lain kenapa mereka harus mempermainkan ini, untuk menunjukkan bahwa mereka juga punya pemilu yang sebenarnya hal itu tidak dipercayai oleh mereka sendiri. Ini sebenarnya justru menggerus sistem pemilu dan demokrasi kami," ungkapnya, dikutip Politico

Ia pun menambahkan bahwa Putin sudah tidak pantas lagi disebut sebagai Presiden Rusia karena pemilu yang diselenggarakan oleh pemerintahannya pekan lalu sama sekali tidak bebas dan adil. 

Baca Juga: Uni Eropa Setuju Pakai Aset Rusia yang Dibekukan untuk Bantu Ukraina  

2. Kallas minta Eropa tidak mengulangi kesalahan Estonia

Pada saat yang sama, Kallas memperingatkan agar negara-negara tidak mengulangi kesalahan Estonia di masa Perang Dunia II. Ia mendesak agar negara-negara Eropa bersedia membantu Ukraian melawan Rusia. 

"Jika kita tidak ingin perang ini meluas, kita sangat harus membantu Ukraina dalam mempertahankan negaranya. Ini jelas bukan hanya arsitektur keamanan Eropa yang berada dalam risiko, tapi juga arsitektur keamanan global," ungkapnya, dilansir Euronews

"Jika kita benar-benar membantu Ukraina, kami tidak perlu khawatir akan ada perang selanjutnya. Namun, jika Ukraina jatuh, maka akan ada jeda dalam beberapa tahun dan kami akan melihat perang dengan skala yang lebih besar, ketika kita tidak menginvestasikan pada pertahanan," sambungnya. 

Kallas mendesak agar negara-negara Eropa ikut meningkatkan kapabilitas sistem pertahanannya di tengah perang Ukraina. 

3. Estonia minta NATO perkuat pertahanan timur

PM Estonia: Putin Jadikan Demokrasi di Rusia sebagai MainanPolisi Estonia (facebook.com/politseijapiirivalveamet)

Menteri Luar Negeri Estonia Margus Tsahkna mengatakan, NATO harus berkomitmen kuat terhadap pertahanannya di bagian timur untuk menghindari konflik dengan Rusia. 

"Apa yang kami inginkan dan apa yang kami pahami serta bicarakan kepada kandidat Sekretaris Jenderal NATO adalah mengenai peran besar NATO dalam menangani keamanan di kawasan kami," terangnya, dikutip ERR.

Ia menambahkan, Estonia sudah bergabung ke dalam anggota NATO selama 20 tahun lamanya dan berkontribusi besar terhadap aliansi tersebut. Ia menekankan bahwa pertahanan timur berpotensi menjadi lokasi pecahnya konflik dengan Rusia. 

"Kami sudah berkontribusi besar terhadap NATO selama 20 tahun. Kami sudah menyumbang lebih dari 2 persen PDB dan kami juga memberikan bantuan militer ke Ukraina. Segala ancaman dan potensi serangan dari Rusia akan terjadi di teritori kami. Kami akan mencegah itu terjadi," tambahnya. 

Baca Juga: Kiev Dihujani Rudal, Rusia Klaim Rebut Desa di Ukraina Timur

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya