Presiden Brasil Diskusikan Perdamaian Ukraina dengan PM Belanda

Siap jadi mediator

Jakarta, IDN Times - Presiden Brasil, Lula da Silva, mengungkapkan kesiapannya menjadi mediator dalam perjanjian perdamaian antara Rusia dan Ukraina pada Selasa (9/5/2023). Ia berencana mendiskusikan masalah ini dalam KTT G7 di Hiroshima, Jepang pekan depan. 

Belakangan ini, Brasil dan China terus menyatakan niatnya dalam merumuskan negosiasi perdamainan antara Rusia-Ukraina. Namun, Amerika Serikat (AS) justru menyebut bahwa Brasil tidak netral usai mengkritisi Barat terkait pengiriman senjata ke Ukraina untuk melawan Rusia. 

Baca Juga: Bos Wagner Sebut Tentara Rusia Kabur dari Bakhmut Ukraina 

1. Lula percaya bisa damaikan Rusia-Ukraina

Lula mengungkapkan niatnya ketika bertemu Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte di Brasilia pada Selasa. Ia mengatakan bahwa perdamaian di Ukraina dapat diraih lewat jalur negosiasi dan ia siap menjadi penengah. 

"Ukraina sebenarnya tidak dapat membiarkan teritorinya diokupansi, mereka harus melawan. Uni Eropa (UE) benar dalam keputusannya (mendukung Ukraina). Brasil dan negara lain juga benar dalam mencari jalan tengah. Saya pikir ini mungkin. Jika saya tidak percaya ini mungkin, maka saya tidak akan memperjuangakannya," terang Lula, dilansir Ukrinform

Lula sebelumnya sudah mengkritisi keputusan invasi Rusia ke Ukraina. Ia pun menyatakan keinginan kuatnya untuk mencari jalur damai, termasuk menyarankan Ukraina agar menyerahkan Krimea untuk mengakhiri peperangan. 

Baca Juga: Hari Kemenangan Rusia, Pidato Putin: Ukraina Jadi Sandera Barat!

2. Rutte tekankan pentingnya mempertahankan Ukraina

Pada Senin (8/5/2023), PM Mark Rutte menjelaskan kepada Lula terkait pentingnya mempertahankan Ukraina dalam memerangi Rusia. Ia menyatakan bahwa keberadaan Ukraina penting bagi Belanda, Eropa, karena invasi Rusia telah mengancam nilai-nilai Barat. 

"Kami butuh membantu Ukraina dalam berjuang mempertahankan teritorinya. Apabila Putin sukses melancarkan operasi militernya di Ukraina. Saya pikir itu tidak akan berhenti di situ saja. Semua orang khawatir akan keselamatannya, di Amsterdam, Berlin, Paris, dan seluruh Eropa," papar Rutte. 

Keesokan harinya, Rutte juga menekankan terkait pentingnya Eropa dalam mempertahankan Ukraina dari agresi Rusia. Ia juga menegaskan bahwa Belanda akan mendukung Ukraina selama itu dibutuhkan. 

Dalam kunjungan 3 hari di Brasil ini, Rutte bersama delegasinya akan membicarakan mengenai perdagangan dan kooperasi dengan Brasil dalam bidang pertanian berkelanjutan dan transisi energi, terutama soal hidrogen. Ia pun mengapresiasi Brasil dalam upaya melawan perubahan iklim. 

Baca Juga: Brasil Tetapkan Wilayah Adat Baru di Amazon Seluas 210 Ribu Hektare

3. Brasil ingin cari tahu apa yang diinginkan Zelenskyy

Pada hari yang sama, Lula juga mengatakan bahwa penasehat Presiden Brasil, Celso Amorim akan berkunjung ke Ukraina untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Setelah mengunjungi Rusia bulan April lalu. 

"Amorim akan mencari tahu apa yang diinginkan Zelenskyy. Dia sudah tahu apa yang Putin inginkan. Sekarang waktunya untuk diplomasi, bukan perang," tambahnya. 

Lula juga berencana mengajak India dan Indonesia dalam inisiatif perdamaian untuk menyudahi perang di Ukraina. Rencana ini sebagai bagian idenya untuk membentuk organisasi internasional mirip G20 dalam mengakhiri konflik tersebut.

Pada Maret lalu, Lula sudah mendiskusikan inisiatifnya ini bersama Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador (AMLO). 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya