Presiden Ekuador: Geng Narkoba Dalang Kerusuhan Penjara

Kerusuhan penjara di Ekuador terjadi terus-menerus

Jakarta, IDN Times - Presiden Ekuador Guillermo Lasso pada Senin (15/11/2021) mengungkapkan bila geng perdagangan narkoba jadi dalang di balik aksi kekerasan di dalam penjara. Hal ini menyusul kembali terjadinya bentrokan dalam penjara yang mengakibatkan tewasnya puluhan narapidana. 

Pada akhir September lalu, kerusuhan penjara juga telah terjadi di Negara Bagian Guayas yang mengakibatkan tewasnya 24 tahanan. Bahkan, rentetan kerusuhan dalam penjara ini sudah mengakibatkan ratusan orang tahanan tewas dalam beberapa bulan terakhir. 

1. Presiden Lasso sebut negaranya sedang diserang geng penyelundup narkoba

Menurut keterangan dari Presiden Lasso menyebut bahwa negaranya sedang diserang oleh geng penyelundup narkoba dan menyebut geng itu berupaya mengambil alih seluruh lembaga permasyarakatan di Ekuador. 

"Ekuador sedang dalam serangan eksternal yang serius dan ancaman ini datang dari mafia penyelundup narkoba. Mereka berusaha untuk mengontrol penjara di negara kita serta mengambil alih kebebasan kita di jalan dan area perkotaan" ungkap Lasso, dalam laman Mercopress

Di samping itu, Lasso juga mengumumkan rencana untuk menerjunkan personel militer dan aparat kepolisian ke seluruh penjara di Ekuador, demi meredam aksi kekerasan dan kerusuhan di dalam penjara yang berlangsung terus-menerus.

Hingga kini, sebanyak 1.000 aparat kepolisian dan personel militer sudah diterjunkan, baik untuk mengawasi area dalam dan perimeter terluar di penjara Guayas 1 yang terletak di Kota Guayaquil, dilansir dari DW.  

2. Kerusuhan penjara sebabkan tewasnya 62 narapidana

Baca Juga: Baleg DPR Ungkap Hasil Kunker ke Ekuador untuk Penyusunan RUU PKS

Keterangan dari Lasso kali ini menyusul kembali terjadinya aksi kekerasan di dalam penjara yang mengakibatkan tewasnya 62 narapidana di Penjara Litoral. Otoritas setempat mengatakan sudah ada 34 korban tewas yang berhasil diidentifikasi dan dikembalikan kepada keluarganya. 

Pemerintah dan Kantor Kejaksaan Ekuador pada akhir pekan lalu menyebut terdapat 68 tahanan yang terbunuh akibat insiden ini. Akan tetapi, polisi mengonfirmasi ulang pada Selasa (16/11/2021) bahwa korban tewas sebanyak 62 orang. 

"Kami menerima 62 tubuh korban, 46 di antaranya berhasil diidentifikasi dan 34 sudah diserahkan kepada keluarga masing-masing" ujar Kepala Investigasi Ilmiah Kepolisian Nasional, Marco Ortiz. 

"Terdapat sejumlah korban yang sudah tidak dapat dikenali, sehingga 18 bagian tubuh yang ditemukan saat itu akan diuji kembali dan membutuhkan waktu lebih untuk diidentifikasi" tambahnya, dilaporkan dari Reuters

3. Ekuador akan meminta bantuan Kolombia dan Amerika Serikat

Presiden berusia 66 tahun itu, nantinya juga akan meminta bantuan dari sekutunya, yakni Amerika Serikat dan Kolombia untuk melawan kartel narkoba yang beroperasi bebas di negaranya sebelum ia menjabat sebagai presiden pada Mei lalu. 

Presiden Lasso juga sudah menunjuk Jenderal Orlando Fabian Fuel sebagai Panglima Tentara Ekuador dan Luis Burbano sebagai kepala SNAI pada Minggu. Keputusan ini menyusul mundurnya Admiral Jorge Cabrera dan Bolívar Garzón sebagai kepala sebelumnya, dikutip dari Reuters

Insight Crime mengungkapkan, aksi kekerasan dalam tahanan ini dilatarbelakangi perang sipil antara geng kriminal Choneros, yang mana merupakan geng penyelundup narkoba di Ekuador, dengan lawan-lawannya, meliputi geng Lobos, Tiguerones, Chone Killer dan Lagartos. 

Namun, konflik semakin parah lantaran adanya campur tangan kartel Meksiko, yakni Kartel Sinaloa yang memihak Choneros. Sedangkan Cartel Jalisco Nueva Generacion (CJNG) membela beberapa rivalnya. 

Di sisi lain, Ekuador merupakan negara yang terletak di antara produsen kokain terbesar di dunia, yakni Kolombia dan Peru. Kestrategisan Ekuador membuatnya sebagai lokasi transit populer bagi penyelundupan narkoba lantaran memiliki perbatasan yang mudah dimasuki ditambah adanya pelabuhan besar. 

Sampai saat ini, Ekuador sudah memiliki 1.500 penjaga tahanan untuk mengawasi narapidana yang berjumlah sekitar 39 ribu. Para ahli memercayai setidaknya dibutuhkan 3.000 penjaga untuk meredakan krisis keamanan dalam penjara. Maraknya aksi korupsi juga berdampak mudahnya tahanan mendapatkan persenjataan, dilansir dari DW

Baca Juga: Ekuador: Pelari Álex Quiñónez Ditembak Orang Tak Dikenal

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya