Rusia-Ukraina Tak Kunjung Damai, PM Estonia: Putin Jangan Ditemenin!

Putin disebut merasa sebagai pusat perhatian dunia saat ini

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Estonia, Kaja Kallas, pada Senin (15/5/2022) menyerukan kepada seluruh pemimpin dunia agar berhenti memanggil Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ia beranggapan bahwa setelah peristiwa invasi Rusia ke Ukraina, Putin menjadi pusat perhatian di seluruh dunia. 

Selama ini, tiga negara Baltik, meliputi Lithuania, Latvia, dan Estonia kerap memberikan kritik terbesar kepada Rusia. Bahkan, setelah berlangsungnya perang di Ukraina, negara tersebut terus mendorong pemberian sanksi Uni Eropa (UE) kepada Rusia. 

1. Kallas sebut tidak ada gunanya menghubungi Putin

Pernyataan dari Kallas ini diungkapkan berdasarkan wawancaranya pada kantor berita Euractiv pada Senin kemarin. Ia menyebut seharusnya pemimpin dunia berhenti menghubungi Putin, sehingga membuatnya terisolasi. 

"Saya merasa bahwa semua pemimpin terus menghubunginya, sehingga ia sama sekali tidak seperti terisolasi. Maka dari itu, kami ingin memberikan pesan kepada dunia agar ia terisolasi, jangan hubungi dia. Tidak ada gunanya menghubungi Putin," tutur Kallas. 

"Dia (Putin) merasa bahwa dia adalah pusat perhatian karena semua ingin berbicara dengannya. Namun, apa yang harus kami lakukan untuk keluar dari situasi ini? Saya tidak melihat adanya hasil, karena setelah semua dialog, justru terjadi kejahatan perang di Bucha dan Irpin. Kami sama sekali tidak melihat adanya tanda-tanda deeskalasi," tambahnya. 

Baca Juga: Mau Gabung Uni Eropa, Serbia Diminta Jatuhkan Sanksi ke Rusia

2. Kallas sebut Uni Eropa harus terus berjuang

Sementara itu, Kallas juga mengungkapkan pendapatnya terkait sanksi UE yang harus ditunda akibat veto dari Hungaria. Bahkan, ia mengatakan, Uni Eropa masih harus mengarungi jalan panjang untuk mengatasi masalah ini. 

"Uni Eropa harus mengarungi perjalanan panjang untuk menyelesaikan masalah ini. Meski begitu, upaya untuk menyetop mesin perang Putin di Ukraina harus terus dilakukan dan mengisolasi Rusia secara politik dan militer harus terus berlanjut," ungkap Kallas. 

"Apa yang sangat menyakitkan adalah mesin perang dan pendanaan mesin perang berasal dari pendapatan hidrokarbon yang mencapai 40 persen dari pendapatan Rusia. Awalnya dirasa mudah karena jelas kami memberi sanksi yang merugikan Rusia. Namun, kami berada di fase di mana sanksi juga memberatkan kami," tambah dia.

Pernyataan itu disampaikan mengingat harga minyak dan gas yang melambung tinggi akibat melarang impor gas dari Rusia. Selain itu, Putin juga mewajibkan penggunaan rubel saat mengimpor bahan bakar fosil dari Rusia. 

"Harga gas memang sangat mahal sekarang, tapi kemerdekaan tidak mempunyai harga. Ini sangat berat untuk dijelaskan kepada beberapa negara dan masyarakat yang belum pernah memiliki pengalaman kehilangan kemerdekaannya," ungkap dia. 

3. Prancis dan Jerman terus mengupayakan negosiasi dengan Rusia

Rusia-Ukraina Tak Kunjung Damai, PM Estonia: Putin Jangan Ditemenin!Presiden Prancis. Emmanuel Macron. (twitter.com/EmmanuelMacron)

Selama beberapa bulan ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz sudah mengupayakan negosiasi perdamaian di Ukraina dengan Putin. Pada bulan ini, Putin juga berbicara dengan Presiden Finlandia Sauli Niinistö untuk mengurangi ketegangan di Eropa. 

Kendati demikian, dilansir RT, Moskow secara konsisten menyebut bahwa dunia tidak terbatas pada negara-negara Barat yang tidak bersahabat. Pada awal April, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, percaya diri untuk mengatakan bahwa Rusia tidak akan diisolasi. 

"Tidak akan ada kekosongan penuh atau isolasi kepada Rusia. Memang teknologi tidak bisa dipisahkan dari dunia modern, tapi dunia lebih luas dibandingkan Eropa. Ya, dan Rusia sendiri jauh lebih luas dibanding Eropa," ungkap Peskov. 

Baca Juga: Fix! Zelenskyy Resmi Larang Partai Politik Pro-Rusia di Ukraina

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya