Serbia-Kosovo Memanas, Rusia: Selesaikan dengan Jalur Diplomatik

Kok kayak Rusia menasihati dirinya sendiri ya???

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, pada Senin (12/12/2022), menyatakan bahwa ketegangan Serbia dan Kosovo harus diselesaikan lewat jalur diplomatik. Ia juga menyerukan jaminan keamanan kepada warga etnis Serbia di Kosovo.  

"Kami berada di pihak yang berupaya mempertahankan kedamaian dan berusaha menyelesaikan masalah ini melalu jalur diplomatik. Rusia juga ingin seluruh hak yang dimiliki warga etnis Serbia dapat dijamin," tutur Peskov, dilansir N1.

Pernyataan Peskov disampaikan setelah memanasnya tensi Serbia-Kosovo usai demonstrasi dan pemblokiran jalan. Bahkan, dilaporkan terdengar suara baku tembak dan dentuman bom di Kosovo Utara. 

1. Rusia akan tetap berpihak pada Serbia

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyebut bahwa tensi antara Serbia-Kosovo disebabkan kesalahan otoritas radikal Albania di Kosovo. Ia menambahkan bahwa Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) mendorong terjadinya konflik rasial. 

"Perdana Menteri Albin Kurti mencoba mendistraksi kesalahan kebijakan dalam negerinya dengan menyulut Serbopobia dan meningkatkan tensi yang hampir berujung pada konflik bersenjata. Hanya kesabaran dari warga lokal dan pemerintah Serbia yang mencegah timbulnya konflik," papar Zakharova, dikutip RT.

"Kami akan terus mempertahankan solidaritas dengan Serbia. Mendukung posisi Belgrade dalam melawan Kosovo Albania dan Barat yang telah menghiraukan dasar-dasar Resolusi Dewan Keamanan PBB 1244," tambahnya. 

Zakharova juga menyebut bahwa AS dan UE tidak memaksa etnis Albania dalam mengikuti perjanjian itu, dan malah menyabotase dokumen perjanjian Brussels dan memilih praktik buruk yang diarahkan kepada warga Kosovo Serbia. 

Baca Juga: Serbia Janjikan Perdamaian di Tengah Tensi dengan Kosovo

2. Dubes Rusia sebut situasi di Kosovo mirip dengan Donbass

Duta Besar Rusia di Belgrade, Alexander Botsan-Kharchenko, menyatakan bahwa situasi di Kosovo mirip dengan krisis Donbass yang masih berlangsung sampai saat ini. 

"Seluruh situasi, termasuk tindakan Pristina kepada warga Kosovo Serbia menyerupai kasus yang terus terjadi di Ukraina, tapi dengan skala yang lebih kecil. Barat juga memperlakukan pemerintahan etnis Albania di Kosovo seperti halnya pemerintahan Kiev," tuturnya. 

Botsan-Kharchenko menyebut bahwa Pristina berkeinginan mengambil alih seluruh teritori Kosovo, termasuk wilayah yang didominasi etnis Serbia. Ekskalasi ke depannya akan menimbulkan konsekuensi yang lebih besar. 

3. Kurti desak NATO lakukan intervensi di Kosovo Utara

Perdana Menteri Kosovo, Albin Kurti, pada Minggu mendesak pasukan penjaga perdamaian NATO (KFOR) untuk mengintervensi situasi di Kosovo Utara. Itu setelah Kurti menuding geng kriminal yang memblokir jalan di perbatasan Serbia-Kosovo. 

Tensi di perbatasan berdampak pada penundaan pemilihan umum di Kosovo Utara yang sedianya dilangsungkan pada 18 Desember. Keputusan itu disampaikan langsung oleh Presiden Kosovo, Vjosa Osmani, dilaporkan DW.

Keputusan itu disambut baik oleh pemimpin Prancis, Jerman, Italia, Inggris Raya, AS, dan UE. Mereka menyebut bahwa ini merupakan keputusan konstruktif untuk mempertahankan keamanan di Kosovo Utara. 

Baca Juga: Parlemen-Polisi Serbia Resign Massal, Demo Akbar Terjadi di Kosovo 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya