Slovakia Usir Dubes Rusia dari Negaranya

Disebut langgar aturan Konvensi Wina

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Slovakia resmi mengusir seorang diplomat Rusia yang berkantor di negaranya pada Kamis (14/9/2023). Diplomat itu dianggap telah melanggar Konvensi Wina dan melakukan tindakan yang tidak semestinya dilakukan perwakilan internasional. 

Pemerintah setempat tidak mempublikasikan identitas diplomat Rusia itu, tapi menyuruhkan pergi dalam waktu 48 jam. Selain itu, pemerintah Slovakia tidak memberikan keterangan detail terkait pelanggaran apa yang dilakukannya. 

Baca Juga: Pengusaha Slovakia Tersangka Pembunuh Jurnalis Divonis Bebas

1. Slovakia panggil Dubes Rusia di Bratislava

Selain mengusir seorang diplomat, pemerintah Slovakia juga memanggil Duta Besar Federasi Rusia di Bratislava, Igor Bratchikov. Ia diminta untuk melangsungkan segala aktivitas di negaranya sesuai dengan aturan Konvensi Wina. 

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan akan merespons pengusiran seorang diplomatnya di Bratislava. Namun, tidak dijelaskan respons atau balasan apa yang akan diterapkan Moskow. 

"Moskow akan memberikan respons yang pantas kepada Slovakia atas pengusiran seorang diplomat Rusia," tutur Kemlu Rusia, dilansir The Slovak Spectator.

Pada awal pecahnya perang Rusia-Ukraina, Slovakia telah mengusir 35 diplomat Rusia di negaranya karena dituding terlibat dalam aksi spionase. Sebelum itu, Slovakia telah mengusir beberapa diplomat Rusia di negaranya. 

Baca Juga: Slovakia Tetapkan Rusia sebagai Negara Pendukung Terorisme

2. Presiden Slovakia tuntut Fico atas penyebaran berita bohong

Pada hari yang sama, Presiden Slovakia, Zuzana Caputova telah menuntut mantan Perdana Menteri Robert Fico yang saat ini menjad pemimpin partai oposisi. Ia disebut telah menyebarkan berita bohong mengenai Caputova jelang dimulainya pemilu parlementer. 

Dilaporkan The Guardian, Caputova terus menjadi target tuduhan dari Partai SMER-SSD yang dipimpin Fico. Ia menuding tanpa bukti bahwa Caputova adalah boneka Amerika Serikat (AS) dan mengikuti segala kepentingan dari pebisnis AS, George Soros. 

"Presiden sadar bahwa sebagai tokoh publik dia diharuskan menerima segala bentuk kritikan, tapi ia tidak ditugaskan untuk menerima perundungan publik dan tuduhan yang tidak ada buktinya," terang Kantor Kepresidenan Slovakia. 

"Dia sadar bahwa bentuk retorik ini tanpa didasarkan pada fakta akan menjadi sebuah kekerasan terhadap kebebasan berpendapat untuk menyulut kebencian terhadap seseorang," sambungnya. 

Baca Juga: Slovakia Setop Impor Pangan dari Ukraina

3. Terdapat kekhawatiran Slovakia jadi pro-Rusia di bawah Robert Fico

Menjelang pemilu parlementer yang akan dilangsungkan pada 30 September, pandangan publik Slovakia telah terpolarisasi. Namun, partai oposisi, SMER-SSD yang dipimpin Robert Fico memiliki elektabilitas yang lebih tinggi dalam survei terbaru. 

Fico menjadi populer di publik Slovakia di tengah maraknya isu minoritas, migrasi, dan perang Rusia-Ukraina. Publik Slovakia merasa bahwa negara harus mengutamakan kepentingan negaranya dengan menghentikan bantuan militer ke Ukraina dan menolak sanksi ke Rusia. 

Dilaporkan Deutsche Welle, pemimpin Partai Progresiv Slovakia (PS), Michal Simecka berupaya keras menghalangi terpilihnya kembali Fico. Ia menyebut Fico memiliki pandangan esktremis yang berpotensi merubah arah kebijakan luar negeri Slovakia yang mengarah pro-Rusia.

Simecka menambahkan bahwa ia juga khawatir soal demokrasi di Slovakia jika Fico terpilih. Pasalnya, Fico kemungkinan akan berupaya balas dendam kepada polisi dan institusi lain yang berniat memberantas korupsi yang merajalela ketika masa kepemimpinannya. 

Baca Juga: Warga Slovakia Keliling Dunia Naik Motor Listrik, Start dari Jakarta!

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya