Terkait Masalah HIV, Afrika Selatan Tolak Vaksin Sputnik V

Adenovirus tipe 5 juga terdapat dalam vaksin HIV

Jakarta, IDN Times - Otoritas Regulator Produk Kesehatan Afrika Selatan (SAHPRA) pada Selasa (19/10/2021) memutuskan untuk menolak vaksin Rusia, Sputnik V. Pasalnya, vaksin yang diproduksi oleh Institut Gamaleya itu disebut tidak memberikan keterangan mengenai masalah keamanan penggunaannya.

Sebelumnya, Pemerintah Brasil juga sudah menolak vaksin Sputnik V lantaran disebut tidak memiliki persyaratan lengkap untuk menjamin kemananan dan kualitasnya. 

1. Terkait dengan adanya Adenovirus tipe 5 yang ada dalam vaksin HIV

Penolakan dari SAHPRA ini dikarenakan vaksin asal Rusia itu gagal dalam pengujian untuk vaksin HIV dengan teknologi yang sama. Hal ini terkait dengan kandungan Adenovirus tipe 5 dan tipe 26 di dalam Sputnik V, tapi masalah utamanya dikarenakan kandungan itu juga terdapat dalam vaksin HIV. 

Maka dari itu, pihak regulator Afrika Selatan mengungkapkan bila seseorang yang divaksinasi dengan kandungan Adenovirus 5 dapat memiliki resiko yang tinggi untuk terinfeksi HIV. Meskipun vaksin Sputnik V diketahui aman dan memiliki tingkat efikasi sebesar 91 persen. 

Namun pihak SAHPRA mengungkapkan jika akan terus melanjutkan proses pengujian vaksin Sputnik V. Terutama setelah pihak Institut Gamaleya nantinya dapat memberikan detil data keamanan dan kualitas vaksin, dilansir dari laman Africa News

2. Institut Gamaleya sebut tidak ada hubungan antara Adenovirus Tipe 5 dengan HIV

Baca Juga: Afrika Selatan: 30 Singa Dibunuh karena Terlalu Menderita

Dikutip dari RFE/RL, SAHPRA telah meminta Institut Gamaleya selaku produsen vaksin Sputnik V untuk menunjukkan data keamanan vaksin, terutama pada negara dengan tingkat kasus HIV tinggi. Namun, pihak Afrika Selatan mengatakan jika, perusahaan itu masih belum bisa menyediakan data itu. 

Di sisi lain, pihak Institut Gamaleya menanggapi bahwa keraguan terhadap vaksin Sputnik V di Afrika Selatan tidak ditemukan kebenarannya. "Spekulasi antara hubungan Adenovirus tipe 5 dan transmisi HIV pada populasi dengan resiko tinggi hanya dilakukan pada pengujian skala kecil yang belum teruji" tambahnya. 

Menurut virologis di Universitas Leicester, Dr. Julian Tang mengungkapkan kebingungannya terhadap keputusan Afrika Selatan terhadap Sputnik V. 

"Ini terdapat hubungan yang aneh, terutama terkait salah satu vektor virus dalam Sputnik V. Sedangkan bukan vektor yang menyebabkan HIV, maka kamu tidak dapat menyalahkan kandungan itu" kata Tang. 

Selain itu, terdapat keanehan lantaran vaksin AstraZeneca dan Johnson & Johnson yang juga menggunakan adenovirus di dalamnya juga sudah mendapatkan izin penggunaan darurat di Afrika Selatan, dilansir dari Africa News

3. Proses vaksinasi COVID-19 di Afrika Selatan dilanda masalah kekhawatiran

Afrika Selatan selama ini menjadi salah satu negara Afrika yang paling terdampak penularan COVID-19, sekaligus menjadi negara dengan angka pengidap HIV tertinggi di dunia. Maka dari itu, negara ini tengah menghadapi sejumlah keraguan warga untuk divaksinasi COVID-19. 

Hanya seperempat dari 40 juta warga yang menjadi target vaksinasi COVID-19 mendapatkan suntikan penuh COVID-19. Namun, pemerintah setempat sudah memulai vaksinasi anak-anak usia 12 tahun demi mencapai kekebalan komunitas. 

Negara Afrika itu juga sudah memperbolehkan penggunaan sejumlah vaksin COVID-19 di negaranya, meliputi Johnson&Johnson, Oxford/AstraZeneca, Pfizer/BioNTech dan Sinovac, dilaporkan dari laman NDTV

Dilansir dari Africa News, vaksin Sputnik V kini juga tengah menjalani proses otorisasi penggunaan dengan WHO dan EMA. Meskipun, vaksin buatan Rusia itu sudah mendapatkan lampu hijau pengunaan darurat di lebih dari 70 negara dan memiliki keamanan yang signifikan. 

Baca Juga: Hujan Salju Langka Landa Sebagian Wilayah Afrika Selatan

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya