Tolak Kenaikan BBM, Ribuan Masyarakat Pribumi Ekuador Gelar Unjuk Rasa

Pemerintah Ekuador kurangi subsidi BBM

Jakarta, IDN Times - Sekelompok suku pribumi di Ekuador pada Rabu (27/10/2021) menggelar aksi demonstrasi dan memblokir sejumlah jalan utama. Aksi ini disebabkan penolakan terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), sekaligus memprotes pemerintahan Guillermo Lasso yang baru berjalan enam bulan. 

Sementara itu, demonstrasi kali ini berlangsung di tengah situasi darurat militer yang diterapkan sejak pertengahan Oktober lalu. Hal ini terkait melonjaknya angka kriminalitas dan kekerasan yang terjadi di sebagian wilayah Ekuador. 

1. Penolakan terhadap kebijakan Presiden Guillermo Lasso

Demonstrasi yang dilakukan oleh ribuan masyarakat pribumi dan pedesaan Ekuador berlangsung sejak Selasa (26/10/2021). Para warga melakukan penutupan jalan dengan menggunakan bahan seadanya, seperti tanah, ranting pohon, dan ban yang dibakar untuk menutup Jalan Pan-Amerika yang menghubungkan Quito dengan Kolombia. 

Aksi yang digelar di 24 provinsi rencananya akan terus dilangsungkan apabila pemerintah tak kunjung mengubah kebijakan ekonomi, termasuk kenaikan harga BBM yang diberlakukan sejak Jumat (22/10/2021). 

"Pemerintah saat ini sangat kacau dan mereka pada akhirnya meningkatkan harga bahan bakar minyak," ujar Dennis Viteri, demonstran berusia 28 tahun yang bekerka di industri tekstil di timur laut Quito, dikutip Buenos Aires Times

Di sisi lain, sebanyak 37 pendemo sudah ditahan atas aksi demonstrasi yang berujung ricuh di ibu kota Quito. Sedangkan, lima petugas kepolisian, seorang jurnalis, dan satu demonstran terluka akibat kejadian ini, dilaporkan Al Jazeera

Baca Juga: Kekerasan Antar Geng Narkoba Melonjak, Ekuador Umumkan Darurat Militer

2. Harga BBM di Ekuador naik dua kali lipat

Dikutip dari France24, harga BBM di Ekuador terus mengalami kenaikan sejak tahun lalu. Lasso mengumumkan kenaikan harga solar dari 1 dolar AS (Rp14.200) menjadi 1,9 dolar AS (Rp26.994) per liter. Ada pun harga bensin per liter yang sebelumnya 1 dolar AS (Rp14.200) menjadi 2.55 dolar AS (Rp36.200). 

Sementara itu, pengurangan subsidi BBM sudah dimulai sejak masa pemerintahan Presiden Lenin Moreno, yang berfungsi menekan pengeluaran untuk membayar utang IMF. Namun, kenaikan harga BBM ini dilakukan ketika Ekuador sedang dihadapkan pada krisis ekonomi akibat pandemik COVID-19. 

Utang Ekuador kini naik hingga 46 miliar dolar AS atau Rp653 triliun, sekitar 45 persen dari PDB. Pandemik COVID-19 juga telah menaikkan tingkat kemiskinan hingga mencapai 47 persen penduduk Ekuador dan satu per tiga penduduknya tidak memiliki pekerjaan tetap.

3. Lasso mengecam aksi pemblokiran jalan dapat mengacaukan perekonomian

Dilansir dari Mercopress, Presiden Lasso mengecam aksi protes yang dilakukan masyarakat pribumi kali ini. 

"Aksi demonstrasi dan pemblokiran ini menggambarkan kehancuran ekonomi bagi pebisnis kecil, yang mana menjadi tumpuan utama ribuan keluarga dan rumah tanggah penduduk Ekuador. Katakan tidak pada pengangguran, untuk pengaktifan kembali dan tingkatkan kesejahteraan di seluruh negeri" kata Lasso terkait pemblokiran jalan. 

Di lain sisi, Lasso merupakan seorang bankir dan pebisnis yang berhasil memenangkan pemilihan presiden setelah pencalonan periode keduanya.

Presiden berusia 65 tahun itu sudah tercatut dalam laporan Pandora Papers beberapa waktu lalu. Lasso kini tengah diselidiki oleh parlemen terkait laporan tersebut dan diduga menyembuyikan jutaan aset berharganya di luar negeri.

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya