Tolak Vaksin COVID-19, Warga Desa di Guatemala Sandera-Serang Nakes

Para nakes disandera hingga tujuh jam

Jakarta, IDN Times - Belasan tenaga kesehatan di Guatemala pada Senin (4/10/2021) telah diserang dan diculik oleh warga yang menolak vaksinasi COVID-19 di Maguilá 1, Fray Bartolomé de Las Casas, Provinsi Alta Verapaz.

Padahal, para perawat tengah ditugaskan untuk membantu proses vaksinasi keliling di area pedesaan. 

Penolakan warga desa untuk divaksinasi sudah beberapa kali terjadi di Guatemala. Akan tetapi, penolakan yang berujung kekerasan fisik baru pertama kali ini terjadi di negara Amerika Tengah itu. 

1. Warga desa melakukan penghancuran vaksin dan vandalisme

Menurut kepala Pelayanan Kesehatan dalam Kementerian Kesehatan Masyarakat, Elui Mazariegos, terdapat 15 perawat yang diserang oleh warga desa. Bahkan, warga juga mengambil termos yang digunakan sebagai penyimpanan vaksin secara paksa dan menghancurkannya. 

"Sekelompok warga desa menyerang staf kami, tapi kini mereka sudah diselamatkan oleh aparat keamanan dan kini semuanya aman" ujarnya.  

Namun, hingga kini belum diketahui jumlah dosis vaksin yang rusak akibat insiden serangan tersebut. Ia juga berkata, "hal yang paling penting saat ini adalah integritas dan keamanan dari para petugas kesehatan." 

Setelah semuanya aman dan terkendali, baru dilakukan perhitungan dan penilaian kerusakan yang ditimbulkan, termasuk kerusakan tempat penyimpanan beserta ratusan dosis vaksin yang ada di dalamnya, dilaporkan dari Prensa Libre

Baca Juga: AS Hukum 5 Hakim El Salvador dan Jaksa Agung Guatemala

2. Berhasil diselamatkan usai berunding dengan warga desa

Peristiwa ini bermula ketika dua tim vaksinasi keliling datang ke lokasi warga di Desa Maguilá 1. Namun, sejak awal warga memang menolak untuk mendapatkan suntikan vaksin. Aksi penolakan diiringi dengan blokade jalan dan pembocoran ban kendaraan. 

Dalam serangan itu, para tenaga kesehatan diserang secara fisik dan disandera selama tujuh jam lamanya. Beruntung polisi dan pejabat setempat berhasil melakukan negosiasi dan membujuk warga agar membebaskan 15 perawat, dikutip dari laman Associated Press

Dilansir dari BBC, berdasarkan keterangan dari salah satu tenaga kesehatan yang diserang menyebutkan, "kami sangat takut karena kami tidak pernah terjebak dalam situasi seperti ini. Kami hanya menjalankan tugas kami. Kami juga sudah berusaha menjelaskan berkali-kali bahwa vaksinasi ini sifatnya tidak memaksa, dan kami tidak akan memaksa apabila mereka tidak bersedia divaksin." 

Baca Juga: Sampah di Sungai Motagua: Honduras Salahkan Guatemala

3. Banyak kabar menyimpang terkait vaksin COVID-19 di Guatemala

Pemerintah setempat mengungkapkan, warga desa menolak diimunisasi lantaran melihat adanya warga desa lain yang mengalami efek samping vaksin COVID-19. Bahkan, mereka menganggap efek samping sebagai masalah kesehatan yang diakibatkan inokulasi.

Kepala Departemen Kesehatan di Provinsi Alta Verapaz menyebut beberapa kali menemukan penolakan, tetapi baru kali ini adanya serangan fisik. Ia juga menyebut, rumor menyesatkan di media sosial turut menyumbang keengganan warga desa untuk divaksinasi dan bahkan tidak percaya pada COVID-19.

Sementara itu, tingkat vaksinasi di Guatemala diketahui termasuk salah satu yang terendah di Amerika Latin. Baru 2,5 juta penduduk atau 25 persen dari penduduknya yang memperoleh suntikan penuh. 

Padahal, negara Amerika Tengah itu sebelumnya tengah menghadapi tingginya angka penularan COVID-19 antara Agustus hingga September lalu. Hingga Kamis (7/10/2021) sudah ada 574.713 kasus dan 13,902 kematian. 

Baca Juga: Manis Hingga Pedas, Inilah 7 Hidangan Khas Negara Guatemala

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya