Ukraina Bete Georgia Enggan Bebaskan Eks Presiden Mikheil Saakashvili

Khawatir kondisi Saakashvili semakin memburuk

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Ukraina kecewa terhadap penolakan Georgia mengabulkan pembebasan eks Presiden Georgia Mikheil Saakashvili. Padahal, eks presiden pro-Barat itu disebut tengah dalam kondisi kritis. 

Sebelumnya, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy sudah melontarkan kritik kepada pemerintah Georgia terkait perlakuan kepada Saakashvili. Ia pun mengungkapkan bahwa Georgia berniat membunuh mantan presiden yang juga berstatus warga negara Ukraina tersebut. 

Baca Juga: Zelenskyy Sebut Georgia Ingin Bunuh Mantan Presidennya Sendiri

1. Ukraina kecam keputusan Georgia tolak pembebasan Saakashvili

Kemlu Ukraina mengungkapkan kepada pemerintah Georgia agar berhenti menetapkan hukuman politik kepada seorang warga Ukraina. Pihaknya juga menginginkan Georgia memberikan hak kepada Saakashvili dan membawanya ke Ukraina.

"Keputusan dari Pengadilan Kota Tbilisi sangat mengecewakan bagi kami. Pengadilan tidak mengikuti saran dan simpulan dari dokter terkait buruknya penyakit yang saat ini diderita Saakashvili," papar Kemlu Ukraina pada Selasa (7/2/2023), dikutip RFE/RL.

Pemerintah Ukraina juga menegaskan intensinya dalam memperjuangkan pembebasan Saakashvili dan memulangkannya ke Ukraina. Sebelumnya, Zelenskyy sudah menyerukan agar mantan Presiden Georgia itu dirawat ke Ukraina atau negara Eropa lainnya. 

Baca Juga: Presiden Ukraina Minta Eks Presiden Georgia Dirawat di Negaranya

2. Pengadilan Tbilisi tolak penundaan hukuman pada Saakashvili

Pada Senin (6/2/2023), Pengadilan Tbilisi menolak pembebasan Saakashvili dari penjara di Georgia. Persidangan tersebut diupayakan untuk membebaskan presiden ketiga Georgia tersebut di tengah kondisi kesehatannya yang terus menurun. 

Dilaporkan Meduza, Saakashvili dijerat hukuman 3 tahun penjara oleh pengadilan negara Kaukasus tersebut. Ini karena ia terbukti bersalah dalam kasus pembunuhan seorang pegawai bank bernama Sandro Grigvliani pada 2006. Ia juga memiliki hubungan atas kasus serangan pada politikus Georgia, Valeriy Gelashvili pada 2005. 

Buruknya kondisi kesehatan Saakashvili ini disebabkan beberapa kali melakukan mogok makan usai ditahan di Georgia. Bahkan, berat Saakashvili turun drastis dari 115 kg menjadi 68 kg setelah menjalani masa tahanan sejak Oktober 2021. 

3. Firma Hukum minta AS beri hukuman pada Georgia

Perusahaan firma hukum ternama AS, Akerman terus meminta kepada pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk membantu pembebasan Saakashvili. Pasalnya, sejak Juli 2022, pengacaranya Massimo D'Angelo sudah mengupayakan pembebasan mantan Presiden Georgia tersebut. 

D'Angelo dan beberapa pengacara lainnya mengungkapkan kepada pejabat pemerintahan AS dan Eropa untuk memberlakukan kebijakan tertentu dalam mendesak pemerintah Georgia. Mereka meminta adanya ancaman hukuman ekonomi, sanksi, atau penangguhan bantuan luar negeri. 

"Saya rasa jika dia meninggal di dalam penjara. Ini akan mengakibatkan keroposnya posisi politik Georgia," ungkap D'Angelo, dilansir Reuters.

Pada tahun lalu, D'Angelo telah meniliki Saakashvili di Georgia. Ia pun mengadakan pengecekan kesehatan kepadanya dan membawa sampelnya ke AS untuk diteliti. Hasil itu menunjukkan Saakashvili keracunan logam berat. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya