Yevhen Matveyev: Wali Kota Kedua Ukraina yang Diculik Tentara Rusia

Rusia berusaha menancapkan kekuasaannya di Ukraina Selatan

Jakarta, IDN Times - Wali Kota Dniprorudne, Yevhen Matveyev, dilaporkan telah diculik oleh pasukan Rusia pada Minggu (13/3/2022). Kejadian ini menjadi penculikan kedua di Zaporizhzhia Oblast, setelah beberapa hari yang lalu nasib yang sama menimpa Wali Kota Melitopol, Ivan Fedorov. 

Dilansir RFE/RL, Dniprorudne merupakan kota kecil di pinggir Sungai Dnipro dengan penduduk sekitar 20 ribu jiwa. Kabar penculikan Matveyev disebarkan oleh Kepala Administrasi Militer di Zaporizhzhia, Oleksandr Starukh, melalui akun Facebook-nya. 

"Pasukan Federasi Rusia telah menangkap wali kota Dniprorudne di Zaporizhzhia, Ukraina selatan. Kejahatan perang semakin menjadi-jadi dan semakin sistematis," ungkap Starukh. 

1. Matveyev ditangkap militer Rusia pada pagi hari

Penculikan Yevhen Matveyev dilaporkan terjadi pada pukul 08.30 pagi hari oleh sejumlah tentara Rusia. Peristiwa penangkapan pejabat publik itu sudah dikonfirmasi kebenarannya oleh juru bicara Administrasi Militer Zaporizhzhia, Ivan Arefyev. 

Pihak Administrasi Militer Zaporizhzhia juga menginformasikan bahwa pasukan musuh telah mengintimidasi warga lokal dengan sejumlah aksi, baik secara informasional dan psikologis. Mereka berusaha untuk merusak kepercayaan publik terhadap wakil rakyat dengan menyebarkan berita bohong dan menangkap warga lokal. 

Di samping itu, pasukan Rusia juga menyita barang-barang, seperti makanan, pakaian, dan perlengkapan lainnya secara paksa di titik pengecekan. Bahkan, militer Rusia juga sudah menghancurkan jembatan di Sungai Yanchokrak. 

Sehari sebelumnya, Rusia sudah menculik aktivis lokal bernama Olha Haisumova di tengah aksi demonstrasi di Melitopol. Aksi protes itu disebabkan penangkapan Wali Kota Melitopol, Ivan Fedorov, dan penduduk lokal bernama Serhiy Kirichuk, dikutip dari Ukrinform

Baca Juga: Perempuan Hamil dan Bayinya Tewas dalam Serangan Rusia ke Mariupol

2. Uni Eropa mengecam penculikan Matveyev dan Fedorov

Mendengar kabar penangkapan Matveyev dan Fedorov, Uni Eropa turut mengecam tindakan yang dilakukan oleh pasukan Rusia, usai berhasil menguasai kedua kota yang dipimpin oleh dua pejabat publik tersebut. 

"Uni Eropa mengecam penuh kasus penculikan wali kota Melitopol dan Dniprorudne oleh pasukan bersenjata Rusia. Ini merupakan bentuk serangan terhadap institusi demokrasi di Ukraina dan berusaha untuk mendirikan struktur pemerintahan tidak resmi di negara berdaulat." tutur Josep Borell, Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, lewat akun Twitter-nya, dilansir dari The Moscow Times

Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy pada Sabtu (12/3/2022) sudah meminta bantuan kepada pemimpin Prancis dan Jerman agar mendesak Rusia untuk membebaskan wali kota Melitopol. 

"Saat malam dan siang, kami sudah berbicara dengan dua partner kita terkait situasi yang menimpa wali kota kita. Permintaan kita sudah jelas, dia harus dibebaskan sesegera mungkin. Saya sudah menelpon Kanselir Jerman, Olaf Scholz, dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Saya akan berbicara terus hingga warga kita dapat dibebaskan," tutur Zelenskyy. 

3. Rusia menculik pemimpin daerah yang menolak bekerja sama

Dilaporkan The Sun, Pemerintah Ukraina menyebut jika penculikan ini diduga akibat wali kota tersebut tidak mau patuh dan menolak terhadap okupansi Rusia di wilayahnya. Pasalnya, Yevhen Matveyev pernah tertangkap kamera berdiri di depan tank Rusia untuk memimpin warga lokal melakukan protes terhadap agresi Rusia. 

Di sisi lain, Presiden Zelenskyy juga menuding tindakan Rusia sebagai upaya untuk membentuk pseudo-republic atau negara boneka yang berfungsi untuk memecah belah Ukraina. Hal ini diungkapkan setelah dipilihnya Galina Danilchenko sebagai wali kota baru di Melitopol yang berfungsi memperkuat cengkeraman Rusia. 

Setelah itu, Zelenskyy juga menyerukan warga di Kherson yang telah jatuh ke tangan Rusia agar tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti di Donetsk dan Luhansk. Parlemen Kherson juga menolak adanya pseudo-republic baru yang direncanakan Rusia. 

"Okupansi di teritori Kherson telah berupaya untuk mengulangi kenangan pahit dalam membentuk pseudo-republic. Mereka mengancam pemimpin lokal, memberikan tekanan kepada sejumlah wakil dan mencari seseorang yang dapat disuap" tambah Zelenskyy, dilansir Associated Press

Baca Juga: IMF: Ekonomi Ukraina Bisa Runtuh jika Perang Berlarut-Larut

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya