Bahrain-Israel Jalin Normalisasi, Tanda-tandanya Sudah Ada Sejak Lama?

Sebelumnya, Bahrain sebut keputusan akan menunggu Arab Saudi

Manama, IDN Times – Bahrain menjadi negara Arab selanjutnya yang susul UEA dalam menjalin hubungan kerjasama diplomatik penuh dengan Israel. Keputusan itu datang hanya berselang 12 hari sejak kunjungan delegasi AS ke Bahrain pada awal bulan (1/09/2020), yang disambut langsung oleh Raja Bahrain, Hamad bin Isa Al Khalifa. Pernyataan normalisasi baru ini pun diumumkan bersama oleh Bahrain, Israel dan Amerika Serikat -selaku negara penghubung, pada hari Jum’at kemarin (11/09/2020) waktu setempat.

Menyambut baik, Presiden AS Donald Trump pun mengatakan dalam wawancara dengan media, bahwa langkah itu telah menjadi terobosan bersejarah untuk perdamaian lebih lanjut di Timur Tengah. Dengan ini, Bahrain disebut akan ikut bergabung dengan UEA dan Israel pada upacara penandatangan kesepakatan yang berlangsung pada 15 September mendatang di Gedung Putih, Washington, AS.

1. Bahrain sebelumnya berkata normalisasi akan terjadi hanya jika Arab Saudi mengambil tindakan 

Bahrain-Israel Jalin Normalisasi, Tanda-tandanya Sudah Ada Sejak Lama?Potret Jared Kushner (kiri), dengan Raja Hamad Bin Isa Al-Khalifa (tengah), dan putra mahkota Salman bin Hamad dalam kunjungannya ke Bahrain Senin lalu (01/09/2020). Twitter.com/BahrainCPnews

Sebelum pengumuman normalisasi ini terjadi, Bahrain sempat menunjukkan keraguan akan rencana untuk menjalin hubungan dengan Israel. Raja Bahrain bahkan sempat berkata kepada Jared Kushner, selaku penasihat utama Gedung Putih dan negosiator perjanjian, bahwa negaranya tidak akan mengambil tindakan apapun dalam waktu dekat kecuali Arab Saudi bertindak. Hal itu disampaikannya di awal bulan ini (1/09/2020) tatkala delegasi AS berkunjung ke Bahrain usai melakukan perjalanan dari UEA.

Sementara, pihak Arab Saudi sendiri telah dengan tegas mengungkapkan mereka masih berpegang pada "prakarsa inisiatif perdamaian 2002" yang menyebutkan bahwa negara-negara Arab akan berdamai dengan Israel, hanya jika tercipta kemerdekaan bagi rakyat Palestina dengan Yerussalem Timur sebagai ibu kotanya.

Meski demikian, baik Arab Saudi dan Bahrain sama-sama memuji upaya perdamaian yang terjalin antara UEA-Israel. Kedua negara bahkan bersikap cukup 'lunak' dengan memberikan izin bagi penerbangan Israel menuju Uni Emirat untuk melintas di wilayah udara mereka usai hubungan diplomatik diresmikan.

2. Bahrain sudah lama indikasikan tertarik jalin hubungan penuh dengan Israel 

Bahrain-Israel Jalin Normalisasi, Tanda-tandanya Sudah Ada Sejak Lama?Potret raja Bahrain, Hamad bin Isa Al Khalifa. Twitter.com/AbdullaRAK

Melansir The Times of Israel, keputusan yang diambil oleh Bahrain –meski termasuk sebagai langkah drastis, sebenarnya sudah sejak lama dapat diprediksi akan terjadi. Selama lebih dari dua dekade, kedua negara diketahui telah melakukan hubungan rahasia dan kontak dibelakang layar sebagai bentuk pengakuan terhadap satu sama lain. Pertemuan tersebut pun diantaranya terjadi pada:

2000 dan 2003, Putra Mahkota Bahrain Sheikh Salman bin Hamad Al-Khalifa,  pernah memulai diplomasi resmi dan berbicara dengan pejabat Israel selama KTT Forum Ekonomi Dunia.

2007, giliran Menteri luar negeri kedua negara yang terlihat bersama di PBB.

2009, Shimon Peres yang saat itu menjabat sebagai Presiden Israel, dilaporkan bertemu dengan Raja Bahrain di sela-sela konferensi PBB di New York. Pada tahun yang sama pula, delegasi resmi Bahrain pergi ke Israel dalam perjalanan yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk membebaskan sekelompok warga negaranya. Pada saat itu, orang-orang Bahrain yang ditahan merupakan aktivis pro-Palestina.

2016, Menteri Luar Negeri Bahrain saat itu, Shaikh Khalid bin Ahmed Al-Khalifa, memberikan penghormatan kepada Shimon Peres ketika mantan pemimpin Israel tersebut meninggal. Hal itu kemudian menuai kritik pedas dari warga Arab dan dikecam di media sosial.

 2017, secara mengejutkan delegasi Israel diundang untuk mengambil bagian dalam Kongres FIFA yang berlangsung di ibu kota Manama, Bahrain. Diplomasi dalam bidang olahraga ditampilkan lagi ketika seorang pembalap Israel diizinkan untuk berpartisipasi dalam balapan mobil besar oleh negara tersebut.

Pada tahun itu juga, sebuah kelompok lintas agama dari Bahrain mengatakan telah mengirim delegasi ke Israel untuk mempromosikan "toleransi dan hidup berdampingan". hal itu terjadi justru disaat kemarahan Arab atas keputusan pemerintahan Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, tengah memuncak.

 2018, Menteri Luar Negeri Bahrain kembali membuat heboh usai dirinya diketahui mendukung hak Israel dalam "membela diri", setelah militer Israel mengatakan telah menyerang lusinan anggota militer Iran di Suriah. Kejadian itu menandai sebuah sikap yang langka dan (mungkin) belum pernah terjadi sebelumnya yang dilakukan oleh salah satu pemerintah Arab.

 2019, Pernyataan pun akhirnya dibuat oleh Menteri Luar Negeri tersebut, Shaikh Khalid bin Ahmed Al-Khalifa, dalam wawancara yang belum pernah terjadi sebelumnya antara seorang pejabat senior Bahrain dengan media Israel.

Pada wawancara yang dilakukan dengan The Times of Israel , 26 Juni 2019, Khalifa yang dianggap sebagai pejabat paling pro-Israel di wilayah Arab, berkata ia ingin orang Israel “percaya bahwa ada lebih dari satu atau dua atau tiga suara di dunia Arab yang bertujuan untuk perdamaian. Bahwa mereka tidak dikelilingi oleh musuh. Tapi mereka dikelilingi oleh orang-orang yang ingin mencapai perdamaian yang adil, dan akan membuat semua orang nyaman."

Ia lalu ditanya, adakah kemungkinan bahwa Israel dan Bahrain akan menjalin hubungan diplomatik, bahkan jika tidak ada perjanjian damai dengan Palestina? Khalifa pun menjawab bahwa pihak Bahrain akan tetap berkomitmen pada “Inisiatif Perdamaian Arab 2002”. Tetapi bila kesepakatan itu dirasa tidak memberikan keamanan bagi pihak Israel, maka cara untuk memperbaikinya adalah dengan membicarakannya. “ Bicaralah dengan kami tentang itu. Datang dan dekati kami.”

Menlu Bahrain yang telah menjabat sejak 2005 hingga Januari 2020 itu juga mengatakan alasan mengapa ia membela Israel terkait serangan terhadap militer Iran di Suriah. “Ada perselisihan Arab-Israel tentang beberapa hal: pendudukan, pemindahan. Itu adalah sesuatu antara kami, orang Arab dan Israel. Dan kita tahu parameternya, kita tahu bagaimana memecahkannya. Kami tahu bagaimana mengatasinya. Kita hanya perlu setuju, dengan kemauan yang kuat. Dan kita bisa melakukannya.”

“Tetapi ketika pemain asing masuk, dan membawa agama sebagai bagian dari perselisihan ini, Muslim dan Yahudi - ini beracun. Ini bukan konflik agama. Ini bukanlah konflik antara orang Arab dan Yahudi. Ini adalah konflik antara negara dan lingkungannya, yang perlu diselesaikan. Itu politis. Begitu kita memasuki konflik Yahudi-Muslim ini, kita kembali ke zaman kuno. Kami tidak ingin kembali ke situ. Kami ingin hidup hari ini.”

Khalifa kemudian berkata bahwa ia tentu ingin agar suatu hari dapat berkunjung ke Israel, seperti ia dapat mengunjungi Yordania, Lebanon, atau pun Mesir. Ia pun berharap bahwa ketika momen tersebut datang, sebuah masa depan yang lebih nyaman di kawasan Arab pun dapat tercipta. Dan kini setelah setahun berlalu sejak wawancara itu terjadi, kerjasama normalisasi pun terwujud.

3. PM Netanyahu harapkan semakin banyak negara Arab jalin perdamaian dengan Israel 

Bahrain-Israel Jalin Normalisasi, Tanda-tandanya Sudah Ada Sejak Lama?Potret PM Israel, Benjamin Netanyahu. Twitter.com/netanyahu

Sementara itu, PM Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya sempat mengeluarkan pernyataan terkait keyakinannya bahwa akan semakin banyak negara Arab lain yang ikut bergabung untuk menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Israel. Ia bahkan sempat mengungkapkan telah banyak pertemuan rahasia yang sebenarnya terjadi sejak lama diantara Israel dengan para pemimpin di kawasan Arab, meski tidak menyebutkan siapa saja yang ditemui.

Lebih lanjut terkait pengumuman normalisasi dengan Bahrain, Netanyahu pun menyampaikan, "Selama bertahun-tahun yang panjang, kami berinvestasi dalam perdamaian, dan sekarang perdamaian akan berinvestasi pada kami, serta akan menghasilkan investasi yang benar-benar besar dalam ekonomi Israel - dan itu sangat penting," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video, dikutip dari The Jerussalem Post.

Baca Juga: Trump: Negara Lain dapat Bergabung dalam Kesepakatan Israel-UEA

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya