Bersepeda Tanpa Jilbab, Perempuan Iran Dimasukkan ke Penjara

Aturan berbusana sangat ketat di negara Iran

Najafabad, IDN Times - Hanya karena memilih menaiki sepeda tanpa mengenakan jilbab, seorang wanita muda di Iran terpaksa harus merasakan tinggal di jeruji besi usai rekaman video yang menampakkan dirinya beredar luas di media sosial. 

Melalui media pemerintah, otoritas menyebut tindakan yang dilakukan oleh si wanita adalah bentuk pelecehan terhadap Islam dan penghinaan terhadap jilbab. Pemerintah juga menyebut bahwa kejadian itu telah menimbulkan keresahan bagi warga sekitar dan kritik dari ulama kota di Najafabad, Provinsi Isfahan, Iran, melansir dari AFP. 

1. Wanita itu mengendarai sepeda dengan sesekali mengangkat tangannya

"Seseorang yang baru-baru ini melanggar norma dan menghina jilbab di wilayah ini telah ditangkap," kata Mojataba Raei, gubernur Najafabad, kepada kantor berita milik pemerintah, IRNA.

Dalam video yang beredar, terlihat wanita dengan rambut coklat tampak mengendarai sepeda sembari mengangkat tangan kanannya sepanjang mengayuh. Ia disebutkan mengendarai sepeda itu melewati alun-alun utama kota dan depan masjid besar kota Najafabad. Meski mengenakan busana cukup tertutup dengan baju lengan panjang dan celana hingga mata kaki, hal itu tetap mengundang kontroversi di negara muslim yamg memiliki aturan sangat ketat tersebut. 

IRNA memberitakan bahwa video wanita  yang mengendarai sepedanya tanpa jilbab telah memicu protes dari warga dan ulama di Najafabad. Para penduduk di kota bahkan dikabarkan langsung mengadakan unjuk rasa sehari setelah kejadian.  

Raei mengungkapkan bahwa motif dari tindakan wanita itu kini sedang diselidiki oleh kepolisian. Tetapi, pihaknya menolak untuk mengungkapkan lebih lanjut identitas dari perempuan yang ditahan.

2. Aktivis kecam kebijakan pemerintah terhadap wanita Iran

Tersebarnya video itu telah mengundang simpati dari banyak pengguna sosial media. Seorang aktivis Iran, Masih Alinejad yang dikenal luas kerap menyuarakan hak wanita Iran, menuliskan dalam Twitter: "Kemarin dia menikmati angin di rambutnya saat bersepeda dan hari ini dia ditangkap oleh pihak berwenang di Iran. Mengapa? Karena dia adalah seorang wanita dan di negara saya yang indah Iran, mengendarai sepeda atau terungkap membuat kita penjahat di mata "Ayatollah". ISIS masih berkuasa," cuitnya sambil memasang video tersebut. 

Tidak hanya wanita itu saja, Alinejad memposting beberapa video wanita lainnya yang juga melakukan tindakan serupa. Tetapi, menyuarakan kebebasan dalam memilih cara berbusana telah membuat para aktivis perempuan di Iran harus merasakan jeruji besi dengan tuntuan hingga belasan tahun. Ia pun khawatir hal yang sama akan terjadi pada orang di video.

"Awalnya saya mengaburkan wajahnya tetapi sekarang dia di penjara, dunia harus datang membantunya. Komentar terakhir dari juru kamera mengatakan: “Apakah Shah kembali?  Apakah kebebasan telah kembali?" Saat ini banyak wanita yang dipenjara karena memprotes #ForcedHijab. Ini sangat menyedihkan di abad ke-21," twit Alinejad. 

Baca Juga: Iran Berhasil Cegah Upaya Serangan Siber di Institusi Pemerintah

3. Beratnya aturan mengenakan jilbab di Iran

Bersepeda Tanpa Jilbab, Perempuan Iran Dimasukkan ke PenjaraFoto para wanita Iran. Sumber: Unsplash.com/Mostafa meraji

Di bawah hukum Islam yang berlaku di Iran sejak revolusi 1979, wanita harus mengenakan jilbab yang menutupi kepala dan leher serta rambut mereka. Hukum yang berlaku ini telah memiliki sejarah panjang penentangan di negaranya, tetapi suara rakyat terutama wanita selalu terhalang bayang-bayang otoritas yang berkuasa. 

Banyak wanita Iran telah berulang kali mencoba mendorong batasan tersebut. Seringkali mereka memasang jilbab setengah terbuka dan menunjukkan lebih banyak rambut, terutama di wilayah ibu kota Teheran dan kota-kota besar lainnya. Namun, wanita masih menghadapi reaksi keras karena gagal mematuhi kode berpakaian Islami yang ketat.

Middle East Monitor melaporkan, Pada bulan Januari seorang atlit catur Iran, Shohreh Bayat, mendapatkan masalah karena caranya memakai jilbab selama kejuaran catur dunia wanita diselenggarakan. 

Bayat menegaskan bahwa dia mengenakan jilbab seperti yang selalu dia lakukan di turnamen internasional, tetapi media Iran mengklaim dia memberontak terhadap hukum Islam negara itu. Karena takut akan pembalasan, ia memutuskan untuk tidak kembali ke negaranya dan memilih mencari suaka di Inggris. 

 “Ada banyak orang di penjara di Iran karena jilbab. Ini masalah yang sangat serius, "kata Bayat kepada BBC saat itu. “Saya tidak dapat memikirkan wanita Iran yang pernah bekerja di turnamen tingkat tinggi seperti itu. Tapi satu-satunya yang penting bagi mereka adalah hijab saya, bukan kualifikasi saya. Itu sangat mengganggu," tambahnya.

Pada bulan Maret, Al Arabiya pernah memberitakan tentang beredar luasnya video seorang wanita Iran yang mendapat serangan amukan dari pria dijalan, hanya karena dirinya dianggap tidak mengenakan jilbab dengan benar. Para polisi di negara itu sendiri juga dikenal kerap kali melecehkan wanita karena kasus serupa. Bila terlihat tidak mengenakan jilbab sesuai aturan, mereka akan mendapatkan 'serangan' karenanya. Meski demikian, tidak ada yang bisa dilakukan.

Pada tahun 2018, kasus-kasus semacam itu pernah dibawa ke pengadilan, tetapi bahkan pemerintah sendiri menganggapnya bukan suatu kesalahan penting karena pengacara para pelapor mengungkapkan, kasus yang diajukan semuanya ditutup oleh otoritas tanpa adanya tuntutan pada siapapun. 

Baca Juga: Pegulat Iran Dieksekusi, Picu Kemarahan Aktivis HAM Internasional

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya