Demonstrasi Belarus Berlanjut, Video Polisi Hajar Wanita Tuai Kecaman

Puluhan wanita ditahan dan ditindas dalam aksi unjuk rasa  

Minsk, IDN Times – Demonstrasi menentang rezim kepemimpinan Alexander Lukashenko terus berlanjut pada Sabtu-Minggu kemarin (13/09/2020), ketika ribuan warga Belarus dilaporkan kembali turun ke jalan dan memenuhi pusat ibu kota Minsk.

Unjuk rasa yang didominasi pria, wanita, hingga kalangan anak muda tersebut, berlangsung dengan cukup brutal tatkala petugas anti huru-hara yang menggunakan topeng hitam dan seragam hijau tanpa lencana, tampak tak segan melakukan kekerasan bahkan terhadap wanita. Beberapa video aksi tersebut pun direkam oleh media independen Belarus Tut.by, dan meraih kecaman luas saat tersebar di sosial media.

1. Salah satu video tunjukkan aksi polisi yang pukul seorang wanita di wajah saat sedang merekam  

Dalam salah satu video unjuk rasa di Minsk yang tersebar, terlihat momen ketika seorang wanita tengah berjalan mendekati polisi sambil memegang ponsel untuk merekam. Tak senang dengan hal tersebut, si polisi pun langsung melayangkan pukulan keras kepada wanita itu tepat di wajah, hingga membuatnya tersungkur jatuh dengan keras. Orang-orang yang berkerumun di sekitar lokasi pun terlihat sangat syok dan langsung berlari untuk memberikan pertolongan.

Kejadian pemukulan itu, bukan satu-satunya kekerasan yang dialami wanita selama unjuk rasa massal di Belarus. Dalam momen lainnya, terdapat pula saat dimana para perempuan muda ditangkap dan dibawa dengan paksa oleh para petugas bertopeng, dipisahkan dari kerumunannya dan dimasukkan ke dalam van dengan sangat kasar.

 Step Vaessen dari Al Jazeera, mengatakan bahwa selama kejadian yang berlangsung di hari Sabtu, internet diblokir dan pasukan keamanan telah mempersulit pengunjuk rasa untuk berkumpul.

 "Mobil van yang dikendarai polisi bertopeng berkeliling kota dengan kecepatan tinggi, berhenti dan menculik orang-orang dari jalan," ungkapnya.

2. Ratusan pengunjuk rasa ditahan, puluhan diantaranya adalah wanita 

Dalam gelombang unjuk rasa susulan yang berlangsung pada Sabtu-Minggu kemarin, dilaporkan ada lebih dari 400 orang yang telah ditahan di berbagai distrik kota dan puluhan diantaranya adalah wanita. Reuters melaporkan, banyak dari 5.000 pengunjuk rasa yang hadir pada Sabtu terlihat secara terus menerus meneriakkan kata “Pergi!” –mengacu pada Lukashenko, dan meminta pemerintah untuk membebaskan aktivis oposisi Maria Kolesnikova, yang ditahan setelah dirinya menolak pengusiran paksa dari pemerintah negara.

Selama aksi unjuk rasa, polisi terlihat menggunakan senapa pompa dan mengeluarkan tembakan ke udara sebagai peringatan. Kawat berduri juga terlihat dipasang di sekitar area pusat menuju kediaman istana Presiden. Meski demikian, hal itu tetap tak menyulutkan semangat warga untuk berdemonstrasi. Bahkan setelah sebulan berlalu, hingga kini masih belum ada tanda-tanda protes akan mereda.

 "Saya keluar untuk kebebasan dan saya akan memprotes sampai kami memenangkannya dengan cara damai," kata Oleg Zimin yang berusia 60 tahun kepada AFP.

3. Lukashenko dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin 

Demonstrasi Belarus Berlanjut, Video Polisi Hajar Wanita Tuai KecamanPotret Presiden Rusia, Vladimir Putin. Twitter.com/KremlinRussia_E

Sementara itu, Presiden Belarus Alexander Lukashenko dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, pada Senin ini (14/09/2020) waktu setempat. Kedua pemimpin itu dikabarkan akan melakukan pembicaraan seputar rencana integrasi yang lebih dekat, serta proyek perdagangan dan energi.

Pakar analis menyebutkan bahwa Putin, yang diketahui sangat ingin menyatukan Rusia dan Belarus, mungkin saat ini tengah berusaha untuk mengeksploitasi kerentanan Lukashenko dan memanfaatkan posisi sulit yang dihadapinya. Tetapi perjanjian apa pun yang membahayakan kedaulatan dan kemerdekaan Belarus, kemungkinan akan semakin membuat marah rakyat lebih lanjut.

"Ini benar-benar kebuntuan. Lukashenko telah mengulangi lagi dan lagi bahwa dia tidak mau mundur. Orang-orang di sini juga tidak bersedia menghentikan protes karena mereka telah memulai sesuatu yang mereka sebut 'kebangkitan Belarus'. Setelah bertahun-tahun, 26 tahun kediktatoran, mereka telah melewati titik di mana mereka tidak dapat menerimanya lagi. " ungkap Step Vaessen kepada Al Jazeera.

Peter Zalmayev dari Eurasia Democracy Initiative juga mengatakan, unjuk rasa massal selama sebulan ini hanya memiliki satu tujuan, yakni pemecatan Lukashenko dan "pemerintahan tangan besi" -nya. "Satu tujuan yang dimiliki para pengunjuk rasa adalah untuk menyingkirkan orang itu (Lukashenko) dan mereka melakukannya dengan cara demokratis yang spektakuler tanpa pemimpin tunggal, dengan kepemimpinan yang tersebar, dan dengan pemberontakan sangat luar biasa yang belum pernah disaksikan di Belarus,  "katanya. Lebih lanjut ia berkata bahwa satu-satunya alasan Lukashenko dapat bertahan sampai saat ini, hanyalah karena pasukan keamanan masih setia melindunginya.

Baca Juga: Tuntut Presiden Mundur, Ratusan Ribu Warga Belarus Demo Berhari-hari

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya