Dikecam Internasional, Mesir Bebaskan Pasangan Jurnalis

Keduanya dituduh menyebarkan berita palsu tentang pemerintah

Kairo, IDN Times - Pihak berwenang Mesir pada Rabu kemarin (14/04) akhirnya membebaskan pasangan suami-istri berprofesi jurnalis, Solafa Magdy dan Hossam el-Sayyad, setelah penahanan keduanya selama lebih dari setahun telah mengundang kecaman internasional. Pembebasan itu pun terjadi tepat sehari setelah jurnalis dan aktivitis terkemuka, Khaled Dawoud, yang dipenjara atas tuduhan yang sama, juga turut dibebaskan.

1. Siapakah Magdy dan Sayyad?

Penahanan Magdy dan Sayyad terjadi pada tahun 2019 silam selama gerakan protes pemerintah yang tengah berlangsung di bulan Maret tahun tersebut. Dituding telah menyebarkan berita palsu dan bergabung dengan kelompok pemberontak, keduanya dan juga kolega mereka Mohammed Salah, ditangkap oleh pasukan keamanan nasional ketika sedang duduk di sebuah kafe di kota Kairo. Selama penangkapan, mereka dilaporkan mengalami penyiksaan, pemukulan dan pelecehan, serta seluruh barang pribadinya pada saat itu disita.

Hossam el-Sayyad merupakan jurnalis fotografi, sementara sang istri Solafa Magdy, dikenal sebagai jurnalis independen perempuan yang cukup berpengaruh di Mesir. Ia pernah dianugerahi penghargaan Keberanian dalam Jurnalisme pada tahun 2020, meski posisinya saat itu masih di jeruji sel. Magdy dikenal semasa karirnya kerap mengkhususkan diri dalam minoritas dan hak-hak perempuan, pengungsi dan pelecehan seksual di Mesir. Ia juga merupakan pendiri Everyday Footage, sebuah sekolah yang mengajarkan keterampilan meliput untuk para jurnalis perempuan muda, lapor Middle East Monitor.

Pembebasan kedua jurnalis pun disambut baik oleh Amnesty International yang telah sejak awal memimpin kampanye dukungan untuk mereka. “Kami berharap pihak berwenang Mesir akan terus membebaskan jurnalis yang ditahan secara sewenang-wenang dan ribuan lainnya di balik jeruji besi, yang satu-satunya kejahatannya hanyalah menggunakan hak mereka secara damai,” kata peneliti Amnesty Mesir, Hussein Bayoumi dalam sebuah pernyataan kepada Middle East Eye (MEE).

2. Solafa Magdy kerap dapat pelecehan dan penganiayaan saat di penjara

Baca Juga: Jurnalis Veteran di Yunani Tewas Ditembak Orang Tak Dikenal

Sejumlah kelompok HAM mengungkapkan bahwa selama penahanannya di penjara khusus perempuan Al-Qanater, Magdy kerap menjadi korban pelecehan fisik termasuk insiden penyerangan, pemukulan dan penyeretan. Dia pernah dibawa dari selnya dengan mata tertutup untuk diinterogasi di hadapan seorang petugas yang memintanya memberikan nama dan informasi tentang orang lain. Ketika menolak, dia diancam tidak akan dapat melihat putranya lagi dan bahwa suaminya akan disakiti.

Pengacaranya pun mengatakan bahwa Magdy mengalami perlakuan yang memalukan selama transportasi dari penjara untuk menghadiri sidang penuntutan, dimana staf penjara memaksanya melepas seluruh pakaian dan kemudian menyeretnya dari ruang interogasi. Keluarganya melaporkan bahwa ketika mereka melihatnya pada 27 Januari, Magdy tampak lemah dan tidak dapat berjalan kecuali dengan bantuan.

Ibunya juga mengatakan bahwa dia menderita pendarahan hebat yang disebabkan oleh pemeriksaan paksa rahim oleh administrasi penjara. Tetapi, semua tuduhan itu dibantah oleh Kementerian dalam Negeri yang kemudian mengklaimnya sebagai bagian 'kampanye disinformasi' yang digagas kelompok oposisi.

3. Masih banyak jurnalis Mesir yang ditangkap tanpa tuduhan jelas

Selain bebasnya pasangan jurnalis Magdy dan Ayyad, Senin malam lalu (12/04) jurnalis senior terkemuka Khaled Dawoud juga turut dibebaskan. Sosoknya yang kerap menyuarakan kritik terhadap pelanggaran HAM di era pasca-Mubarak, ikut menerima tuduhan penjara serupa akibat tudingan menentang pemerintah. Setelah lebih dari 18 bulan dalam tahanan, pembebasannya pun disambut gembira di sosial media Mesir.

Sementara itu, sejak memimpin kudeta terhadap mantan Presiden Mohamed Morsi yang terpilih secara demokratis pada tahun 2013, Presiden Abdel Fattah el-Sisi yang saat ini memimpin Mesir, diketahui dengan sangat keras menentang segala bentuk perbedaan pendapat. Sudah begitu banyak daftar aktivis dan jurnalis yang ditangkap tanpa tuduhan jelas dibawah pemerintahannya.

Jaringan Arab untuk Informasi Hak Asasi Manusia (ANHRI) pun mengatakan dalam sebuah laporan pada hari Selasa (13/04), bahwa pihak berwenang Mesir telah membangun 35 penjara baru hanya dalam kurun waktu 10 tahun, meskipun ada peningkatan tuntutan dari organisasi HAM.

Baru-baru ini, negara AS bahkan ikut turun tangan dan bergabung dengan negara-negara Barat untuk mendesak Mesir mengakhiri penuntutan terhadap aktivis, jurnalis, dan lawan politiknya. Saat ini, diperkirakan ada 60.000 tahanan politik yang ditahan di penjara Mesir, yang menjadikan negara tersebut sebagai penjara jurnalis terburuk ketiga di dunia setelah Tiongkok dan Turki.

Baca Juga: Lecehkan Jurnalis, Bolsonaro Diminta Bayar Kompensasi

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya