Dukung LGBTQ+, Sekolah Jepang Sediakan Seragam Nonbiner

Sekolah ingin beri perhatian lebih terkait kesetaraan gender

Tokyo, IDN times - Maraknya kampanye kesetaraan gender dan dukungan untuk kaum LGBT, membuat semakin banyak sekolah di Jepang mulai menunjukkan kepedulian lebih terkait isu tersebut. Berbagai sekolah di Jepang bahkan mulai ikut serta untuk memberikan perhatian, di mana salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menghapus kode gender untuk penggunaan seragam guna menjaga kondisi mental dan kesejateraan bagi para siswa transgender dan minoritas seksual lainnya.

Langkah ini dibuat sebagai bentuk tanggapan serius atas permintaan dari Kementerian Pendidikan sejak lima tahun lalu, dan diharapkan dapat segera diterapkan secara nasional.

1. Pelajar bebas memilih ingin mengenakan celana atau rok

Seragam nonbiner tersebut memiliki rancangan seragam pada umumnya, tetapi dengan 'pilihan bebas'. Misalnya, seorang anak perempuan bisa memilih memakai celana bila ia merasa lebih nyaman mengenakannya ketimbang rok. Sedangkan siswa laki-laki yang biasanya wajib mengenakan celana panjang, kini boleh memilih mengenakan celana selutut atau bahkan rok bila ia memang menginginkannya. Sekolah juga nantinya akan membatalkan penggunaan sebutan seragam dengan embel-embel 'seragam pria' dan 'seragam wanita', sehingga konsep tanpa gender akan lebih jelas ditanamkan.

Berdasarkan laporan dan survei yang dilakukan oleh Kyodo News melalui dewan pendidikan, tercatat bahwa saat ini konsep dari melonggarkan pembatasan terhadap kode etik berseragam telah diterapkan di lebih dari 600 sekolah menengah, dimana jumlah tertinggi berada di wilayah Hokkaido, Tokyo dan Chiba.

Beberapa sekolah lainnya di 28 perfektur berbeda juga disebutkan telah mengikuti langkah serupa, meskipun data pastinya masih belum tercantum. Meski demikian, laporan menyebutkan bahwa konsep berseragam tersebut rencananya akan diperluas secara nasional ke semua sekolah menengah mulai musim semi mendatang (antara Maret sampai Mei), dan diharapkan dapat membawa dampak positif secara luas terkait dengan kesetaraan gender.

2. Terdapat kekhawatiran dalam penggunaannya

Dukung LGBTQ+, Sekolah Jepang Sediakan Seragam NonbinerPotret seorang siswa laki-laki dan perempuan yang tengah duduk. Sumber: Unsplash.com/Shot by Cerqueira

Baca Juga: Kasus Demensia di Jepang Meningkat, Muncul Fenomena 'Lonely Deaths'

Banyak yang memandang perubahan ini sebagai sebuah langkah yang menguntungkan siswa secara keseluruhan dan membantu meningkatkan fleksibilitas dan kenyamanan pelajar. Sebelumnya, konsep seragam standar yang biasanya diterapkan di sekolah Jepang dilaporkan telah menyebabkan banyak penderitaan secara mental bagi murid-murid di sana yang mengidentifikasikan dirinya sebagai transgender, lesbian, gay, ataupun biseksual.

Pada bulan Agustus lalu, seorang siswa sekolah menengah di daerah Edogawa yang lahir sebagai perempuan tetapi mengidentifikasikan dirinya sebagai laki-laki, bahkan pernah melayangkan protes secara lantang kepada walikota untuk mengambil tindakan terkait permasalahan dalam berbusana di sekolah. Ia menuntut agar semua sekolah dapat memberikan lingkungan yang menawarkan pilihan kepada siswa untuk mengenakan seragam yang tidak berhubungan dengan jenis kelamin.

Tetapi, pilihan seragam secara bebas tetaplah memiliki unsur kontroversial dam kekhawatiran serius bahwa nantinya hal itu justru akan memancing kemungkinan bullying lainnya. Misalnya saja, meskipun pilihan dalam mengenakan celana untuk siswi perempuan relatif dapat diterima, tetapi tidak dengan pilihan yang diberikan pada anak yang terlahir laki-laki bila mana mereka ingin mengenakan rok. Pemahaman gender juga masih sangat sulit diterima dikalangan orang dewasa.

Seorang anggota fakultas di sebuah sekolah menengah umum di Kyushu di mana siswanya diizinkan untuk memilih seragam secara bebas, juga mengakui bahwa kebijakan tersebut dapat menjadi bumerang jika hanya dilakukan dengan pertimbangan seksual minoritas. Menurutnya, para siswa besar kemungkinan malah ragu-ragu untuk mengenakan seragam yang menurut mereka paling nyaman karena takut menonjol. “Penting bagi mahasiswa untuk bisa bebas memilih apa pun alasannya, termasuk dari segi fungsionalitasnya,” tuturnya.

Meski demikian, konsep nobiner sendiri bukan hanya tentang transgender, tetapi juga secara garis besar ditujukan untuk kenyamanan siswa dalam bersekolah. Salah satu komentar dari seorang siswi yang memilih mengenakan celana panjang ketimbang rok pun mengakui bahwa ia menyukai pilihan bebas yang diberikan karena itu membuatnya nyaman dalam beraktivitas. “Jika saya memakai celana panjang, saya tidak perlu khawatir kaki saya kedinginan. Saya juga tidak perlu khawatir rok saya terbuka saat mengayuh sepeda. Saya tidak akan kembali ke rok,” kata siswi tersebut, melansir dari Kyodo news.

3. Isu gender juga jadi persoalan serius di perusahaan Jepang

Dukung LGBTQ+, Sekolah Jepang Sediakan Seragam NonbinerSiswa sekolah di Jepang. Sumber: Unsplash.com/Bna Ignacio

Sementara itu, permasalahan terkait jenis kelamin saat ini juga menjadi topik penting dalam perusahaan di Jepang. Sebelumnya, banyak perusahaan di negari sakura tersebut menerapkan persyaratan yang mengharuskan para pelamar kerja untuk menuliskan jenis kelamin serta mensertakan foto sesuai identitas kelaminnya pada resume.

Hal tersebut lantas menyebabkan terciptanya sebuah kampanye petisi online cukup besar yang dikirimkan kepada pihak kementerian, dimana banyak pelamar merasa diberlakukannya persyaratan tersebut telah menyebabkan suatu diskriminasi gender. Para ahli pun turut menyebut bahwa kondisi itu telah menimbulkan masalah dan hambatan bagi para transgender di Jepang untuk mendapatkan pekerjaan.

Banyak warga Jepang pun berharap agar permasalahan itu dapat di tanggapi dengan serius oleh pemerintah seperti layaknya di Amerika Serikat, di mana mendiskriminasi pelamar berdasarkan ras, warna kulit, agama atau jenis kelamin (termasuk identitas gender, orientasi seksual dan kehamilan), adalah sesuatu yang illegal.

Baca Juga: Kasus Demensia di Jepang Meningkat, Muncul Fenomena 'Lonely Deaths'

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya