Hanya Dalam 10 Hari, 49 Eksekusi Mati Tahanan Dilakukan di Mesir

Aktivis HAM sebut jumlah itu keterlaluan

Kairo, IDN Times - Hanya dalam kurun waktu 10 hari pada bulan Oktober, Mesir dilaporkan telah melakukan eksekusi mati terhadap 49 tahanannya. Menurut informasi yang dirilis oleh Human Rights Watch pada Kamis kemarin (14/10), seluruh eksekusi itu terjadi diantara tanggal 3 sampai 13 oktober lalu. 

Kelompok organisasi menyebutkan, langkah pemerintah Mesir terhadap eksekusi adalah suatu 'pelanggaran hak untuk hidup' dan dilakukan di belakang pengadilan yang tidak adil. Mesir sendiri kini tercatat sebagai salah satu dari 5 negara teratas yang paling banyak melakukan ekseskusi mati terhadap narapidananya. 

Di bawah kepemimpinan Presiden Abdel Fattah el-Sisi, kondisi sistem hukum Mesir dinilai sangat memprihatinkan hingga berulang kali mendapatkan kecaman internasional. baru-baru ini, sebanyak lebih dari 200 anggota parlemen dari AS dan Eropa bahkan melakukan gerakan serentak dengan mengirimkan surat resmi kepada Presiden Mesir untuk mendesak keadilan HAM dan membebaskan 'tahanan hati nurani'
yang dipenjara tanpa hukum pidana yang jelas. 

1. Dua di antara 49 tahanan yang dieksekusi adalah wanita

Hanya Dalam 10 Hari, 49 Eksekusi Mati Tahanan Dilakukan di MesirIlustrasi Bunuh Diri (IDN Times/Mardya Shakti)

Melansir dari AFP, organisasi HAM tersebut mengatakan bahwa informasi yang didapatkan merupakan kumpulan dari laporan di surat kabar pro-pemerintah. Mereka mengatakan, Mesir biasanya memang tidak mengumumkan eksekusi yang dilakukan atau bahkan memberitahukannya kepada keluarga terpidana.

Selain beberapa yang dieksekusi akibat kasus pemerkosaan dan pembunuhan, hampir seluruh tahanan yang dihukum lainnya terlibat dalam tiga gerakan berbeda diantaranya; 10 tahanan dituduh terlibat dalam serangan pada tahun 2014  untuk kelompok bersenjata Ajnad Masrm (Tentara Mesir), 3 tahanan dituduh terlibat dalam serangan 2013 di sebuah kantor polisi di pinggiran Kerdassa-Kairo, dan 2 tahanan karena demonstrasi kekerasan di Alexandria pada tahun yang sama.

Sementara, 15 orang lainnya dihukum karena dugaan keterlibatan dalam kekerasan politik setelah kudeta militer menjatuhkan Presiden demokratis pertama Mesir, Mohamed Morsi.

Morsi berasal dari jajaran Ikhwanul Muslimin, kelompok Islam tertua di negara itu. Sejak pemecatannya, pihak berwenang menghapus keberadaan kelompok dan menangkap sebagian besar pemimpinnya, termasuk mantan presiden sendiri yang kemudian meninggal dalam tahanan. Laporan juga menyebutkan bahwa dua diantara 49 tahanan yang tewas adalah wanita.

Baca Juga: Seruan HAM: Presiden Mesir Didesak Keras Bebaskan Tahanan Hati Nurani

2. Eksekusi di Mesir melanggar norma hukum

Hanya Dalam 10 Hari, 49 Eksekusi Mati Tahanan Dilakukan di MesirIlustrasi Kejaksaan (IDN Times/Mardya Shakti)

"Mesir memiliki pola pembunuhan di luar proses hukum dan mencurigakan, menyusul serangan terhadap pasukan keamanan atau warga sipil dalam beberapa tahun terakhir," sebut pernyataan. Human Rights Watch (HRW) juga mengatakan bahwa tahanan yang ditangkap karena tuduhan kekerasan politik sering menghadapi sejumlah pelanggaran termasuk penghilangan paksa, penyiksaan untuk mendapatkan pengakuan dan tidak ada akses ke pengacara.

 "Eksekusi massal Mesir terhadap banyak orang dalam hitungan hari sangat memalukan ... tidak adanya pengadilan yang adil secara sistematis di Mesir, terutama dalam kasus politik, membuat setiap hukuman mati sebagai pelanggaran hak untuk hidup." kata Joe Stork, pengawas Hak Asasi Manusia di HRW.

3. Mesir masuk jajaran 5 negara paling banyak lakukan eksekusi mati

Hanya Dalam 10 Hari, 49 Eksekusi Mati Tahanan Dilakukan di MesirFoto Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisi. Sumber: Twitter.com/AlsisiOfficial

Hukuman eksekusi sangat menyita perhatian warga mesir sendiri. Sebuah tagar di media sosial terkait dengan hal itu pun bahkan sempat menjadi salah satu trending teratas di negaranya, lapor Middle East Eye pada 5 oktober silam. 

Haitham Abu Khalil, seorang aktivis HAM Mesir yang berbasis di Turki menuliskan, "Bisakah Anda bayangkan apa yang terjadi pada hari Sabtu yang berdarah? [Otoritas Mesir] sangat ingin mengeksekusi 23 orang pada hari yang sama untuk menyampaikan dua pesan: 1. Meneror jalanan Mesir setelah Friday of Rage yang gagal, 2. Menanggapi kematian empat polisi di Penjara Scorpion." tulisnya di Facebook dalam bahasa Arab.

Amnesty internasional melaporkan bahwa pemerintahan di bawah el-Sisi telah menjadi salah satu yang terburuk dalam menerapkan hukuman mati hingga membuat Mesir berada diurutan kelima dunia usai Tiongkok, Iran, Arab Saudi, dan Irak. Situasi HAM disana juga tercatat sangat kacau sepanjang sejarah modern di Mesir.

4. Sekitar 200 anggota parlemen dari Eropa dan AS kirimkan surat kepada el-Sisi terkait HAM

Hanya Dalam 10 Hari, 49 Eksekusi Mati Tahanan Dilakukan di MesirFoto Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisi. Sumber: Twitter.com/AlsisiOfficial

Perkiraan HRW menyebutkan bahwa saat ini ada sekitar 60.000 tahanan politik di Mesir yang termasuk diantaranya adalah jurnalis, blogger, pembangkang politik, pengacara, dan aktivis.

Awal pekan ini, lebih dari 200 anggota parlemen Eropa dan AS secara bergiliran mengirimkan surat resmi kepada presiden terkait pelanggaran HAM yang dilakukan di pemerintahanya. 

Dalam rinciannya, Surat tersebut mendesak el-Sisi untuk membebaskan para 'tahanan hati nurani' yang menjalani penahanan pra-sidang. Para anggota perlemen menuliskan bahwa sistem kesehatan di dalam penjara Mesir yang penuh sesak dan terkenal brutal dapat mengakibatkan para tahanan kehilangan nyawa tanpa adanya keadilan, apalagi di tengah situasi pandemi COVID-19.

Gerakan dari para anggota parlemen itu adalah sebuah situasi yang langka. Namun hingga kini, belum ada respon yang diberikan oleh Mesir terkait surat tersebut. 

Baca Juga: Seruan HAM: Presiden Mesir Didesak Keras Bebaskan Tahanan Hati Nurani

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya