Ingin Buat Peternakan Buaya Terbesar di Australia, Hermès Dikecam

Rencananya akan menampung hingga 50.000 ekor buaya

Northern Territory, IDN Times - Hermès -Merk brand fashion papan atas dari Prancis-, baru baru ini menjadi sorotan luas terkait dengan niatan membangun salah satu peternakan buaya terbesar di Northern Territory, Australia, yang dimaksudkan untuk mengembang biakkan hingga 50.000 buaya air asin demi mengubahnya menjadi barang mewah seperti tas dan sepatu.

Fasilitas itu dilaporkan akan memakan biaya pengembangan sekitar $40 juta (setara Rp564 miliar) dan telah mengantongi persetujuan langsung dari otoritas lingkungan di wilayah tersebut. 

Namun, The Guardian melaporkan bahwa proposal itu pun langsung dibanjiri kecaman dari para kelompok aktivis hewan ketika beritanya beredar. Mereka mengaku prihatin dengan kesejahteraan buaya yang nantinya akan ditampung dan menyesalkan rencana yang dinilai sudah tidak lagi mengikuti mode terkini, dimana banyak merek lain yang saat ini telah beralih dari penggunaan kulit atau bulu karena alasan kekejaman.

1. Aktivis sebut niatan Hermès 'ketinggalan jaman'

Ingin Buat Peternakan Buaya Terbesar di Australia, Hermès DikecamFoto buaya. Sumber: unsplash.com/Stefan Steinbauer

Tas tangan brand papan atas yang menggunakan kulit buaya biasanya memiliki kisaran harga hingga ratusan juta rupiah. Dengan penghasilan yang menggiurkan, memang untuk dapat benar-benar 'melepaskannya' pun akan sangat sulit. Tetapi Nicola Beynon dari Humane Society International mengatakan bahwa kini banyak merek-merek termasuk Chanel, Mulberry, hingga pemilik Calvin Klein dan Tommy Hilfiger telah mengadopsi kebijakan kesejahteraan hewan yang 'menentang penggunaan kulit hewan eksotis seperti buaya'. “Konsumen dan rumah mode telah menjauh dari kekejaman terhadap hewan secepat mungkin,” katanya. “Tampaknya bodoh berinvestasi di industri yang tidak lagi populer.”

Dr. Jed Goodfellow selaku petugas kebijakan senior di RSPCA Australia juga mengutarakan pemikirannya yang mendukung pernyataan tersebut. Menurutnya, masyarakat kini telah menunjukkan penentangan terhadap pembunuhan hewan apapun dimana tujuan kematiannya adalah untuk menghasilkan barang mewah yang tidak penting seperti bulu atau bahan kulit. Tidak hanya itu, keputusan pembangunan peternakan juga dikhawatirkan dapat menyebabkan risiko lainnya terhadap lingkungan, sehingga Goodfellow berharap agar pemerintah Australia dapat meninjau ulang kode etik negara terkait dengan isu yang saat ini beredar.

Baca Juga: 5 Alasan Tas Hermes Mahal, Ada Fakta Pilu di Balik Pembuatannya

2. Otoritas setempat sudah beri lampu hijau

Ingin Buat Peternakan Buaya Terbesar di Australia, Hermès DikecamToko megah Hermès di Las Vegas, AS. Twitter.com/Hermes_Paris

Walau ditentang, wilayah Northern Territory di Australia sendiri sebenarnya telah menjadi rumah bagi beberapa peternakan dan pemasok global bagi kulit buaya untuk berbagai merk brand sejak lama. Pada periode 2018/2019 saja, laporan menyebutkan telah terdapat lebih dari 24.600 kulit buaya yang diekspor, dimana penghasilan dari industri peternakan buaya pun mendongkrak perekonomian hingga lebih dari Rp1 triliun di wilayah tersebut.

Sebuah laporan juga menyebutkan bahwa produsen kulit buaya disana telah terkenal sebagai penyedia etis yang mendorong produsen mode kelas atas seperti Hermès dan Louis Vuitton untuk membeli peternakan lokal di sana demi mengamankan rantai pasokannya.

Menurut Geoff McClure, konsultan peternakan buaya yang telah terlibat dalam industri tersebut sejak 1980-an, alasan mengapa Hermès dan Louis Vuitton menyukai buaya air asin Australia adalah karena buaya-buaya di sana memiliki lebih banyak sisik per unit di area perut. Selain itu, Northern Territory juga memiliki iklim hangat yang cocok untuk menjadi rumah bagi peternakan buaya.

Melansir dari ABC, rencananya pengembangan untuk proyek akan mencakup pembuatan laboratorium inkubator telur, tempat penetasan, kandang pembiakan, serta juga akan menyediakan infrastruktur pendukung seperti bengkel, ladang tenaga surya, rumah akomodasi dan tempat penyimpanan bahan bakar. Dan berdasarkan dokumen yang diserahkan ke Otoritas Perlindungan Lingkungan di wilayah tersebut, peternakan itu direncanakan akan mempekerjakan 30 orang untuk membiakkan sekitar 4.000 buaya dan kemudian mengembangkannya lagi hingga sebanyak 50.000 ekor.

3. Pernyataan lain sebut Hermès sebenarnya berjasa dalam konservasi buaya

Meski diserang dan dituduh sebagai brand "penyiksa buaya", tetapi The Guardian melansir bahwa Hermès rupanya memiliki kebijakan kesejahteraan hewan yang bertuliskan: “Grup telah menetapkan dan menerapkan kebijakan kesejahteraan hewan yang sangat ketat dan berbasis sains. Ini berlaku dalam lingkup tanggung jawab langsung serta untuk mitra eksternalnya, dengan pendekatan berbasis rantai pasokan tertentu.”

Laporan Hermès juga mengatakan bahwa semua peternakan buaya milik perusahaan telah menandatangani piagam praktik terbaik, dimana perusahaan telah bekerja di seluruh industri untuk meningkatkan standar kesejahteraan hewan yang telah ditinjau oleh kelompok buaya di Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam. Perwakilannya yakni Prof Grahame Webb pun menyebutkan bahwa penangkaran buaya perusahaan itu sebenarnya telah membantu mendanai upaya konservasi yang ada di wilayah tersebut.

Webb mengatakan bahwa meski rumah mode seringkali "diserang tanpa ampun" oleh aktivis hak-hak hewan, tetapi sebenarnya ada hal lain yang juga bagus untuk diceritakan. “Hermès adalah perusahaan yang sangat konservatif - mereka mencoba melakukan hal yang benar. Australia bahkan memiliki reputasi yang sangat baik untuk program pengelolaan buaya di seluruh dunia." Ia lalu mengungkapkan bahwa kini jumlah buaya air asin di alam liar Australia jauh lebih stabil dan sehat dibandingkan dengan dulu saat dimana perburuan buaya secara liar masih sering terjadi.

Sementara itu, media Guardian Australia telah mencoba mengirimkan pertanyaan kepada Hermès terkait dengan pemberitaan yang beredar dan meminta untuk berbicara dengan perwakilannya, tetapi sampai berita ini dirilis, masih belum ada tanggapan yang diterima.

Baca Juga: 5 Alasan Tas Hermes Mahal, Ada Fakta Pilu di Balik Pembuatannya

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya