Kasus Bunuh Diri Anak-anak Suriah Meningkat Tajam

Anak-anak korban perang menderita trauma yang sangat besar

Damaskus, IDN Times - Konflik tak berkesudahan di Suriah telah membawa trauma yang besar bagi generasi muda di negeri tersebut hingga ke titik terendah.

Baru-baru ini, badan amal Save The Children merilis laporan yang mengungkapkan bahwa kasus percobaan dan kematian bunuh diri yang dilakukan oleh remaja dan anak-anak di wilayah barat laut Suriah telah meningkat tajam hingga 86 persen dalam kurun waktu tiga bulan terakhir tahun 2020, dibandingkan dengan tiga bulan pertama di tahun yang sama.

"Ini adalah situasi yang sangat mengkhawatirkan. Setelah sepuluh tahun konflik, kami sekarang melihat anak-anak terpaksa bunuh diri. Sangat menyedihkan bahwa anak-anak mencapai titik di mana mereka tidak melihat jalan keluar lain dari kehidupan yang mana mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan, makanan yang cukup atau tempat tinggal yang memadai. Ini adalah masalah yang sangat serius yang menambah banyak tantangan yang telah dihadapi penduduk Suriah selama lebih dari sepuluh tahun," ungkap Sonia Khush, direktur Save the Children untuk Suriah, dilansir dari reliefweb.

1. Usia 15 tahun atau lebih muda mendominasi kasus bunuh diri di Suriah

Kasus Bunuh Diri Anak-anak Suriah Meningkat TajamIlustrasi Bunuh Diri (IDN Times/Mardya Shakti)

Laporan yang dirilis pada Kamis (29/4/2021), menunjukkan bahwa jumlah anak yang mencoba atau melakukan bunuh diri di barat laut Suriah telah meningkat tajam selama setahun terakhir, dengan hampir satu dari lima dari semua kasus bunuh diri yang tercatat melibatkan remaja dan anak-anak. Total ada 246 kasus bunuh diri dan 1.748 percobaan yang tercatat hanya dalam tiga bulan terakhir pada tahun 2020.

Dari mereka yang mencoba atau melakukan bunuh diri pada periode tersebut, 42 persen di antaranya di dominasi oleh usia 15 tahun atau lebih muda, sementara 18 persen lainnya adalah remaja berusia antara 16 hingga 20 tahun.

Save the Children menyebut angka-angka kasus bunuh diri yang lebih banyak terjadi di barat laut Suriah muncul akibat kondisi yang terus memburuk di sana terkait dengan kemiskinan, kurangnya pendidikan, pekerjaan, kekerasan dalam rumah tangga, pernikahan anak usia dini, hubungan yang rusak dan perundungan.

"Hampir 15 persen pasien dewasa memiliki pikiran untuk bunuh diri," kata seorang petugas kesehatan mental dari organisasi mitra Save the Children, Hurras Network, di Idlib Utara. "Sementara itu, anak-anak mengekspresikan [pergulatan emosional mereka] melalui perilaku. Mereka menjadi agresif, terisolasi, atau penuh dendam," terangnya.

2. Banyak kasus bunuh diri terjadi di kamp pengungsi barat laut Suriah

Kasus Bunuh Diri Anak-anak Suriah Meningkat TajamIlustrasi foto menampilkan anak Suriah ketika sedang dipasangkan masker. Twitter.com/DECScotland

Perang di Suriah kini telah memasuki tahun kesepuluh dan sejauh ini menghancurkan sebagian besar negara itu. Menurut Observatorium Suriah untuk HAM, sebanyak lebih dari 388.000 orang terbunuh akibatnya dan jutaan warga lainnya terpaksa hidup sebagai pengungsi.

Wilayah barat laut Suriah sendiri merupakan wilayah terakhir yang dikuasai pemberontah dan hingga kini serangan udara masih sering terjadi hampir setiap saat di sana. Itu juga adalah tempat bagi sekitar dua juta warga terlantar yang kehilangan tempat tinggal asli mereka, di mana kamp pengungsi banyak didirikan.

Menurut laporan, mayoritas kematian karena bunuh diri yang tercatat, 187 di antaranya terjadi di antara para pengungsi tersebut. Kondisi kehidupan yang keras dan tidak sehat di kamp serta kurangnya insfratruktur disebut menjadi faktor pendukung yang membuat seseorang merasa lebih tertekan.

Baca Juga: Minta Warga Suriah Pulang ke Negaranya, Denmark Dikecam

3. Survei sebut rata-rata pengungsi Suriah alami gangguan PTSD

Kasus Bunuh Diri Anak-anak Suriah Meningkat TajamIlustrasi tulisan 'peace' (damai). Sumber: Pixabay.com/pixel2013

Sementara itu, pada awal Maret lalu sebuah badan amal Inggris, Syria Relief, pernah mengeluarkan laporan survei tentang penemuan gejala gangguan stres pasca-trauma (PTSD) yang tersebar luas di antara para pengungsi Suriah.

Survei yang dilakukan terhadap 721 warga Suriah yang tinggal di Lebanon, Turki dan Idlib di Barat Laut Suriah, menemukan bahwa 84 persen di antara para pengungsi tersebut menderita setidaknya tujuh dari 15 gejala utama PTSD.

“Ada banyak sekali orang yang membutuhkan dukungan seperti ini. Aku bahkan tidak bisa menghitungnya. Ada orang yang benar-benar tidak bisa sembuh, mereka mengalami luka psikis dan fisik yang parah, ”ujar Ibrahim Hanano, seorang anggota dewan di kota perbatasan Tel al-Karameh, Suriah. “Satu-satunya hal yang dapat kami lakukan adalah mencoba mendokumentasikan situasi mereka sehingga jika LSM lokal datang ke daerah tersebut kami akan memberi tahu mereka," lanjutnya, mengutip dari The Guardian.

Diana Rayes, seorang peneliti kesehatan mental di antara pengungsi Suriah yang berbasis di AS, mengatakan survei oleh Syria Relief tidak cukup besar untuk menarik kesimpulan, tetapi menunjukkan perlunya lebih banyak perhatian diberikan pada masalah ini. “Kami tahu pasti ada dampak multigenerasi dari PTSD dan trauma pada populasi. Kami tahu ini akan memengaruhi anak-anak yang lahir selama konflik,” katanya.

Baca Juga: Bantu Suriah, PBB Butuh Dana Bantuan 10 Miliar Dolar AS

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya