Kasus dan Kematian COVID-19 di Jepang Terus Naik

Jepang hadapi gelombang ketiga pandemi sejak Oktober lalu

Tokyo, IDN Times - Perkembangan kasus COVID-19 di Jepang terus meningkat tajam dalam beberapa waktu terakhir sejak gelombang ketiga pandemi menyerang di bulan Oktober lalu. Pada Jum'at saja (18/12), kota Tokyo bahkan telah memiliki jumlah harian lebih dari 660 kasus dengan total kumulatif mencapai 50.000an. Angka tersebut datang setelah sehari sebelumnya ibu kota tersebut mencatatkan rekor harian tertinggi kasus virus untuk pertama kalinya sejak pandemi, dengan catatan angka mencapai 822 infeksi dan menambahkan  jumlah keseluruhan nasional hingga 3.200 kasus per hari.

Dengan kondisi ibu kota yang disebut menjadi terparah saat ini diantara wilayah lain di Jepang, pemerintah Tokyo pun dilaporkan telah menaikkan tingkat kewaspadaan sistem medis ke level tertingginya dan mendesak para warga untuk mengambil langkah pencegahan ketat menjelang periode libur akhir tahun  yang semakin mendekat.

1. Petugas medis semakin kewalahan

Kasus dan Kematian COVID-19 di Jepang Terus NaikPotret jalanan padat kota tokyo, Jepang. Sumber: Unsplash.com/ Timo Volz

Meningkatnya situasi kritis terkait perkembangan virus di Tokyo telah membuat para ahli medis kewalahan dan semakin banyak rumah sakit terpaksa menggunakan tempat tidur biasa untuk pasien COVID-19. Mereka juga mengatakan bahwa bila situasi terus berlanjut selama dua minggu ke depan, maka akan ada masalah serius yang dapat melemahkan pusat kesehatan dan sistem medis negara. Terlebih, tempat tidur untuk pasien COVID-19 di ibu kota saat ini disebut semakin penuh dengan hampir 70 persen terisi oleh pasien.

Menanggapi hal tersebut, Yasutoshi Nishimura selaku Menteri Revitalisasi Ekonomi yang juga ditugaskan terkait persoalan pandemi, kabarnya akan segera mengadakan rapat dengan gubernur Tokyo Yuriko Koike untuk membahas langkah-langkah selanjutnya dalam menangani situasi darurat tersebut.

2. Angka kematian COVID-19 juga meningkat tajam

Kasus dan Kematian COVID-19 di Jepang Terus NaikIlustrasi COVID-19. Sumber: Unsplash.com/Edward Jenner

Perkembangan COVID-19 yang meningkat tajam di Jepang juga menyebabkan naiknya kasus kematian secara drastis, khususnya di kalangan lansia. Mainichi Shimbun bahkan melaporkan bahwa telah terdapat 550 kematian terkonfirmasi hanya dalam 15 hari saja pada bulan Desember ini, dibandingkan dengan total keseluruhan di bulan November lalu.

Menurut data, sebagian besar kematian yang disebabkan oleh virus terjadi pada orang tua berusia 70 tahun ke atas, dimana penyebaran virus di kota-kota telah banyak yang mencapai institusi medis dan fasilitas perawatan bagi lansia seperti panti jompo. Peningkatan kasus kematian berdasarkan perfektur disebut paling banyak terjadi di wilayah Hokkaido, Osaka dan Tokyo.

Baca Juga: Topeng Hiper Realis Mulai Dijual di Jepang 2021

3. Pfizer kirimkan surat resmi terkait ijin vaksinasi kepada pemerintah Jepang

Kasus dan Kematian COVID-19 di Jepang Terus NaikFoto penggunaan metode swab test. Unsplash.com/Mufid Majnun

Sementara itu, badan farmasi pengembang vaksin COVID-19, Pfizer, dilaporkan telah meminta persetujuan dari Kementerian Kesehatan Jepang untuk segera mengirimkan pasokan vaksinnya ke sana. Menurut pejabat pemerintah, jika permintaan itu disetujui, maka vaksinasi nasional kemungkinan besar dapat dimulai di Jepang paling cepat bulan Maret mendatang.

Media melaporkan bahwa permohonan itu diajukan karena perusahaan farmasi ingin segera mendapatkan persetujuan jalur cepat tanpa harus melakukan uji coba skala besar, atas dasar bahwa vaksin yang mereka buat sebelumnya telah mendapatkan persetujuan terlebih dulu di negara lainnya. "Jika kami mendapatkan persetujuan, kami ingin memastikan pengiriman cepat vaksin dapat segera dilakukan agar orang-orang di Jepang bisa segera kembali ke kehidupan sosial yang normal," kata Akihisa Harada, presiden unit Pfizer di Jepang.

Jepang sendiri sebelumnya telah memiliki kesepakatan dengan Pfizer untuk menerima pasokan hingga 120 juta dosis pada paruh pertama tahun depan, yang kira-kira cukup untuk setengah dari populasi penduduk negara. Tetapi, mereka ingin dapat benar-benar memastikan keefektifan dan keamanan dari vaksin sebelum dapat membuat keputusan lebih lanjut.

Di lain tempat, Amerika Serikat dan Inggris sendiri telah terlebih dulu mulai menggunakan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer tersebut. Tetapi. kekhawatiran akan keamanannya tiba-tiba muncul setelah pihak berwenang AS mengatakan pada Rabu lalu (16/12), bahwa salah seorang petugas kesehatan di Alaska menunjukkan reaksi alergi yang serius terhadap vaksin yang diberikan. Reaksi alergi yang sama juga kabarnya terjadi pada dua petugas kesehatan yang ada di Inggris.

Baca Juga: Badai Salju Landa Jepang, Ribuan Mobil Terjebak di Jalan

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya