Kasus Demensia di Jepang Meningkat, Muncul Fenomena 'Lonely Deaths'

Penderita yang meninggal sering tak dilaporkan

Tokyo, IDN times – Demensia, sebuah penyakit otak yang kerap menyerang lansia, dilaporkan telah menjadi penyebab penting meningkatnya angka kematian dalam 'kondisi kesepian' di Jepang.

Menurut data yang dikumpulkan oleh surat kabar Mainichi Shimbun, setidaknya ada sekitar 538 kasus kematian ‘dalam kondisi kesepian’ sejak 2017 hingga 2019 lalu, di mana seseorang yang meninggal di rumah seringkali tidak segera diketahui hingga berhari-hari lamanya meskipun tinggal dengan anggota keluarga. Fenomena sosial baru ini pun membuat para ahli di Jepang mengaku khawatir akan retaknya ikatan komunitas dalam kesejahteraan keluarga yang terjadi dan menyerukan perlunya langkah dukungan dari pemerintah  terkait kondisi tersebut, terlebih dengan terus meningkatnya jumlah lansia di Jepang saat ini.

1. Jumlah penderita Demensia di Jepang yang meningkat  

Kasus Demensia di Jepang Meningkat, Muncul Fenomena 'Lonely Deaths'Ilustrasi gambar otak. Sumber: Pixabay.com/Tumisu

Dalam penyelidikan yang dilakukan dengan bantuan pemeriksa medis dari Osaka dan 23 bangsal di Tokyo, media Mainichi mengungkapkan bahwa jumlah kematian yang ditemukan dalam kondisi tersebut telah menyentuh angka hingga 538 orang, yang 90 diantaranya berasal dari Osaka sementara 448 lainnya dari Tokyo. Klasifikasi baru terkait kondisi yang disebut sebagai “kematian dalam kesepian meski hidup bersama orang lain” itu dilakukan dengan meneliti perhitungan pada periode tahun 2017 hingga 2019, dimana salah satu alasan paling umum menyebutkan bahwa kematian seseorang yang tidak disadari itu terjadi karena mereka tinggal dengan anggota keluarga yang menderita demensia.

Laporan juga mensinyalir bahwa kenaikan kasus kematian dalam kondisi di atas kemungkinan besar telah meningkat lebih banyak hingga dua kali lipat dan tersebar di hampir seluruh wilayah Jepang, tidak hanya Osaka dan Tokyo saja pada saat ini. Selain itu, Kementerian kesehatan juga sebelumnya pernah mengatakan bahwa di Jepang setidaknya ada sekitar 4,6 juta orang yang hidup dengan penyakit demensia. Jumlah itu pun dikhawatirkan  bisa meningkat tajam hingga menyentuh 7,3 juta orang pada tahun 2025 mendatang.

2. Pihak berwenang perlu aktif terlibat dalam memantau warga yang rentan  

Kasus Demensia di Jepang Meningkat, Muncul Fenomena 'Lonely Deaths'Ilustrasi orang lanjut usia menutup wajah. Sumber: Unsplash.com/Cristian Newman

Namun, meski penyelidikan media mengungkapkan fakta tersebut, tetapi hingga saat ini belum ada penelitian dalam skala nasional yang secara resmi dilakukan sehingga rincian pastinya masih belum jelas.

Seorang pejabat dari kementerian kesehatan, tenaga kerja dan kesejahteraan mengatakan kepada surat kabar itu bahwa pihak berwenang setempat cenderung tidak memantau secara dekat orang-orang rentan yang tinggal bersama kerabat dan itulah yang menjadi masalahnya. "Ketika orang tinggal bersama, mereka cenderung berada di luar subjek untuk diawasi (oleh pihak berwenang). Kasus-kasus dimana seseorang menjadi terisolasi dan tidak diperhatikan oleh orang-orang di sekitar pun meningkat (di Jepang) karena ikatan sosial yang terhubung dengan masyarakat mulai melemah akibat dari penuaan dan keluarga inti yang mengecil.”

Sementara kasus demensia dan lansia terus bertambah, Jepang sendiri juga kembali mencatatkan pengurangan angka kelahiran sepanjang tahun 2020 ini. Hal tersebut telah menjadi permasalahan nasional yang meresahkan pemerintah, terlebih dengan adanya pandemi COVID-19 yang semakin mempersulit niat pasangan untuk memiliki anak dalam situasi ekonomi yang tidak stabil.

Baca Juga: 5 Tips Ini Bisa Cegah Demensia di Usia Muda, Biar Gak Mudah Pikun!

3. Tentang demensia

Kasus Demensia di Jepang Meningkat, Muncul Fenomena 'Lonely Deaths'Model tengkorak kepala. Sumber: Unsplash.com/jesse orrico

Penyakit demensia yang kerap di derita orang lanjut usia, dalam istilah umum seringkali dikaitkan dengan kepikunan. Tetapi faktanya, penyakit otak tersebut bukan hanya sekedar bagian dari karakteristik penuaan saja melainkan sesuatu yang lebih serius.

Melansir dari MedicalNewsToday, demensia sebenarnya adalah istilah umum untuk sekelompok kondisi medis yang masing-masing memengaruhi otak dengan cara sama, dimana salah satunya dikenal dengan sebutan Alzheimer (bentuk demensia paling umum).

Kebanyakan kasus demensia memang terjadi pada orang yang berusia 65 tahun ke atas, tetapi orang yang lebih muda juga dapat berpotensi untuk ‘mengembangkannya’. 

Kerusakan sel otak adalah penyebab utama demensia karena miliaran sel yang ada di otak mengendalikan semua yang kita lakukan, khususnya dalam berkomunikasi. Meskipun demikian, kerusakan itu mungkin hanya menyebabkan beberapa aspek demensia karena masih ada banyak teori tentang apa yang menyebabkan hilangnya kemampuan kognitif pada orang dengan gangguan neurokognitif, dan penyebabnya pun dapat berbeda-beda.

Baca Juga: 6 Jenis Demensia yang Sering Dialami, Kenali Mulai Sekarang

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya