Miris, Guru SD di Jepang Hasut Murid Lakukan Kekerasan

Ia juga dilaporkan kerap mengintimidasi para murid

Akita, IDN Times - Seorang guru wanita berusia 50-an di kota Akita, Jepang, baru-baru ini menuai sorotan tajam usai ketahuan melakukan tindak intimidasi dan kekerasan verbal terhadap para muridnya sendiri yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Ia juga disebut pernah melakukan tindakan tidak pantas seperti sengaja menghasut siswa untuk berkelahi atau melontarkan kalimat negatif yang dirasa mampu memengaruhi mental seseorang. Kejadian itu disampaikan oleh dewan pendidikan setempat pada Senin, 22 Maret 2021, waktu setempat.

1. Sering lakukan kekerasan verbal

Miris, Guru SD di Jepang Hasut Murid Lakukan KekerasanIlustrasi Penganiayaan (IDN Times/Mardya Shakti)

Dilansir dari The Mainichi, perilaku guru tersebut pertama kali menyeruak setelah enam wali yang mendengar tentang kejadian dari siswa, melaporkannya ke pihak sekolah pada 15 Maret 2021. Kasusnya kemudian dibawa ke Dinas Pendidikan Kota Akira, dimana terungkap beberapa rentetan kejadian yang dinilai tidak pantas yang pernah dilakukannya kepada para murid di kelas.

Menurut keterangan yang disampaikan, guru itu disebutkan pernah dengan sengaja memberi ijin beberapa siswa untuk meninju salah seorang anak hanya karena kenakalan yang dilakukan saat jam istirahat siang. Guru juga pernah dilaporkan memancing para murid di kelas untuk mengatakan siapakah diantara sesama siswa yang tidak mereka sukai dan ketika dua nama keluar, ia mengucapkan perkataan seperti "Ini adalah kenyataan," dan, "Kamu harus berusaha disukai oleh semua orang mulai sekarang." Sumber lain ada juga yang melaporkan bahwa guru tersebut pernah menanyakan hal yang tidak seharusnya kepada seisi kelas yakni, "Apakah ada seseorang yang ingin kamu pukuli?"

Sementara di waktu lain, sang guru terlihat pernah menyeret ke lorong seorang siswa pindahan hanya untuk melecehkannya secara lisan dengan ucapan yang diduga berbunyi, "Teman-teman sekelasmu yang lama pasti senang kamu pergi."

2. Akui perbuatan yang dilakukan

Miris, Guru SD di Jepang Hasut Murid Lakukan KekerasanIlustrasi Perundungan (IDN Times/Mardya Shakti)

Kepala Dinas Pendidikan Kota Akita, Koya Sato, mengakui bahwa tindakan yang kerap dilakukan oleh guru tersebut telah memicu kecemasan dalam kehidupan bersekolah bagi anak-anak.. Pada pertemuan wali yang diadakan pihak sekolah untuk membahas masalah tersebut di hari Jum'at, 19 Maret 2021, salah seorang yang hadir mengaku terkejut dan berkata bahwa meski mengetahui tentang adanya pelecehan secara lisan yang kerap terjadi pada anak-anak setiap hari, dia tidak habis pikir bahwa guru pun bisa jadi salah satu yang melakukannya.

Saat ini, guru itu dikabarkan telah mengakui semua kejadian sesuai penyelidikan dan sangat menyesali perbuatan yang dilakukannya. Ia disebutkan tetap mengisi posisi sebagai wali kelas hanya sampai pada Senin, 22 Maret 2021 lalu, yakni hari terakhir sekolah untuk semester tersebut.

Baca Juga: Rekor, Kasus Bunuh Diri Pelajar di Jepang Catat Level Tertinggi

3. Tingginya kasus pelecahan dan bunuh diri pelajar di Jepang

Miris, Guru SD di Jepang Hasut Murid Lakukan KekerasanIlustrasi Bunuh Diri (IDN Times/Mardya Shakti)

Selain kekerasan verbal, Jepang sebelumnya telah menyoroti besarnya kasus kekerasan seksual terhadap murid yang pernah dilakukan oleh guru di sekolah. Dalam konferensi pers yang diadakan di klub pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi pada 10 Desember 2020 silam, terungkap bahwa sebanyak 80 persen dari 149 orang yang mengikuti survei terkait masalah tersebut mengaku pernah mengalami pelecehan oleh staf pengajar. Banyak kasus dimana tanggapan seperti 'Guru tidak akan pernah bisa melakukan hal seperti itu' menghambat seorang murid untuk menceritakan apa yang dialami dan kemudian memengaruhi mental ketika tumbuh dewasa.

Baru-baru ini, Jepang juga dikejutkan dengan banyaknya kasus bunuh diri pelajar sekolah dari SD hingga SMA sepanjang tahun 2020. Sebanyak 499 kasus kematian dilaporkan terjadi dan menyentuh rekor tertinggi dalam catatan pemerintah sejak data pembanding tersedia pada 1980.

Terkait hal tersebut, orang tua dan guru pun diharapkan agar dapat meningkatkan upaya untuk menjaga anak-anak dari kekhawatiran dan stres, terutama dengan situasi sehari-hari yang lebih rentan untuk memicu gejala mental di tengah pandemi COVID-19.

Baca Juga: Ini Pendapat Mengejutkan Para Warga Jepang Terhadap Film Porno Jepang

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya