Sahar Fares: Simbol Duka Lebanon yang Gugur di Ledakan Beirut

Ia adalah anggota tim pemadam kebakaran yang gugur di lokasi

Beirut, IDN Times – Ledakan dahsyat di ibu kota Beirut, Lebanon, yang terjadi pada Selasa lalu (4/08/2020), hingga kini dilaporkan telah menewaskan lebih dari 150 jiwa sementara 5.000 orang lainnya luka-luka. Para korban tersebut diyakini belum mencakup jumlah keseluruhan yang ada, karena banyak diantara warga yang masih dinyatakan hilang ataupun dalam kondisi kritis.

Di antara banyaknya nyawa yang melayang secara tragis dalam insiden, ada satu sosok yang kepergiannya menjadi sorotan tersendiri baik di media maupun di tengah masyarakat Lebanon. Ia dijuluki sebagai “pahlawan”, “pengantin Lebanon” dan “simbol duka” di negara yang tengah dilanda keputusasaan dan kekacauan. Pemakamannya menjadi berita dan disiarkan secara langsung di channel MTV Lebanon lengkap dengan upacara khusus. Siapakah sebenarnya dia? Berikut kisah tragisnya.

1. Ia bertugas sebagai paramedis tim pemadam kebakaran  

Sahar Fares: Simbol Duka Lebanon yang Gugur di Ledakan BeirutFoto Sahar Fares, paramedis yang tergabung dalam tim pemadam kebakaran yang ditugaskan memadamkan api di lokasi ledakan Beirut. Twitter.com/995Khaled

Namanya adalah Sahar Fares. Seorang paramedis berusia 25 tahun, satu-satunya wanita yang berada dalam tim pemadam kebakaran yang dikirim ke lokasi kejadian untuk memadamkan api, tepat sebelum ledakan dahsyat terjadi. Berasal dari keluarga sederhana, Fares yang dilatih sebagai perawat, memutuskan untuk bekerja dalam brigade pemadam kebakaran Beirut yang hampir semuanya laki-laki, demi mengabdikan dirinya untuk pelayanan publik.

Melansir dari NYTimes, keputusannya itu dimulai pada tahun 2018 saat ia memasuki dinas sipil. Kepada seorang kerabat, Fares mengungkapkan bahwa ia mendambakan stabilitas pekerjaan dan manfaat sosial dari bekerja dalam lingkup pemerintah, setelah ia dan dua saudara perempuannya menyaksikan sang ayah yang adalah tukang las aluminium,dan sang ibu sebagai guru sekolah, harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sahar Fares dibesarkan di desa Al Qaa, Lebanon utara, yang berbatasan langsung dengan Suriah. Pada tahun 2016 ketika serangan ISIS tengah memuncak di Timur Tengah, sepupu Fares menjadi salah satu korban tewas dari serangan pertempuran ketika tengah berusaha membantu para tetangga untuk kabur. Fares pun disebut mendambakan keamanan dan peluang hidup yang dulu tidak dapat diberikan oleh tempat asalnya.

2. Fares merekam detik-detik kematiannya akibat ledakan Beirut, saat sedang menghubungi tunangannya

Sahar Fares: Simbol Duka Lebanon yang Gugur di Ledakan BeirutFoto terakhir Sahar Fares dengan rekan-rekan pemadam kebakaran yang diambil sebelum kejadian insiden Beirut. Twitter.com/naderNakib

Ketika kantor pemadam kebakaran dihubungi terkait dengan api besar yang melanda pelabuhan Beirut, mereka mengirimkan satu unit tim berisikan 10 orang termasuk Sahar Fares, menuju lokasi kejadian. Letnan satu Raymond Farah, berkata kepada Al Jazeera terkait situasi yang terjadi pada saat itu. "Saya memberi tahu mereka bahwa saya tidak akan mengirimkan truk pemadam kebakaran saya sebelum mengetahui jenis kebakaran itu. Saya perlu tahu apa yang ada di sana," katanya.

"Seorang petugas keamanan negara kemudian menelepon dan mengatakan itu hanyalah hanggar dan petasan. Mengetahui itu, dan berdasarkan perintah komandan pemadam kebakaran, saya akhirnya memberi perintah (tim pemadam kebakaran) untuk pergi."

Tidak ada diantara mereka yang mengetahui kebenaran isi di dalam gudang pelabuhan yang nantinya  akan mengakibatkan ledakan besar. Sementara rekan-rekannya berusaha mencari cara untuk memadamkan api, Fares menunggu di dalam mobil pemadam kebakaran karena bantuan medis belum dibutuhkan. Saat raungan api menjadi semakin kencang, ia turun dari mobil, merekam, dan menghubungi tunangannya, Gilbert Karaan, sambil mengatakan bahwa kilauan merah dan perak di dalam asap tebal mengeluarkan suara aneh yang tidak pernah ia dengar sebelumnya.

Menjadi sangat cemas, tunangannya pun menyuruhnya untuk segera lari. Tetapi semuanya sudah terlambat, Fares gagal pergi dari lokasi dan yang terakhir kali dilihat oleh Karaan adalah sepatu sang kekasih yang terempas sebelum akhirnya disusul ledakan. Belakangan diketahui, ternyata isi di dalam gudang pelabuhan adalah tumpukan bahan ammonium nitrat sebanyak 2.750 ton yang disimpan tanpa pengamanan selama bertahun-tahun.

"Seandainya kami tahu bahwa ada sejumlah bahan peledak di pelabuhan, kami akan bertindak sangat berbeda. Kami akan menyerukan evakuasi daerah itu dan pasti kami tidak akan mengirim pemuda dan pemudi ini ke sana," ujar kepala komandan pemadam kebakaran.

3. Pernikahan Sahar Fares yang sedianya akan diadakan tahun depan, berakhir penuh duka di pemakaman   

Kematian Fares tentu saja menyisakan duka dan kepedihan yang sangat mendalam bagi keluarga dan semua orang yang dikenalnya. Ia yang dikenal sebagai sosok tangguh, sedianya akan melangsungkan pernikahan pada bulan Juni tahun depan. Tunangannya Gilbert Karaan, merupakan seorang pria yang bekerja sebagai petugas keamanan Lebanon yang memberikan pengawasan dan perlindungan internal kepada politisi negara.

Melalui unggahan di akun sosial media miliknya, Karaan membagikan foto-foto kenangan kebersamaan mereka dan menuliskan, “ Aku mencintaimu, mencintaimu, dan akan selalu mencintaimu, sampai aku bersatu kembali denganmu kelak, di mana kita akan melanjutkan perjalanan cinta kita bersama."

Pada hari Kamis lalu (6/08/2020), pemakaman Fares diadakan di tempat asalnya, Al Qaa, dan diselenggarakan selayaknya pesta pernikahan untuk menghormati impian mendiang yang begitu mendambakan momen indah itu sepanjang hidupnya. Sebuah band memainkan musik dengan nada romantis, diiringi dengan keluarga serta teman-teman yang melemparkan beras dan kelopak bunga, sang tunangan duduk di bahu seorang kerabat sambil menangis dan melambaikan tangan dengan membawa sepotong kain di tangannya, sementara para petugas pemadam kebakaran berbondong-bondong mengangkat peti jenazah berwarna putih tinggi-tinggi sambil memutar-mutarnya.

Dikutip dari laman berita english.alaraby, jurnalis Lebanon Luna Safwan, menjelaskan bahwa alasan peti jenazah tersebut digoyang dan diputar adalah karena fakta Fares yang semestinya akan menjadi pengantin."Sahar Fares adalah calon pengantin (sebelum tewas) dan (karenanya) dinyatakan sebagai martir, mereka (para pelayat) merayakan dan menghormati komitmennya itu,” ungkapnya.

Sahar Fares kini telah tiada untuk selamanya. Tetapi rakyat Lebanon tidak akan melupakan kisah pilunya. Hanya ia yang jasadnya berhasil ditemukan sementara kesembilan rekannya masih menghilang. Mereka semua dijuluki pahlawan karena dedikasi yang telah diberikan kepada negeri termasuk berada di garda terdepan pada saat insiden.

Seperti semua kekacauan yang terjadi usai ledakan Beirut, masyarakat semakin menuding bahwa akar dari semua masalah yang timbul disebabkan oleh pemerintahan yang ‘bobrok’ dan penuh dengan korupsi. Dengan kesedihan, warga menyebutkan bahwa Sahar Fares telah menggambarkan kisah pengabdian seseorang terhadap negara, tetapi justru ‘dibunuh’ di bawah pemerintahan yang ia layani. Karena itu, kisahnya menjadi viral dan media menjulukinya sebagai simbol duka Lebanon.

Baca Juga: Mahasiswa RI di Lebanon Ceritakan Detik-detik Ledakan di Beirut

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya