'Siksa' Napi dengan Lagu Baby Shark,  3 Mantan Petugas Lapas Didakwa

Para narapidana sampai alami gangguan emosional 

Oklahoma, IDN times - Tiga mantan petugas penjara di Oklahoma, AS, menghadapi dakwaan pada Senin lalu (5/10/2020) usai ketahuan melakukan disiplin yang 'tidak layak' terhadap sejumlah narapidana selama masa kerjanya. 

Menurut catatan pengadilan, para narapidana itu dipaksa untuk mendengarkan lagu anak-anak populer "Baby Shark" dalam satu putaran dengan volume keras sambil berdiri menghadap dinding selama 2 jam, dengan tangan yang diborgol. Jaksa pun menyebut kasus itu sebagai tindakan yang kejam dan tidak manusiawi. 

1. Disiplin yang diterapkan merupakan bentuk penganiayaan  

'Siksa' Napi dengan Lagu Baby Shark,  3 Mantan Petugas Lapas Didakwailustrasi tangan diborgol. Unsplash. com/niu niu

Terpidana Christian Miles dan Gregory Butler ( 21 tahun) adalah dua sosok yang dituduh memberlakukan 'disiplin nakal', sementara mantan pengawas mereka, Christopher Hendershott (50 tahun), ikut terseret karena mengetahui tindakan tersebut tetapi memilih tidak melakukan apa pun untuk menghentikannya, melansir dari media lokal Oklahoman. 

Setidaknya ada lima narapidana yang menjadi korban dalam tindakan yang mulai terjadi pada sekitar bulan November dan Desember tahun lalu. Menurut pernyataan tertulis, Miles dan Butler dengan sengaja membawa para tahanan ke ruang kunjungan pengacara yang kosong, lalu memborgol narapidana dalam posisi berdiri menghadap dinding dan kemudian memutar lagu "Baby Shark' berulang kali melalui komputer.

Kepada penyelidik, Miles mengatakan bahwa ia dan Butler  secara sistematis bekerjasama dalam melaksanakan metode itu untuk mendisiplinkan para tahanan karena merasa bahwa tindakan disipliner yang biasanya diterapkan tidak cukup efektif dalam mengoreksi perilaku narapidana. Pengawas Hendershott dilaporkan mengetahui tentang penganiayaan itu pada 23 November tetapi memilih diam sehingga kedua petugas pun terus melanjutkan aksi 'penganiayaan'. 

David Prater, jaksa wilayah Oklahoma County, mengatakan ketiganya telah bertindak "secara bersama-sama, dengan sengaja dan salah" serta memakai "cara yang kejam atau tidak manusiawi" ketika mereka menghukum narapidana. Tetapi, aksi itu berakhir dengan hanya mendapatkan dakwaan pelanggaran ringan. "Sangat disayangkan bahwa saya tidak dapat menemukan undang-undang kejahatan yang sesuai dengan skenario fakta ini," kata Prater yang mengatakan bahwa ia lebih suka adanya tindak pidana atas kasus tersebut.

2. Para narapidana alami gangguan emosional setelah kejadian 

'Siksa' Napi dengan Lagu Baby Shark,  3 Mantan Petugas Lapas DidakwaIlustrasi ketuk palu. Unsplash.com/Tingey Injury Law Firm

Dalam laporan lebih lanjut, Prater menuliskan bahwa memainkan lagu itu berulang-ulang selama 2 jam telah menempatkan "tekanan emosional yang tidak semestinya pada para narapidana yang kemungkinan besar sudah menderita stress fisik". Dua narapidana yang menjadi korban bahkan dikabarkan mengalami gangguan tidur setelahnya. 

Menurut catatan pengadilan, insiden itu ada yang terjadi pada waktu petang dimana salah satu narapidana ditarik ke dalam ruangan tidak lama setelah jam 3 pagi, sementara yang lain mengalaminya tidak lama setelah jam 2 pagi, mengutip dari The New York Times. 

Sheriff P.D.  Taylor, selaku penanggung jawab penjara, berkata bahwa Butler dan Miles telah mengundurkan diri ketika penyelidikan internal berlangsung, sementara Hendershott memutuskan untuk pensiun. "Kami tidak mentolerirnya," katanya tentang penganiayaan itu.  "Kami selalu melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mengawasi diri sendiri."

Baca Juga: Demonstran di Lebanon Nyanyikan Baby Shark untuk Tenangkan Anak Kecil

3. "Baby Shark" pernah dijadikan cara untuk mengusir tunawisma 

'Siksa' Napi dengan Lagu Baby Shark,  3 Mantan Petugas Lapas Didakwailustrasi Baby Shark. Twitter.com/pinkfong_usa

Lagu "Baby Shark" sebenarnya bukanlah kali pertama dijadikan metode untuk mendisiplinkan. The New York Times melaporkan bahwa sebelumnya di kota West Palm Beach, Florida, AS, lagu itu juga pernah digunakan untuk mencegah para tunawisma tidur di area publik pada malam hari.

Pada saat itu, pendekatan tersebut menuai kritik dari beberapa tunawisma dan dari pendukung yang bekerja untuk mengeluarkan mereka dari jalanan. Mereka mengatakan bahwa kota harus mengundang orang-orang daripada mengusir mereka dan taktik tersebut mengabaikan akar penyebab tunawisma.

Rodriguez Allen, 53, mengatakan dia sesekali tidur di dekat pusat acara, Paviliun Danau di Taman Alun-Alun Nancy M. Graham Centennial, tetapi lebih suka tidur di taman lain yang menurutnya lebih aman.  Allen berkata bahwa musik yang berulang-ulang adalah satu lagi cara kota "mengusir para tunawisma ke luar kota".

Tetapi, walikota Keith James dari West Palm Beach membela praktik tersebut dalam sebuah wawancara dengan mengatakan bahwa lagu ceria dan bersemangat itu memang bisa jadi sangat menjengkelkan bila diputar tanpa henti, tetapi penerapannya dapat menjadi strategi kota untuk memasukkan para tunawisma ke tempat penampungan dan rumah.

Baca Juga: Demonstran di Lebanon Nyanyikan Baby Shark untuk Tenangkan Anak Kecil

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya