Teror Meningkat Tajam, Jepang Waspada Tinggi Serangan Beruang

Konservasionis sebut perlu adanya perbaikan habitat

Tokyo, IDN Times - Dampak kerusakan lingkungan sekali lagi menunjukkan efek negatifnya yang merugikan makhluk hidup, baik manusia maupun hewan. 

Baru-baru ini di Jepang, serentetan aksi teror beruang terhadap manusia telah dilaporkan terjadi di berbagai perfektur akibat susahnya hewan 'ursine' tersebut dalam mencari makanan menjelang masa hibernasi.

Karena situasi serangan yang meningkat tajam, para ahli pun menyampaikan permohonan dan menyuarakan peringatan bahwa potensi serangan bisa menjadi lebih buruk kecuali habitat alami beruang diperbaiki. Tetapi, seorang ahli lainnya justru menambahkan teori yang lebih dalam, bahwa kasus beruang di Jepang tidak hanya mencakup habitat rusak dan makanan saja, melainkan tercipta suatu kondisi yang menyebabkan generasi baru dari beruang yang ada kini sudah tidak lagi takut dengan keberadaan manusia. Benarkah demikian? 

1. Insiden serangan beruang di Jepang

Teror Meningkat Tajam, Jepang Waspada Tinggi Serangan BeruangBeruang hitam Asia. Sumber: Pixabay.com/EliseWongCreations

Dalam berbagai kasus terpisah di lokasi yang berbeda, insiden beruang telah menyebabkan banyak warga Jepang mengalami luka-luka. Pada awal bulan Oktober saja, teror tersebut telah menyebabkan satu wanita kehilangan nyawa usai mengalami serangan pada wajah dan perutnya. 

Pada 19 Oktober, seekor beruang juga pernah tertangkap berkeliaran di pusat perbelanjaan yang menyebabkan polisi harus mengevakuasi para karyawan toko. Setelah 13 jam bersembunyi, hewan itu terpaksa ditembak mati karena dinilai berbahaya. Serangan lainnya juga dilaporkan terjadi sepanjang tanggal 16-18 Oktober. 

Tembakan mati  menjadi opsi yang seakan tidak bisa dihindari pihak keamanan, sementara serentetan laporan beruang terus berlanjut termasuk pada Sabtu kemarin (24/10).

Di Ishikawa, yang terletak di pantai Laut Jepang, pihak berwenang baru-baru ini meningkatkan kewaspadaan terhadap beruang ke level tertinggi untuk pertama kalinya dalam 10 tahun, setelah adanya sejumlah penampakan beruang. "Menakutkan. Saya tidak berpikir kami akan melihat beruang di sini karena kami jauh dari pegunungan, " kata seorang wanita  kepada kantor berita lokal Kyoto, kutip The Guardian.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup Jepang, telah ada sebanyak 60 serangan terhadap manusia yang terjadi di tahun ini saja. Situasi ini mengekor kondisi pada 2019, saat korban serangan mencapai angka 157 orang dan mencatatkan jumlah tertinggi dalam dua dekade terakhir. 

Seorang pejabat di Divisi Satwa Liar kementerian menemukan bahwa alasan di balik serangan beruang berbeda di setiap wilayah, tetapi panen biji dan kacang yang buruk pada tahun fiskal (tahun finansial) 2019 bisa menjadi penyebabnya.

2. Beruang kekurangan sumber makanan di hutan

Teror Meningkat Tajam, Jepang Waspada Tinggi Serangan BeruangFoto beruang hitam Asia. Sumber: Pixabay.com/Ishhweb

The Guardian melaporkan, kurangnya persediaan biji pohon ek di hutan, telah menjadi faktor kuat dari turunnya para hewan dengan berat lebih dari 100 kg itu kelingkungan padat penduduk. Beruang hitam Asia yang dapat tumbuh setinggi 1,5 meter biasanya menjadikan kacang yang memiliki kalori tinggi dan bergizi sebagai makanan utama, untuk mengisi cadangan perut sebelum masa hibernasi dimulai November mendatang. 

“Makanan di pegunungan lebih sedikit dan itulah sebabnya mereka turun ke desa-desa,” Yuko Murotani, pemimpin dari Japan Bear and Forest Society, mengatakan. "Jika mereka tidak dapat menemukan cukup biji pohon ek di pegunungan, mereka pasti akan mencarinya di tempat-tempat yang banyak orangnya." 

Murotani khawatir situasi yang terus berlanjut akan meningkatkan persepsi negatif tentang beruang sebagai hewan yang pada dasarnya berbahaya. "Kami dulu hidup berdampingan dengan beruang dan tidak selalu memburu mereka," katanya. "Mereka tidak secara alami cenderung menyerang manusia, tetapi serangan seperti yang terjadi baru-baru ini memperkuat keyakinan bahwa mereka harus diburu dan dibunuh."

Baca Juga: 6 Fakta Beruang Kodiak, Pesaing Beruang Kutub yang Tak Kalah Sangar

3. Generasi baru dari beruang tidak lagi takut manusia

Teror Meningkat Tajam, Jepang Waspada Tinggi Serangan BeruangFoto wajah beruang. Sumber: Unsplash.com/Thomas Lefebvre

Tetapi Kazuhiko Maita, ketua dari lembaga nirlaba Institut Penelitian dan Pelestarian Beruang Hitam Asia yang berbasis di Hiroshima, memiliki pandangan dan penjelasan lain. Menurutnya, meski sumber makanan dari pohon ek menjadi faktor penyebab utama, tetapi ada alasan yang lebih dalam tentang serangan beruang, melansir dari The Mainichi. 

 "Selama 20 tahun terakhir ini, hutan tak terjamah di dekat kawasan berpenduduk dibiarkan menjadi lebih liar. Pepohonan telah tumbuh, membuat kawasan itu tampak seolah-olah berada jauh di dalam pegunungan terpencil. Beruang muda yang telah mendiami kawasan itu dan sekarang hidup lebih dekat ke tempat manusia berada. Beruang jenis itu benar-benar terbiasa dengan suara yang dibuat masyarakat, termasuk suara mobil, dan tidak takut pada kita. Jika panen biji pohon ek separah tahun ini, mereka pun langsung masuk ke lingkup area manusia," kata Maita sambil mengatakan bahwa generasi baru dari beruang yang tidak lagi takut dengan manusia telah meningkat jumlahnya selama beberapa tahun terakhir. 

Maita juga menyinggung bahaya dari beruang yang muncul di musim gugur karena beruang yang keluar pada musim tersebut, memiliki ukuran yang lebih besar daripada yang muncul di musim semi. 

"Mereka dapat menyerang sekelompok besar orang dan cenderung menyebabkan cedera parah. Selain itu, beruang yang datang ke habitat manusia tahu bahwa mereka berada di depan mata manusia dan mencoba untuk menghilangkan (tanpa ragu-ragu) siapa pun yang bergerak di jalan yang mereka tuju," katanya.

Dia juga mengimbau tindakan yang menurutnya diperlukan untuk mencegah beruang memasuki habitat manusia. "Hutan yang tidak terawat dan belum berkembang di dekat kawasan berpenduduk terus meningkat, dan generasi baru beruang telah hidup di dekat manusia. Ini adalah masalah struktural, dan mungkin akan terus menjadi masalah yang perlu ditangani. Sulit untuk menerapkan tindakan pencegahan,  tetapi satu metode adalah dengan memotong rumput di rute yang dimasuki beruang. Karena beruang tidak menyukai tempat terang yang tidak memiliki semak belukar, mereka tidak akan masuk lagi dari rute tersebut. "

4. Keberadaan berbagai spesies beruang semakin rentan

Teror Meningkat Tajam, Jepang Waspada Tinggi Serangan BeruangBeruang hitam Asia. Sumber: Pexels.com/Pixabay

Para konsevasionis memperingatkan situasi serangan di Jepang akan dapat menciptakan dampak traumatis tidak hanya bagi manusia tetapi juga hewan. Meningkatnya jumlah serangan dalam beberapa tahun terakhir telah membuat para pejabat berjuang untuk mencapai keseimbangan antara melindungi populasi beruang Jepang yang semakin berkurang dan menjaga keamanan publik.  

Perburuan dan rusaknya habitat telah menjadi momok yang mengancam nyawa hewan. Beruang Asia termasuk salah satunya hingga masuk dalam kategori rentan. Di Jepang, populasi spesies beruang terdiri dari beruang coklat Ussui di Hokkaido dan beruang hitam Asia di pulau Honshu. Sebelumnya, ada pula spesies beruang hitam dari pulau Kyushu, namun keberadaanya telah lama menghilang sejak awal 1990 dan kini diperkirakan hanya ada sedikit saja yang masih bertahan dekat pulau Shikoku. 

Sementara itu, hilangnya habitat juga menjadi penyebab ancaman besar keselematan para beruang di berbagai belahan dunia. Salah satunya seperti yang menimpa Beruang Kutub. 

Pada sabtu (24/10), Media The Hindu melaporkan bahwa ilmuwan juga telah mencemaskan penurunan yang sangat signifikan terhadap beruang coklat Himalaya, yang merupakan karnivora puncak di dataran tinggi tersebut. Berkurangnya berbagai spesies hewan pun menunjukkan tanda darurat yang semakin tinggi terkait perubahan iklim, akibat panas yang terus meningkat.

Baca Juga: 5 Fakta Ilmiah tentang Arktika, Wilayah Dingin Kerajaan Beruang Kutub

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya