Akui Langgar UU Aborsi, Seorang Dokter di Texas Digugat

UU tersebut masih menjadi pro kontra hingga saat ini

Jakarta, IDN Times - Seorang dokter di Texas, Amerika Serikat, mengaku telah melanggar Undang-Undang Aborsi dan saat ini telah menghadapi gugatan hukum akibat pelanggaran tersebut. Sampai saat ini, Undang-Undang Aborsi yang diberlakukan di Texas masih menjadi pro kontra di semua pihak.

1. Dokter tersebut mengaku bahwa ia memiliki tugas untuk merawat pasien

Dilansir dari BBC, dalam sebuah pengakuannya oleh seorang dokter bernama Dr. Alan Braid, yang telah berpraktik kedokteran selama hampir 50 tahun, mengakui bahwa ia bertindak karena memiliki tugas untuk merawat pasien, seperti yang dia lakukan untuk semua pasien, serta karena dia memiliki dasar berhak menerima perawatan tersebut.

Ia menambahkan sepenuhnya mengerti bahwa mungkin ada konsekuensi hukum, tetapi ia ingin memastikan bahwa Texas tidak lolos dari upayanya untuk mencegah pengujian undang-undang yang secara terang-terangan dianggap inkonstitusional ini.

Mantan pengacara di Arkansas yang menjalani hukuman federal selama 15 tahun atas kasus penipuan pajak di tahanan rumah, Oscar Stilley, memutuskan untuk mengajukan gugatan hukum setelah membaca pengakuan dari Dr. Braid.

Dia mengatakan dia tidak menentang aborsi tetapi menuntut pengadilan untuk menguji legalitas undang-undang baru.

Gugatan kedua juga diajukan oleh seorang warga dari Illinois, Felipe Gomez, yang menggambarkan dirinya sebagai "Penggugat Pilihan Pro" dalam gugatan tersebut serta mengklaim bahwa hukum itu ilegal sebagaimana tertulis dan sebagaimana diterapkan.

Dr. Braid belum berkomentar tuntutan hukum tersebut, tantangan hukum pertama yang diketahui terhadap hukum yang merupakan salah satu paling ketat di AS.

Dalam undang-undang tersebut tidak membuat pengecualian untuk kehamilan akibat pemerkosaan atau inses.

2. Pekan lalu, Departemen Kehakiman AS meminta seorang hakim federal untuk mengeluarkan perintah yang mencegah Texas menegakkan hukum aborsi 

Baca Juga: UU Aborsi: Salesforce akan Bantu Stafnya Pergi dari Texas

Pada Selasa (14/9) lalu, Departemen Kehakiman AS meminta seorang hakim federal untuk mengeluarkan perintah yang akan mencegah Texas dari penegakkan hukum, yang dikenal sebagai Senat Bill 8, yang disahkan dengan kuat dari para pemimpin negara bagian dari Partai Republik.

Departemen Kehakiman AS berargumen dalam mosi daruratnya bahwa negara bagian
mengadopsi undang-undang untuk mencegah perempuan menggunakan hak konstitusional mereka, yang mengulangi argumen yang dibuat pihak departemen terkait pekan lalu ketika menggugat Texas dalam pelarangan undang-undang yang kontroversial.

Pusat perdebatan hukum atas undang-undang tersebut adalah mekanisme yang pada dasarnya mewakilkan warga negara, bukan pejabat pemerintah, untuk menegakkan pembatasan baru dengan menuntut siapa pun yang melakukan aborsi atau membantu dan mendukung prosedur tersebut.

Penggugat yang tidak memiliki hubungan dengan pasien atau klinik dapat menuntut dan memulihkan biaya hukum serta 10 ribu dolar AS atau setara dengan Rp142,3 juta jika mereka menang. Sedangkan pasien sendiri tidak dapat dituntut.

Presiden dan Kepala Eksekutif Center for Reproductive Rights, Nancy Northup, yang mewakili Dr. Braid dalam gugatan tersebut, mengatakan bahwa dia dengan berani menentang undang-undang inkonstitusional yang terang-terangan ini.

Ia menjelaskan siap membela Dr Braid dari tuntutan hukum main hakim sendiri yang Senat Bill 8 mengancam untuk melepaskan mereka yang menyediakan atau mendukung akses ke perawatan aborsi yang dilindungi secara konstitusional.

Kelompok anti-aborsi, Texas Right to Life, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka sedang menyelidiki klaim ini tetapi pihaknya meragukan bahwa ini hanyalah aksi hukum.

Menurut kelompok tersebut, industri aborsi telah menyerang 16 upaya mereka sebelumnya untuk menghentikan undang-undang ini dari menyelamatkan nyawa sejauh ini serta kemungkinan ada upaya lain.

3. Dr. Braid tidak memberi rincian mengenai wanita yang melakukan tindakan aborsi itu  

Dalam sebuah wawancara pada Sabtu (18/9) lalu oleh salah satu media setempat, Dr. Braid menolak untuk mengatakan apakah wanita yang aborsi yang dia lakukan pada (6/9) lalu telah diberitahu bahwa prosedurnya dapat menjadi bagian dari uji kasus terhadap undang-undang baru.

Dia mengatakan bahwa dia telah berkonsultasi dengan pengacara dari Pusat Hak Reproduksi dan berharap dengan secara terbuka menyatakan bahwa dia telah melakukan aborsi, dia dapat berkontribusi pada kampanye untuk membatalkan hukum.

Dalam esai yang dibuatnya, Dr. Braid mencatat bahwa kariernya dimulai dengan residensi obstetri dan ginekologi di sebuah rumah sakit di San Antonio pada (1/7/1972) lalu, tepat sebelum Roe v. Wade, keputusan tahun 1973 lalu yang pada saat itu menetapkan hak konstitusional untuk aborsi.

Roe v. Wade menjelaskan memungkinkannya melakukan pekerjaan yang telah dilatih untuk dirinya lakukan.

Kemudian, semuanya justru berubah dengan keputusan Mahkamah Agung AS untuk tidak memblokir undang-undang tersebut.

Dr. Braid merasa yakin aborsi adalah bagian penting dari perawatan kesehatan, di mana dirinya sudah menghabiskan waktu selama 50 tahun serta tidak bisa duduk dan melihat kembali ke situasi seperti tahun 1972 lalu.

Baca Juga: MA Meksiko: Hukum Pelaku Aborsi Dinilai Tak Konstitusional

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya