AS Terima Jovenel Moise sebagai Presiden Haiti Setahun Lagi

Mereka juga mendesak Haiti menggelar Pemilu Legislatif baru

Port-au-Prince, IDN Times - Amerika Serikat dikabarkan telah menerima klaim dari Presiden Haiti, Jovenel Moise, untuk menjabat sebagai orang nomor satu di Haiti hingga setahun ke depan. Meski demikian, Amerika Serikat tetap meminta Haiti untuk segera menggelar Pemilu Legislatif Haiti yang bebas dan adil. Bagaimana awal ceritanya?

1. Pemerintah AS harus menahan diri hingga digelarnya Pemilu Presiden Haiti berlangsung

AS Terima Jovenel Moise sebagai Presiden Haiti Setahun LagiSuasana di sekitar kota Port-Au-Prince, Haiti. (Pixabay.com/12019)

Dilansir dari Aljazeera.com, Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Ned Price, mengatakan bahwa pihaknya telah mendesak pemerintah Haiti untuk menyelenggarakan Pemilu Legislatif yang bebas dan adil sehingga pihak parlemen Haiti dapat melanjutkan perannya yang semestinya. Sejalan dengan Organisasi Negara-Negara Amerika, pemerintah Amerika Serikat percaya bahwa Presiden Haiti terpilih yang baru harus menggantikan posisi Moise ketika jabatannya berakhir pada tanggal 7 Februari 2022 ini. Namun, Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa pemerintahannya harus menahan diri hingga Pemilu Legislatif Haiti digelar.

Maklum saja, Amerika Serikat merupakan negara dengan donor terbesar untuk Haiti. Keputusan harus disediakan untuk kekuasaan yang bertujuan menjadwalkan Pemilu Legislatif dan untuk ancaman langsung terhadap nyawa, kesehatan, dan keselamatan sampai parlemen Haiti dipulihkan dan dapat melanjutkan tanggung jawab konstitusionalnya. Semula, proses Pemilu Legislatif untuk memilih para anggota parlemen, senator, walikota, dan pejabat lokal seharusnya digelar tahun 2018 lalu, akan tetapi justru ditunda sehingga memicu kekosongan jabatan. 

2. PBB telah mendukung langkah AS pada akhir masa jabatan Moise

AS Terima Jovenel Moise sebagai Presiden Haiti Setahun LagiSekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres. (Instagram.com/antonioguterres)

Pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Jumat, 5 Februari 2021, waktu setempat telah mendukung posisi Amerika Serikat pada akhir masa jabatan Moise. Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan bahwa Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengikuti perkembangan dengan cermat dan bahwa Guterres telah didorong oleh kesediaan banyak pemangku kepentingan untuk terlibat secara konstruktif dalam menemukan kesepakatan tentang jalan ke depan. Hal ini bertujuan untuk memastikan terselenggaranya beberapa proses Pemilu yang bebas, adil, dan damai dalam beberapa bulan ke depan.

Akan tetapi, jalan tersebut menjadi suram setelah Dewan Pemilu Sementara yang dipilih sendiri oleh Moise telah mengumumkan referendum tentang konstitusi pada tanggal 25 April 2021 ini, yang diikuti oleh Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif pada bulan September 2021 ini. Kondisi sebaliknya dialami oleh lawan dari Moise, yang telah bersumpah untuk tidak berpartisipasi dalam proses Pemilu yang mereka anggap tidak sah, telah membuat rencana transisi mereka sendiri. Rencana tersebut menetapkan bahwa setelah Moise meninggalkan jabatannya, penggantinya akan dipilih dari hakim Mahkamah Agung komisi yang terdiri dari 7 anggota oposisi akan memilih anggota kabinet.

Baca Juga: Ribuan Warga Haiti Demo Desak Mundurnya Presiden Moïse

3. Pada akhir Januari 2021 lalu, para pemimpin oposisi menggelar protes besar-besaran menuntut Moise mundur dari jabatannya

AS Terima Jovenel Moise sebagai Presiden Haiti Setahun LagiPresiden Haiti, Jovenel Moise. (Instagram.com/jovenelmoise)

Pada akhir Januari 2021 lalu, para pemimpin oposisi di Haiti telah menyerukan protes nasional untuk menuntut Moise mundur dari jabatannya sebagai Presiden Haiti. Pihak oposisi sendiri menuding Moise sebagai otokrat korup yang tidak berbuat cukup untuk mengekang penculikan yang telah meneror bangsa serta mengatakan pemerintah transisi harus mengambil kendali Haiti setelah tanggal 7 Februari 2021 ini. Akan tetapi, Duta Besar Haiti untuk Amerika Serikat, Bocchit Edmond, menilai ini merupakan sebuah ide yang buruk.

Sementara itu, beberapa warga Haiti justru khawatir situasi akan berubah menjadi peristiwa kekerasan setelah pihak oposisi telah bersumpah untuk turun ke jalan dan meningkatkan tekanan. Kepolisian nasional dan pasukan keamanan Haiti telah mendapatkan kritikan keras karena terlalu agresif dan menembaki para demonstran serta jurnalis selama setahun terakhir ini. Pada hari Jumat, 5 Februari 2021, lalu seorang demonstran tewas ditembak dan dibunuh oleh seorang petugas polisi yang berjaga selama protes besar-besaran berlangsung.

Tak hanya itu saja, para demonstran juga membakar ban serta telah menghalangi beberapa jalan utama di kota Port-Au-Prince, ibu kota Haiti.

Baca Juga: Ribuan Warga Haiti Demo Desak Mundurnya Presiden Moïse

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya