Badan Bantuan Suriah Laporkan 5.000 Warga Kabur dari Rumah

Suriah masih dilanda kekerasan meski sudah gencatan senjata

Damaskus, IDN Times - Menurut badan bantuan yang ada di Suriah, sebanyak 5.000 warga setempat memilih untuk melarikan diri dari tempat tinggalnya sendiri. Meski sudah mencapai gencatan senjata, Suriah masih dilanda kekerasan dalam beberapa minggu terakhir ini. Bagaimana awal ceritanya?

1. Sejak awal Juni 2021 lalu, setidaknya 31 warga setempat tewas

Badan Bantuan Suriah Laporkan 5.000 Warga Kabur dari RumahPara korban tewas selama konflik kekerasan yang terjadi di Suriah. (Twitter.com/snhr)

Dilansir dari The Guardian, sekitar 5.000 warga sipil di Suriah bagian barat laut terpaksa kabur dari rumah mereka sendiri setelah lebih banyak tembakan pemerintah yang menargetkan daerah yang diperebutkan. Sejak awal Juni 2021 lalu, sedikitnya ada 31 orang tewas yang merupakan korban dari pasukan pemerintahan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang menghantam gedung-gedung sipil di Provinsi Idlib bagian selatan. Bangunan itu termasuk rumah sakit, sekolah kamp pengungsian, dan markas kelompok bantuan White Helmets.

Jumlah korban tewas termasuk 3 anak dan seorang pekerja pertahanan sipil yang tewas dalam serangan di kota Qastoun, Suriah pada hari Sabtu, 19 Juni 2021, lalu. Kepala Pusat Kelompok Qastoun, Samer Nassar, mengatakan pihaknya bersiap-siap untuk memulai shift pagi ketika pusat di tempatnya menjadi sasaran dengan 3 rudal yang sangat eksplosif. Ia bergabung dengan kelompok White Helmets pada tahun 2014 lalu dan selama bertahun-tahun itu belum pernah menyaksikan rudal destruktif seperti itu. Ia menambahkan rekannya yang bernama Dahham al-Hussein tewas terbunuh dan 5 sukarelawan mengalami luka-luka.

Kekerasan yang terjadi selama 3 minggu terakhir adalah pelanggaran terbaru dari kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Turki dan Rusia pada Maret 2020 lalu, menyelamatkan daerah itu dari serangan brutal rezim yang memaksa 1 juta orang melarikan diri. Idlib dan pedesaan di sekitarnya sebagian besar diperintah oleh sebuah kelompok Islam yang merebut kendali dari faksi oposisi lainnya, Hayat Tharir al-Sham atau HTS, pada tahun 2019 lalu.

2. Direktur Kesehatan Idlib mengatakan bulan Juni 2021 telah membawa banyak serangan terhadap rumah dan bangunan sipil

Badan Bantuan Suriah Laporkan 5.000 Warga Kabur dari RumahSuasana di sekitar salah satu wilayah Suriah setelah dilanda perang saudara beberapa tahun terakhir. (Twitter.com/sams_usa)

Baca Juga: Kasus Bunuh Diri Anak-anak Suriah Meningkat Tajam

Setelah 10 tahun perang, daerah tersebut tetap menjadi kantong terakhir Suriah di luar kendali rezim. Ini adalah rumah bagi sekitar 3,5 juta warga, sekitar tiga perempat diantaranya telah melarikan diri ke sana untuk menghindari pertempuran di bagian lain Suriah. Kondisi kehidupan yang mengerikan dan telah memburuk sejak jatuhnya mata uang Suriah tahun 2020 lalu yang membuat harga pangan melonjak.

Menurut badan PBB, sekitar 75 persen dari populasi saat ini bergantung pada bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Pertempuran baru telah difokuskan di Desa Ihsim dan Barah, di tepi selatan Idlib, di mana puluhan peluru artileri yang ditembakkan oleh pasukan pemerintah Suriah selama akhir pekan menewaskan sedikitnya 9 orang. Menurut aktivis oposisi, Taher al-Omar, korban tewas termasuk seorang komandan HTS setempat.

Sebagai imbalannya, gerilyawan menembaki Desa Joreen yang dikuasai pemerintah sehingga menewaskan seorang anak. Direktur Kesehatan Idlib, Salem Abdan, mengatakan bulan Juni 2021 ini telah membawa banyak serangan terhadap rumah dan bangunan sipil, memberikan banyak tekanan pada rumah sakit tempatnya bekerja, yang sudah berjuang. Peningkatan serangan saat ini dikombinasikan dengan pemungutan suara Dewan Keamanan PBB mengenai bantuan lintas batas, menimbulkan ancaman bahwa sektor kesehatan dan bantuan dapat runtuh sepenuhnya.

3. PBB akan mengadakan pemungutan suara terkait pembaruan otorisasi pengiriman bantuan ke Suriah

Badan Bantuan Suriah Laporkan 5.000 Warga Kabur dari RumahKantor Perserikatan Bangsa-Bangsa. (Pixabay.com/995645)

PBB akan mengadakan pemungutan suara untuk memperbarui otosiasi pengiriman bantuan ke Suriah bagian barat laut melalui perbatasan Turki pada tanggal 10 Juli 2021 ini. Menutup koridor bantuan langsung terakhir akan menempatkan jutaan warga yang sudah rentan di Idlib pada resiko lebih lanjut, tetapi Rusia telah berulang kali mengancam akan menggunakan hak vetonya untuk menutup semua lintas perbatasan PBB ke daerah-daerah pemberontak dengan mengatakan bahwa itu harus dikoordinasikan melalui sekutu pemerintah Suriah. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan bahwa sejak April 2020 lalu, Rusia telah melihat upaya terus-menerus untuk memblokir konvoi kemanusiaan oleh PBB, Komite Internasional Palang Merah, dan Bulan Sabit Merah Arab Suriah ke Idlib bagian barat laut oleh HTS.

Pada awal Juni 2021 lalu, Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, pergi ke penyeberangan Bab al-Hawa di Turki dan menekankan bahwa tidak ada alternatif yang layak untuk memberikan bantuan serta memenuhi kebutuhan besar orang-orang yang rentan di Suriah bagian utara. Dia juga mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk penyeberangan tambahan. Jika tidak adanya otorisasi ulang, Kepala Kemanusiaan PBB, Mark Lowcock, memperingatkan bahwa pengiriman makanan untuk 1,4 juta warga setiap bulannya, jutaan perawatan medis, nutrisi untuk puluhan ribu anak-anak dan ibu-ibu, serta perlengkapan pendidikan untuk puluhan ribu siswa akan dihentikan.

Baca Juga: Nasib Anak-Anak di Kamp Suriah: Korban Kekerasan dan Radikalisasi

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya