Bakar Bendera BLM, Pimpinan Proud Boys Dipenjara

Pelaku meminta maaf dan tidak ada alasan untuk melakukannya

Washington, D.C, IDN Times - Pelaku pembakaran bendera Black Lives Matter, Enrique Tarrio, dijatuhi hukuman hampir 6 bulan penjara di Pengadilan Tinggi Washington, D.C pada hari Senin, 23 Agustus 2021, waktu setempat. Pelaku sendiri mengakui bahwa ia tidak memiliki alasan untuk melakukan tindakan tersebut.

Bagaimana awal ceritanya?

1. Selain pembakaran, Tarrio bersama anggota Proud Boys lainnya menghapus spanduk dari sebuah gereja  

Dilansir dari BBC, Tarrio akhirnya dihukum hampir 6 bulan penjara karena didakwa bersalah membakar bendera Black Lives Matters yang dicuri pada bulan Desember 2020 lalu.

Tarrio mengaku bersalah karena membakar bendera itu dan berusaha memiliki perangkat pengisi amunisi berkapasitas besar. Tampil melalui video di pengadilan pada hari Senin, Tarrio meminta maaf dan mengatakan tidak ada alasan untuk tindakannya.

Dia akan melapor ke penjara pada tanggal 6 September 2021 ini untuk memulai hukumannya selama 155 hari.

Meskipun Tarrio pada pemberontakan gedung Capitol tidak berada di Washington, hakim mengatakan tindakan Tarrio sebelumnya di Washington telah merusak demokrasi Amerika Serikat.

Hakim bernama Harold L. Cushenberry Jr. mengatakan pengadilan ini harus menghormati hak setiap warga negara untuk berkumpul secara damai, memprotes, dan membuat pandangannya diketahui tentang berbagai masalah.

Ia menambahkan tindakan Tarrio dalam kasus-kasus kriminal ini tidak membenarkan nilai-nilai demokrasi, justru sebaliknya Tarrio telah mengkhianati mereka.

Jaksa setempat juga mengatakan bahwa Tarrio bersama anggota lain Proud Boys menghapus spanduk dari Gereja Asbury United Methodist pada tanggal 12 Desember
2020 lalu dan membakarnya.

Peristiwa itu merupakan bagian dari gerakan protes oleh para pendukung Trump sebagai bentuk protes atas kemenangan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat tahun 2020 lalu.

2. Seorang pendeta menilai tindakan Tarrio dan rekan-rekannya sebagai tindakan rasis yang berani 

Baca Juga: 5 Film Bertema Rasisme Ini Ajarkan Pentingnya Toleransi, Harus Nonton!

Dalam sepucuk surat kepada hakim sebelum pemberian vonis, seorang pendeta senior bernama Pdt. Dr. Ianther M. Mills berbicara dengan penuh semangat selama sidang vonis tentang dampak jangka panjang dari tindakan Tarrio serta rekan-rekannya yang menilai sebagai tindakan rasis yang berani.

Dia mengatakan Tarrio memimpin gerombolan perampok pria kulit putih yang marah tampaknya mencari masalah melalui beberapa jalan di Washington dengan menambahkan bahwa menurutnya ini adalah tindakan intimidasi dan rasisme.

Selama persidangan, Tarrio juga meminta maaf secara langsung kepada pendeta tersebut dan mengatakan dia telah mengakui membuat kesalahan besar.

Pengacara Tarrio meminta hakim untuk menghukum kliennya dengan hukuman layanan
masyarakat, bukan hukuman penjara.

Tarrio mengklaim kepada hakim bahwa dirinya merupakan korban dari situasi tersebut dengan mengatakan ia telah menderita secara finansial dan sosial atas apa yang telah dirinya lakukan selama ini.

Bisnis keluarganya menjadi terpukul sehingga apa yang dia lakukan tidak hanya mempengaruhi gereja tersebut, tetapi juga mempengaruhi orang banyak, termasuk keluarganya sendiri.

Hakim kemudian menyimpulkan bahwa permintaan maaf Tarrio tidak kredibel dan menolak klaim Tariio bahwa dia tidak tahu dia menghancurkan properti gereja, dengan menyebutnya sebagai pernyataan yang tidak benar dan mementingkan diri sendiri.

Menurut hakim, Tarrio dinilai sangat pedulu dengan hukum Distrik Columbia, pada dirinya sendiri, serta promosi diri.

3. Sehari sebelumnya, kelompok Proud Boys berbuat rusuh di Portland

Pada hari Minggu, 22 Agustus 2021, lalu tepat sebelum pemberian vonis kepada Tarrio, kelompok Proud Boys justru berbuat rusuh di Portland yang memuncak pada peristiwa baku tembak, ketika para demonstran antifasis membalas tembakan ke seorang pria yang menembak mereka dengan pistol di jalan pusat kota.

Biro kepolisian Portland telah mengkonfirmasi bahwa seorang pria telah ditangkap atas penembakan itu tetapi tidak memiliki informasi mengenai cedera apa pun.

Peristwai itu terjadi setelah satu hari protes berubah menjadi bentrokan yang melibatkan ratusna demonstran pro dan kontra. Di Portland, Proud Boys menaiki sebuah truk pikap kecil, memecahkan kaca jendela, memotong ban, menghamburkan muatan kendaraan berupa air kemasan serta memukuli penumpang laki-laki.

Kelompok Proud Boys juga mengumumkan niat mereka untuk menyeberangi Sungai Columbia serta garis Negara Bagian Washington, D.C, untuk berkumpul kembali di sebuah taman kota di Vancouver.

Juru bicara Biro Kepolisian Portland mengatakan bahwa penangkapan mungkin tidak dilakukan pada saat itu juga serta kemungkinan akan dilakukan pada hari-hari berikutnya. Ia juga menyarankan untuk menghindari konfrontasi fisik.

Walikota Portland, Ted Wheeler, yang merupakan walikota terpilih telah mendesak para demonstran untuk memilih cinta damai dalam rapat umum virtal serta konferensi pers.

Baca Juga: 5 Hal yang Perlu Kamu Tahu Kenapa "All Lives Matter" Sangat Sensitif

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya