COVID-19 Mengganas, Thailand Larang Acara Pertemuan Publik

Hukuman denda menanti bagi yang melanggar aturan tersebut

Bangkok, IDN Times - Pemerintah Thailand pada hari Sabtu, 17 Juli 2021, waktu setempat resmi melarang pertemuan publik karena kasus COVID-19 di Thailand semakin mengganas. Hukuman denda menanti bagi siapa saja yang melanggar aturan tersebut. Bagaimana awal ceritanya?

1. Varian Delta mendominasi kasus harian COVID-19 di Thailand saat ini

COVID-19 Mengganas, Thailand Larang Acara Pertemuan PublikIlustrasi virus COVID-19. (Pixabay.com/TheDigitalArtist)

Dilansir dari Aljazeera.com, Thailand telah memberlakukan larangan nasional acara pertemuan publik dan sedang mempertimbangkan lebih banyak pembatasan pergerakan karena pihak berwenang melaporkan rekor jumlah kasus dan kematian COVID-19 pada hari Sabtu, 17 Juli 2021, waktu setempat, meskipun lockdown sebagian terjadi di Bangkok dan 9 provinsi lainnya minggu ini. Pada hari Kamis, 15 Juli 2021, lalu pihak berwenang dikutip mengatakan bahwa varian Delta saat ini mencapai hampir 80 persen telah mendominasi kasus COVID-19 di Thailand. Larangan pertemuan publik telah diberlakukan dengan hukuman maksimum 2 tahun penjara atau denda hingga 40 ribu baht atau setara dengan Rp17,7 juta atau keduanya.

Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-o-cha, telah menginstruksikan militer dan polisi untuk membantu pejabat ibu kota dalam pengerahan 200 tim yang akan melakukan pengujian dari pintu ke pintu untuk kondisi terburuk melanda sebagian kota. Langkah ini bertujuan untuk menemukan serta mengisolasi orang yang terinfeksi untuk mengekang penularan yang semakin melonjak. Sehari sebelumnya, Prayuth mengatakan bahwa pemerintah Thailand sedang mempertimbangkan lebih banyak pembatasan karena negara itu memerangi wabah virus COVID-19 terburuknya, didorong oleh varian Alpha dan Delta yang sangat mudah menular sejak awal Apri 2021 lalu.

2. PM Thailand sedang menjalani isolasi mandiri selama 2 minggu terakhir

COVID-19 Mengganas, Thailand Larang Acara Pertemuan PublikPerdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-o-cha. (Twitter.com/mpeer)

Perdana Menteri Thailand saat ini sedang menjalani isolasi mandiri selama hampir 2 minggu setelah melakukan kontak dengan kasus positif saat berkunjung ke Phuket untuk meluncurkan program pariwisata bagi orang asing. Meskipun lockdown baru dan lonjakan nasional COVID-19, sekitar 3 pulau di Thailand lagi dibuka untuk turis asing yang divaksinasi di Thailand. Pulau-pulau seperti Samui, Tao, dan Phangan, menyambut turis pada hari Kamis, 15 Juli 2021, lalu sebagai bagian dari dorongan Kerajaan Thailand untuk menghidupkan kembali industri pariwisata yang babak belur.

Thailand juga meluncurkan skema "kotak pasir" pada tanggal 1 Juli 2021 lalu, yang memungkinkan para turis yang divaksinasi mengunjungi Pulau Phuket. Turis tidak harus dikarantina di hotel tetapi tidak bisa meninggalkan Phuket selama 2 minggu. Di bawah perluasan rencana pariwisata baru, para pengunjung harus menginap di hotel yang disetujui di Samui selama seminggu serta dapat meninggalkan akomodasi mereka pada hari ke-4.

Mereka harus menunjukkan hasil tes negatif COVID-19 sebelum diizinkan pergi ke Tao atau Phangan setelah seminggu pertama mereka. Sejak Pulau Phuket dibuka, telah menerima setidaknya 5.000 turis asing, yang di mana 10 diantaranya dinyatakan positif COVID-19 dan pihak berwenang tidak mengharapkan arus besar segera ke Samui dan dua pulau lainnya. Presiden Asosiasi Pariwisata Thailand, Koh Samui Ratchaporn Poolsawadee, menggambarkan skema "Samui Plus" sebagai pembukaan awal dan ia mengatakan sebanyak 75 persen warga di 3 pulau tersebut sudah divaksinasi.

Baca Juga: Setelah Phuket, Thailand Buka 3 Pulau Lagi untuk Turis Asing

3. Jumlah kasus COVID-19 di Thailand sampai saat ini

COVID-19 Mengganas, Thailand Larang Acara Pertemuan PublikSuasana di sekitar wilayah Bangkok, Thailand. (Pixabay.com/pandapotter)

Jumlah kasus COVID-19 di Thailand sampai hari Sabtu, 17 Juli 2021, waktu setempat mencapai angka 391.989 kasus dengan rincian 3.240 kasus berakhir meninggal dunia serta 278.184 kasus berakhir sembuh. Di hari yang sama, Thailand mengalami penambahan kasus sebanyak 10.082 kasus baru dengan rincian 141 kasus berakhir meninggal dunia. Dengan demikian, Thailand saat ini berada di urutan ke-55 jumlah kasus COVID-19 terbanyak di dunia.

Pemerintah Thailand sebelumnmya mendapatkan kecaman keras atas penanganan pandemi COVID-19, mulai dari manajemen dan pengadaan vaksin hingga penegakan aturan ad hoc untuk mencegah penyebaran COVID-19, serta kemarahan memuncak terhadap langkah-langkah baru. Seorang pemilik restoran setempat bernama Arphawan Larangam, mengatakan bahwa pemerintah memutuskan untuk memberlakukan lockdown tetapi mereka tidak memiliki tindakan kompensasi apa pun untuk orang-orang. Beberapa orang lainnya mengatakan bahwa pembatasan pergerakan seharusnya dilakukan lebih cepat sebelum beban varian baru yang sangat menular dirasakan di antara warga setempat.

Menteri Kesehatan Thailand mengatakan strategi vaksinasi massal yang dicanangkan pemerintah Thailand terhadap COVID-19 akan mencakup pemberian suntikan vaksin buatan AstraZeneca setelah satu dosis vaksin buatan Sinovac. Langkah ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan perlindungan terhadap varian yang sangat menular.

Baca Juga: AirAsia Resmi Mengakuisisi Gojek Thailand

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya