Demi Akhiri Perang Yaman, Saudi Usulkan Perdamaian Baru

Usulan tersebut diumumkan Menteri Luar Negeri Arab Saudi

Riyadh, IDN Times - Untuk mengakhiri perang di Yaman, pemerintah Arab Saudi menawarkan usulan perdamaian baru yang diumumkan pada hari Senin, 22 Maret 2021, waktu setempat. Usulan tersebut telah disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan. Apa isi usulan tersebut?

1. Bagi kelompok Houthi, tawaran tersebut dinilai tidak cukup

Demi Akhiri Perang Yaman, Saudi Usulkan Perdamaian BaruMenteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan. (Twitter.com/KSAmofaEN)

Dilansir dari BBC, Arab Saudi telah mengusulkan rencana perdamaian baru demi mengakhiri perang selama 6 tahun di Yaman. Ini menunjukkan gencatan senjata yang telah diawasi PBB antara pemerintah Yaman, yang didukung Arab Saudi, dan pemberontak Houthi, yang didukung oleh Iran. Rencana tersebut juga mencakup pembukaan kembali hubungan udara dan laut serta dimulainya negosiasi politik kedua negara.

Kelompok pemberontak Houthi mengatakan tawaran itu tampaknya tidak cukup untuk mengangkat blokade udara dan laut. Usulan tersebut telah diumumkan di Riyadh, ibukota Arab Saudi, oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, yang telah meminta kelompok Houthi dengan menguasai sebagian besar Yaman untuk menerimanya. Dia mengatakan gencatan senjata akan mulai berlaku segera setelah kelompok Houthi menerima usulan tersebut.

2. Pemerintah Yaman mengungkapkan kelompok Houthi akan terus berdiskusi dengan Arab Saudi, Amerika Serikat, dan mediator Oman

Demi Akhiri Perang Yaman, Saudi Usulkan Perdamaian BaruPertemuan antara Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohamed bin Salman, dengan Presiden Yaman, Abdrabbuh Mansur Hadi, pada November 2020 lalu. (Twitter.com/HadiPresident)

Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional telah menyambut baik tawaran tersebut, tetapi kelompok Houthi mengatakan inisiatif itu tidak memberikan hal baru dan gagal memenuhi permintaan mereka untuk mencabut sepenuhnya blokade di bandara ibukota Yaman, Sana'a, dan pelabuhan darat setempat, Hudaydah. Ketua perunding kelompok Houthi, Mohamed Abdulsalam, mengatakan pihaknya memperkirakan Arab Saudi akan mengumumkan diakhirinya blokade pelabuhan dan bandara serta inisiatif untuk mengizinkan 14 kapal yang ditahan oleh koalisi.

Kelompok tersebut akan terus berbicara dengan Arab Saudi, Amerika Serikat, serta Oman selaku sebagai mediator. Para pejabat Arab Saudi mengatakan mereka sedang mengoordinasikan langkah-langkah mereka dengan PBB serta Amerika Serikat, yang juga meningkatkan upaya mereka untuk mengakhiri konflik yang telah menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Hanya beberapa hari yang lalu, kelompok Houthi menolak rencana Amerika Serikat untuk gencatan senjata nasional.

Baca Juga: Koalisi Saudi Hancurkan 6 Drone Houthi di Langit Arab Saudi

3. Mendengar usulan yang disampaikan Arab Saudi, utusan PBB dianggap telah bekerja dengan baik mencapai tujuan tersebut

Demi Akhiri Perang Yaman, Saudi Usulkan Perdamaian BaruKantor PBB di Jenewa, Swiss. (Unsplash.com/matreding)

Juru bicara PBB, Farhan Haq, mengatakan ia menyambut baik usulan yang disampaikan Arab Saudi serta bahwa utusan PBB, Martin Griffiths, dinilai telah bekerja dengan baik sesuai tujuan yang dicapai. Mengenai penolakan kelompok Houthi terhadap usulan Arab Saudi, Haq mengatakan Griffiths akan menghubungi semua pihak untuk membahas kemajuan usulan Arab Saudi. Analis senior Yaman dari International Crisis Group, Peter Salisbury, mengatakan usulan Arab Saudi pada dasarnya adalah gagasan baru yang telah diajukan setahun yang lalu.

Salisbury menambahkan dia merasa yakin usulan Arab Saudi kemungkinan ditujukan untuk menekan kelompok Houthi. Untuk saat ini, dia memprediksi lebih banyak pembicaraan, lebih banyak serangan udara, serta lebih banyak pertempuran di lapangan. Konflik tersebut telah terjadi perang proxy antara Arab Saudi dan Iran di mana setelah pertempuran selama bertahun-tahun membuat 80 persen populasi di Yaman bergantung pada bantuan dan sekitar jutaan orang berada di ambang krisis kelaparan.

Perang di Yaman telah dimulai sejak tahun 2014 lalu, ketika kelompok Houthi menggulingkan pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi. Koalisi negara-negara Teluk, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan dengan dukungan dari Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris, merespons dengan serangan udara yang dimulai pada tahun 2015 lalu. 

Baca Juga: Pengadilan Saudi Tolak Banding Aktivis Arab dari Hukuman

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya