Demi Vaksin COVID-19, Turki Dituduh Serahkan Uighur

Pesanan vaksin untuk Turki dari Tiongkok sempat tertahan

Ankara, IDN Times - Demi bisa mendapatkan vaksin COVID-19, Turki dituduh menyetujui untuk menyerahkan kaum Muslim Uighur ke Tiongkok. Sebelumnya, pesanan vaksin yang diajukan Turki dari Tiongkok sempat tertahan beberapa waktu lalu. Bagaimana awal ceritanya?

1. Awalnya, Turki mulai memberikan vaksin kepada warganya pada tanggal 11 Desember 2020 lalu

Demi Vaksin COVID-19, Turki Dituduh Serahkan UighurIlustrasi vaksin COVID-19. (Pixabay.com/ulleo)

Dilansir dari News.yahoo.com, tuduhan tersebut berasal dari waktu pada dua peristiwa di bulan Desember 2020 lalu, yakni kedatangan pesanan vaksin di Turki dari perusahaan Tiongkok, Sinovac, yang telah lama tertunda serta langkah tiba-tiba pihak Tiongkok untuk meratifikasi kesepakatan ekstradisi tahun 2017 dengan pihak Turki. Sebelumnya, Turki telah merencanakan pemberian vaksin dengan menggunakan Sinovac pada tanggal 11 Desember 2020 lalu, akan tetapi pengiriman pertama justru tidak sampai hingga tanggal 30 Desember 2020 saat itu.

Penundaan pengiriman vaksin mendorong politisi oposisi di Turki untuk menyampaikan kekhawatiran bahwa Tiongkok telah menekan partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), yang berkuasa saat ini, untuk meratifikasi kesepakatan ekstradisi jika ingin mengakses vaksin. Tiongkok mengumumkan bahwa mereka telah meratifikasi perjanjian ekstradisi pada tanggal 27 Desember 2020 lalu, di mana dalam perjanjian tersebut berarti bahwa Turki harus mengekstradisi siapapun dengan tuduhan kriminal ke Tiongkok jika diminta, begitu juga dengan sebaliknya. Namun, Turki justru belum meratifikasi perjanjian tersebut meskipun parlemen Turki diperkirakan akan membahas kembali pada tanggal 26 Januari 2021 ini.

2. Menteri Luar Negeri Turki menanggapi tuduhan yang diungkapkan oleh pihak oposisi terkait kaum Muslim Uighur

Demi Vaksin COVID-19, Turki Dituduh Serahkan UighurMenteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu. (Instagram.com/mevlutcavusoglu)

Pada saat ratifikasi Tiongkok, juru bicara dari Kongres Uyghur Dunia, Dilxat Raxit, mengatakan bahwa perjanjian ekstradisi ini akan menimbulkan kekhawatiran di antara warga Uyghur yang telah meninggalkan Tiongkok serta belum memiliki status kewarganegaraan Turki. Sebagian besar orang Uyghur telah melarikan diri dari Tiongkok ke Turki yang tidak memiliki status kewarganegaraan Turki, yang artinya pihak pemerintah Turki tidak dapat melindungi mereka. 

Seorang politisi Turki dari pihak oposisi, Yildirim Kaya, mempertanyakan apakah dengan kembalinya kaum Muslim Uighur Turki ke Tiongkok yang menyebabkan penahanan vaksin COVID-19. Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, menanggap berbagai tuduhan yang mengatakan bahwa Tiongkok telah meminta Turki untuk mengekstradisi kaum Muslim Uighur ke Tiongkok, namun pihak Turki sendiri memilih menolak.

Cavusoglu juga membantah bahwa pihak pemerintah Turki telah setuju untuk meratifikasi perjanjian tahun 2017 dengan imbalan vaksin COVID-19. Kelompok politik Uighur memperkirakan ada sekitar 50.000 orang kaum Muslim Uighur yang tinggal di Turki dan beberapa diantaranya telah mendapatkan status kewarganegaraan Turki. 

Baca Juga: Turki Kecam Kapal Jerman yang Inspeksi Kapal Turki di Pesisir Libya

3. Pada hari Kamis, 14 Januari 2021, lalu Presiden Turki telah diberikan vaksin COVID-19

Demi Vaksin COVID-19, Turki Dituduh Serahkan UighurProses pemberian vaksin COVID-19 terhadap Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Twitter.com/RTErdogan)

Pada hari Kamis, 14 Januari 2021, lalu Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, akhirnya diberikan vaksin COVID-19 yang telah disiarkan secara langsung di TV. Juru bicara dari partai AKP menilai langkah tersebut bertujuan mengurangi keraguan publik mengenai keefektifan vaksin. Turki sendiri mulai memberikan suntikan vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac kepada petugas kesehatan pada hari yang sama dengan meluncurkan program vaksinasi nasional demi memerangi virus COVID-19.

Erdogan telah menerima dosis pertama vaksin di rumah sakit Ankara City Hospital dan bersama Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca, yang juga menerima vaksin COVID-19 pertama. Orang nomor satu di Turki mengatakan ia dan anggota partai AKP lainnya semua diberikan vaksin dan mendesak para politisi lain untuk mendukung program tersebut. Sampai tanggal 15 Januari 2021, Turki memiliki jumlah kasus sebanyak 2.373.115 kasus dengan rincian 23.664 kasus berakhir meninggal dunia serta 2.246.047 kasus berakhir sembuh.

Baca Juga: Ditariknya Kapal Turki, Redamkan Perselisihan Turki dan Yunani

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya