Diserang Roket di Irak, Kontraktor Sipil Tewas

Status kewarganegaraan kontraktor tidak diketahui saat ini

Baghdad, IDN Times - Serangan roket kembali terjadi di Irak dengan menghantam di luar bandara dekat tempat pasukan Amerika Serikat bermarkas di Irak yang menewaskan seorang kontraktor sipil serta melukai 8 orang lainnya. Status kewarganegaraan dari kontraktor sipil belum diungkapkan ke publik sampai saat ini. Bagaimana awal ceritanya?

1. Pernyataan dari Kementerian Dalam Negeri Pemerintah Kurdistan mengatakan beberapa roket telah diluncurkan

Diserang Roket di Irak, Kontraktor Sipil TewasSituasi pasca serangan roket yang melanda tempat markas pasukan Amerika Serikat di Irak. (Twitter.com/CambridgeMatrix)

Dilansir dari CNN, seorang kontraktor sipil tewas bersama 8 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan roket yang mendarat di pasukan koalisi dekat Bandara Internasional Erbil di Irak pada hari Senin, 15 Februari 2021, waktu setempat. Awalnya, kontraktor yang tewas tersebut berasal dari warga negara Amerika Serikat, namun tidak diungkapkan langsung ke publik berasal dari mana korban tewas tersebut. Sebelumnya, pernyataan dari Kementerian Dalam Negeri Pemerintah Kurdistan mengatakan beberapa roket telah diluncurkan ke arah kota itu.

Presiden Irak, Barham Saleh, mengutuk keras serangan itu dengan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa itu menandai ekskalasi berbahaya. Otoritas Kurdi memperingatkan penduduk Erbil untuk menjauh dari daerah yang ditargetkan dan tetap berada di rumah masing-masing. Dalam pernyataan selanjutanya, kelompok militan Syiah yang tidak dikenal mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut dan mengklaim telah menembakkan sebanyak 24 roket yang menghindari pertahanan bandara, secara khusus menamai senapan mesin otomatis yang dikenal sebagai C-RAM yang melindungi instalasi Amerika Serikat di Irak.

2. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mengaku negaranya geram atas peristiwa ini

Diserang Roket di Irak, Kontraktor Sipil TewasMenteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken. (Instagram.com/secblinken)

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengaku Amerika Serikat geram atas peristiwa tersebut serta pihaknya telah menyampaikan belasungkawa kepada orang-orang terkasih dari kontraktor sipil yang tewas dalam peristiwa ini dan kepada warga Irak yang tidak bersalah serta keluarga mereka yang menderita. Blinken telah berbicara dengan Perdana Menteri Pemerintah Daerah Kurdistan, Masrour Barzani, untuk membahas serangan itu dan menjanjikan dukungan untuk semua upaya dalam penyelidikan serta meminta pertanggungjawaban mereka.

Erbil, yang terletak di wilayah semi-otonom Kurdistan dan menampung para pasukan Amerika Serikat, diharapkan menjadi salah satu kota dari beberapa kota yang dikunjungi oleh pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, pada awal Maret 2021 ini dalam perjalanan bersejarah ke Irak. Serangan yang menargetkan bandara di Erbil merupakan serangan pertama yang menyerang daerah tersebut dalam 5 bulan terakhir dan jarang terjadi di tempat yang ditargetkan.

Baca Juga: Paus Fransiskus Sesalkan Peristiwa Bom Bunuh Diri di Irak

3. Serangan terakhir di Erbil yang menargetkan Amerika Serikat terjadi pada bulan September 2020 lalu

Diserang Roket di Irak, Kontraktor Sipil TewasSituasi di markas pasukan Amerika Serikat di Irak. (Pixabay.com/WikiImages)

Terakhir kali, serangan di Erbil terjadi pada bulan September 2020 lalu di mana sebanyak 3 roket menghantam pangkalan Amerika Serikat di wilayah tersebut, sementara 3 roket lainnya mendarat di dekatnya. Tidak ada korban jiwa dalam serangan itu serta tidak ada laporan kerusakan. Kecurigaan segera jatuh pada milisi yang didukung Iran, karena roket ditembakkan dari daerah di bawah kendali pasukan paramiliter yang didominasi Syiah.

Serangan itu terjadi tepat 1 hari setelah pemerintahan di era Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, memberi tahu para pemimpin Irak bahwa Kedutaan Besar Amerika Serikat di Baghdad akan ditutup jika milisi yang didukung Iran terus menargetkan personel Amerika Serikat di Irak. Ancaman tersebut menyusul keputusan untuk menarik ribuan tentara Amerika Serikat dari Irak pada bulan September 2020, sehingga jumlah total yang awalnya 5.200 pasukan berubah menjadi 3.000 pasukan. Pejabat Menteri Pertahanan Amerika Serikat saat itu, Christopher Miller, mengatakan penarikan pasukan militer sebagai tanggapan atas peningkatan kemampuan pasukan keamanan Irak.

Baca Juga: Bom Bunuh Diri Kembar di Irak, 13 Orang Meninggal dan 19 Cedera

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya