Dua Wartawan Myanmar yang Dipenjara Akhirnya Dibebaskan

Mereka telah menghabiskan selama 500 hari lebih di penjara

Yangon, IDN Times - Dua wartawan Myanmar yang sempat ditahan di penjara, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, akhirnya dibebaskan setelah penantian amnesti dari Presiden Myanmar. Seperti yang diketahui, mereka telah menghabiskan waktu selama 500 hari di penjara. Bagaimana awal ceritanya?

1. Salah satu dari mereka mengatakan tidak akan berhenti menjadi wartawan setelah bebas

Dua Wartawan Myanmar yang Dipenjara Akhirnya Dibebaskantwitter.com/BBCBreaking

Dilansir dari BBC, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo akhirnya bisa menghirup udara segar setelah dibebaskan pada hari Selasa, 7 Mei 2019, waktu setempat di mana sebelumnya mendapatkan amnesti dari Presiden Myanmar, Win Myint. Selama di penjara, mereka telah dihukum berdasarkan Undang-Undang Rahasia Resmi sehingga menyebabkan keduanya divonis 7 tahun penjara pada bulan September 2018 lalu.

Tak hanya mereka, ribuan tahanan lainnya juga mendapatkan pembebasan sebagai bagian dari amnesti massal yang terjadi pada setiap Tahun Baru Tradisional Myanmar. Pemimpin redaksi Reuters yang menaungi mereka, Stephen J. Adler, mengatakan keduanya telah meraih penghargaan Pulitzer Prize sebagai simbol kebebasan pers.

"Kami sangat senang Myanmar telah membebaskan wartawan pemberani kami," ungkap pernyataan dari Stephen J. Adler mengenai pembebasan keduanya seperti yang dikutip dari BBC.

Salah satu dari mereka, Wa Lone, mengakui bahwa dia tak akan pernah berhenti menjadi seorang wartawan setelah kebebasannya. "Saya sangat senang dan gembira melihat keluarga dan kolega saya. Saya tidak sabar untuk pergi ke ruang berita saya," ungkap perasaan dari Wa Lone yang dikutip dari BBC.

2. Penangkapan mereka dikecam oleh dunia internasional, termasuk bidang pers

Dua Wartawan Myanmar yang Dipenjara Akhirnya Dibebaskantwitter.com/Reuters

Kasus mereka berawal dari bulan September 2017 lalu, di mana Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, yang bertugas sebagai wartawan Reuters, meliput penyelidikan kasus pembunuhan atas 10 pria dan anak laki-laki Muslim Rohingya oleh pasukan keamanan dan warga sipil Budha di negara bagian Rakhine, Myanmar bagian barat, sejak bulan Agustus 2017 lalu. 

Laporan yang ditulis oleh kedua wartawan ini memuat kesaksian dari para pelaku dan saksi dan keluarga para korban. Setelah dipublikasi, keduanya yang saat itu sedang berada di restoran ditangkap oleh pihak kepolisian Myanmar. Penangkapan kedua wartawan ini memicu reaksi keras dari dunia internasional, terutama bidang pers.

Hakim pengadilan yang menangani kasus ini, Ye Lwin, memberikan vonis dengan alasan dokumen rahasia yang dinilai jaksa penuntut akan berguna untuk para organisasi teroris serta musuh-musuh negara. Selama persidangan, kedua wartawan ini terus memberikan kesaksian yang benar-benar dilihat secara langsung dan mereka sendiri merasa semakin yakin bahwa akan dibebaskan. 

Selama persidangan, Sekretaris Jenderal Amerika Serikat, Antonio Guterres, dan para pemimpin dari beberapa negara Barat menyerukan pembebasan keduanya. Sebelumnya, mereka telah mengajukan banding pada Januari 2019, namun ditolak, serta pada bulan April 2019 yang juga berujung pada penolakan. Alasan penolakan tersebut dikarenakan kurangnya bukti yang didapat.

Para istri dari kedua wartawan ini akhirnya menuliskan surat permohonan grasi pada bulan Apri 2019 lalu. Akhirnya, setelah perjuangan untuk kebebasan yang penuh lika-liku, mereka telah dibebaskan pada hari Selasa, 7 Mei 2019.

3. Fakta-fakta kedua wartawan yang berhasil dibebaskan

Dua Wartawan Myanmar yang Dipenjara Akhirnya Dibebaskantwitter.com/hinterlandg

Inilah beberapa fakta kedua wartawan Myanmar ini

Fakta-fakta dari Wa Lone

  • Wa Lone yang saat ini berusia 33 tahun, lahir dari keluarga petani padi di Kin Pyit, sebuah desa berpenduduk kurang dari 500 orang di datarang kering wilayah pusat Sagaing, Myanmar.
  • Di usia 20an, Wa Lone pindah ke kota terbesar di Myanmar, Yangon, dan menjadi seorang jurnalis. Dia bekerja sebagai reporter untuk media termasuk Myanmar Times, sebuah surat kabar berbahasa Inggris di mana dia bertemu dengan calon istrinya, Pan Ei Mon. Dia bergabung dengan Reuters pada tahun 2016 dan menikahi Pan Ei Mon di tahun yang sama.
  • Di luar pekerjaan sehari-harinya, Wa Lone melakukan kegiatan amal. Ia ikut mendirikan yayasan "Third Story Project", sebuah yayasan amal yang memproduksi dan mendistribusikan buku-buku yang bertujuan untuk mempromosikan toleransi antar berbagai kelompok etnis Myanmar. Ia juga menulis beberapa buku, salah satunya Jay Jay the Journalist, sebuah buku yang ditulis selama ia di penjara.
  • Berbulan-bulan setelah Wa Lone bergabung dengan Reuters, sebuah kelompok pemberontak dari minoritas Muslim Rohingya mengumumkan diri dengan serangan terhadap pos-pos polisi di negara bagian Rakhine bagian barat. Wa Lone saat itu merupakan pusat liputan Reuters tentang konflik yang terjadi kemudian.
  • Beberapa minggu setelah penangkapan suaminya, Pan Ei Mon menemukan bahwa dia mengandung anak pertama mereka. Bayi perempuan mereka, Thet Htar Angel, lahir pada 10 Agustus 2018, di rumah sakit Yangon. Wa Lone hanya melihat putrinya beberapa kali dalam kunjungannya ke penjara.

Fakta-fakta dari Kyaw Soe Oo.

  • Kyaw Soe Oo yang saat ini berusia 29 tahun, berasal dari Sittwe, ibukota negara bagian Rakhine, dan lahir dari keluarga Buddhis dari kelompok etnis Rakhine, yang merupakan mayoritas di negara bagian itu.
  • Negara asalnya telah dilanda ledakan kekerasan etnis sejak tahun 2012, tetapi teman-temannya mengatakan Kyaw Soe Oo menghindari konflik, alih-alih mengembangkan kecintaan terhadap buku dan menulis puisi.
  • Kyaw Soe Oo mulai bekerja sebagai jurnalis dan terlibat dalam pembentukan Root Investigative Agency, sebuah media yang fokus pada berita di Rakhine.
  • Dia menikah dengan Chit Su Win, yang pernah bekerja untuk keluarganya di Sittwe. Anak perempuan mereka, Moe Thin Wai Zan, saat ini berusia 3 tahun.
  • Setelah negara bagian Rakhine bagian utara meletus dalam kekerasan pada tahun 2017, Kyaw Soe Oo mulai bekerja untuk Reuters, di mana ia dan Wa Lone menemukan pembantaian pria dan anak lelaki Rohingya di Desa Inn Din. Pasangan ini dianugerahi Hadiah Pulitzer untuk pelaporan internasional pada bulan April 2019 lalu.

Baca Juga: [LINIMASA] Fakta dan Data Arus Mudik Lebaran 2019

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya