Ilmuwan: Hujan Besar di Eropa Disebabkan Perubahan Iklim

Setidaknya sebanyak 220 orang tewas di Belgia dan Jerman

London, IDN Times - Para ilmuwan pada hari Senin, 23 Agustus 2021, waktu setempat mengungkapkan bahwa hujan besar yang mengakibatkan banjir besar yang melanda negara-negara Eropa beberapa pekan lalu disebabkan oleh perubahan iklim. Akibatnya, sebanyak 220 orang tewas di Belgia dan Jerman akibat bencana banjir besar. 

Bagaimana awal ceritanya?

1. Mereka juga mengatakan curah hujan seperti ini hingga 9 kali lebih mungkin terjadi di Eropa Barat 

Dilansir dari BBC, hujan deras di balik banjir mematikan di Eropa pada bulan Juli 2021 lalu kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan iklim.

Banjir yang melanda Jerman, Belgia, dan bagian lainnya telah menewaskan sedikitnya 220 orang ketika beberapa kota dan desa mengalami kebanjiran. Para peneliti mengatakan pemanasan global membuat peristiwa curah hujan seperti ini hingga 9 kali lebih mungkin terjadi di Eropa Barat.

Hujan di wilayah tersebut mencapai 3-19 persen lebih intens karena pemanasan yang disebabkan oleh manusia. Untuk menganalisis dampak perubahan iklim pada peristiwa sepert ini, para peneliti dari kelompok World Weather Attribution berfokus pada curah hujan deras yang mendahului banjir.

Mereka melakukan ini sebagian karena beberapa sistem pemantauan hidrologi, yang akan memberi mereka informasi yang lebih akurat mengenai banjir.

Data curah hujan menunjukkan bahwa di daerah sekitar sungai Ahr dan Erft di Jerman dan di wilayah Meuse di Belgia, hujan lebat membawa curah hujan 90mm dalam satu hari.

Sementara para ilmuwan menemukan tren peningkatan curah hujan di wilayah kecil ini, membuat kesimpulan tentang pengaruh perubahan iklim merupakan tantangan, karena ada juga sejumlah besar variabilitas alami dari tahun ke tahun dalam pola curah hujan lokal.

Tim menemukan bahwa di wilayah yang luas ini, perubahan iklim yang didorong oleh manusia meningkatkan intensitas hujan yang turun dalam satu hari di musim panas antara 3 persen dan 19 persen.

Meningkatnya suhu juga membuat hujan yang serupa dengan yang memicu banjir lebih mungkin terjadi dengan faktor antara 1, 2, dan 9.

2. Sebagian besar penelitian telah dilakukan pada peristiwa panas ekstrem lainnya 

Ilmuwan: Hujan Besar di Eropa Disebabkan Perubahan IklimIlustrasi peristiwa kebakaran hutan. (Pixabay.com/geralt)

Baca Juga: Banjir di Tennessee, 10 Tewas dan 31 Hilang

Sebagian besar penelitian atribusi cepat hingga saat ini telah dilakukan pada peristiwa panas ekstrem seperti kebakaran hutan yang terjadi di Amerika Serikat dan Kanada baru-baru ini, di mana bekerja pada peristiwa curah hujan ekstrem lebih merupakan tantangan.

Menurut peneliti iklim dari Royal Dutch Meteorological Institute (KNMI) dan bagian dari tim WWA, Dr. Sjouke Philip, mengatakan pihaknya menggabungkan pengetahuan para ahli dari beberapa bidang studi untuk memahami pengaruh perubahan iklim terhadap banjir dahsyat bulan Juli 2021 lalu dan untuk memperjelas apa yang bisa dan tidak bisa dianalisis dalam peristiwa ini.

Ia menambahkan sulit untuk menganalisis pengaruh perubahan iklim pada curah hujan yang tinggi di tingkat lokal, tetapi pihaknya dapat menunjukkan bahwa di Eropa Barat, emisi gas rumah kaca telah membuat kejadian seperti ini lebih mungkin terjadi.

Para peneliti mengatakan bahwa dalam iklim saat ini, untuk setiap lokasi tertentu di Eropa Barat, mereka mengharapkan peristiwa curah hujan seperti yang terjadi pada bulan Juli 2021 lalu terjadi sekali dalam 400 tahun.

Dengan berlanjutnya emisi gas rumah kaca dan meningkatnya suhu, hujan deras yang membawa kesengsaraan ke beberapa bagian Eropa akan menjadi lebih umum.

Menurut peneliti lainnya bernama Prof. Hayley Fowler dari Newcastle University menjelaskan model iklim mutakhir yang dibuatnya menunjukkan peningkatan peristiwa curah hujan ekstrem yang bergerak lambat di dunia yang lebih hangat di masa depan.

3. Seorang ilmuwan mengatakan temuan studi tersebut menjadi panggilan bagi pemerintah dan pemimpin lokal dalam meningkatkan kesiapsiagaan mereka 

Ilmuwan: Hujan Besar di Eropa Disebabkan Perubahan IklimSuasana di sekitar wilayah Greenland. (Pixabay.com/Barni1)

Seorang ilmuwan ketahanan iklim dan bencana dari University of Twente, Belanda, Prof. Maarten van Aalst, mengatakan frekuensi sekali dalam 400 tahun hanya mengacu pada wilayah tertentu yang dipelajari dan tidak berarti 400 tahun lagi sampai bagian lain Eropa atau dunia akan melihat peristiwa cuaca serupa.

Ia menjelaskan dalam hal ini, proyeksi untuk tahun depan mungkin lebih buruk karena dari tahun ke tahun jika tren sejauh ini adalah iklim meningkat, risikonya akan terus meningkat.

Dengan temuan studi seperti ini, Prof. van Aalst mengatakan harus menjadi panggilan yang membangun bagi pemerintah dan pemimpin lokal untuk meningkatkan kesiapsiagaan mereka terhadap peristiwa cuaca ekstrem, termasuk melihat bagaimana rumah dibangun sehingga anak-anak, orang tua, dan orang disabilitas dapat mencapai keselamatan di peristiwa seperti banjir atau kebakaran.

Pada tanggal 14 Agustus 2021 lalu, hujan turun di puncak Greenland untuk pertama kalinya dalam catatan, karena suhu di sana naik di atas titik beku untuk ketiga kalinya dalam waktu kurang dari satu dekade.

Udara hangat memicu peristiwa hujan ekstrem yang membuang sebanyak 7 miliar ton air ke lapisan es.

Baca Juga: Jerman Butuh Hingga Rp507 Triliun untuk Pulih dari Banjir

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya