India Tambah Jarak antar Dua Dosis AstraZeneca

Jarak waktu yang diperpanjang direkomendasikan oleh NTAGI

New Delhi, IDN Times - Pemerintah India telah menggandakan jarak antara dua dosis vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca tanpa adanya persetujuan kelompok ilmiah. Jarak waktu yang diperpanjang ini mendapatkan rekomendasi oleh National Technical Advisory Group on Immunization (NTAGI). Bagaimana awal ceritanya?

1. Badan terkait tidak memiliki cukup data untuk membuat rekomendasi semacam itu 

India Tambah Jarak antar Dua Dosis AstraZenecaIlustrasi pemberian vaksin COVID-19. (Pixabay.com/kfuhlert)

Dilansir dari Aljazeera.com, Ketiga badan penasihat terkait mengatakan pemerintah India menggandakan jarak antara dua dosis vaksin buatan AstraZeneca tanpa persetujuan kelompok ilmiah yang dikatakan merekomendasikan peningkatan. Sebelumnya pada tanggal 13 Mei 2021 lalu, pihak Kementerian Kesehatan India mengumumkan keputusan untuk mengubah jeda dari 6-8 minggu menjadi 12-16 minggu pada saat pasokan vaksin tidak memenuhi permintaan dan kasus semakin melonjak di seluruh India. Pihaknya juga menambahkan jarak yang diperpanjang mendapatkan rekomendasi oleh NTAGI, berdasarkan bukti kehidupan nyata terutama dari Inggris.

Namun para ilmuwan NTAGI, yang diklasifikasikan oleh pemerintah sebagai 3 dari 14 anggota inti, mengatakan bahwa badan tersebut tidak memiliki cukup data untuk membuat rekomendasi semacam itu. Mantan Direktur National Institute of Epidomology, MD Gupte, mengatakan NTAGI telah mendukung peningkatan interval pemberian dosis menjadi 8-12 minggu, jarak yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Akan tetapi, dia menambahkan bahwa kelompok tersebut tidak memiliki data mengenai efek dari jeda lebih dari 12 minggu.

2. Vaksin AstraZeneca telah menyumbang hampir sebanyak 90 persen dari total dosis yang diberikan di India

India Tambah Jarak antar Dua Dosis AstraZenecaIlustrasi vaksin COVID-19. (Pixabay.com/torstensimon)

Vaksin buatan AstraZeneca telah menyumbang hampir sekitar 90 persen dari total sebanyak 257,5 juta dosis vaksin yang diberikan di India. Perselisihan mengenai dosis muncul di tengah kritik dari beberapa ilmuwan bahwa pemerintah India lambat menanggapi varian virus baru yang menyebabkan kenaikan kasus terparah pada bulan April 2021 dan Mei 2021 lalu. Pemerintah justru membantah telah lambat bereaksi dengan mengatakan laboratorium yang dikelola negara telah mempelajari varian secara real time dan berbagi data dengan otoritas lokal untuk memungkinkan mereka mengambil tindakan yang diperlukan.

Ahli virologi ternama India, Shahid Jameel, baru-baru ini keluar dari panel pemerintah tentang varian virus setelah mengkritik India atas tanggapannya terhadap pandemi, dengan mengatakan pihak berwenang harus mengklarifikasi posisi mereka tentang alasan keputusna untuk menggandakan jarak waktu antar dosis. Ia menambahkan dalam situasi seperti ini sudah seharusnya benar-benar melakukan vaksinasi orang dalam skala besar serta memastikan mereka telah mendapatkan perlindungan.

Baca Juga: India Instruksikan Hapus Konten soal COVID-19 Varian India

3. Jumlah kasus COVID-19 di India sampai saat ini 

India Tambah Jarak antar Dua Dosis AstraZenecaSituasi di sekitar salah satu bangunan yang berada di Jama Masjid of Delhi, New Delhi, India. (Pixabay.com/confused_me)

Jumlah kasus COVID-19 di India sampai hari Selasa, 15 Juni 2021, waktu setempat mencapai angka 29.633.105 kasus dengan rincian 379.601 kasus berakhir meninggal
dunia serta 28.388.100 kasus berakhir sembuh. Di hari yang sama, India mengalami penambahan sebanyak 62.226 kasus dengan rincian 1.470 kasus berakhir meninggal dunia. Untuk saat ini, selisih jumlah kasus COVID-19 di India dengan Amerika Serikat hanya mencapai 4.719.080 kasus, di mana Amerika Serikat saat ini memiliki jumlah kasus sebanyak 34.352.185 kasus.

Belum lama ini, seorang pria berusia 68 tahun diketahui meninggal dunia setelah diberikan vaksinasi yang menjadikan kematian pertama di India akibat vaksinasi yang dikonfirmasi di India. Sebuah panel pemerintah India masih mempelajari efek samping dari vaksin tersebut dan diketahui untuk sementara karena anafilaksis. Pria tersebut diketahui menggunakan vaksin Covishiedl, sebuah merek lokal untuk vaksin AstraZeneca.

Seperti yang diketahui, anafilaksis adalah reaksi alergi parah yang berkembang tiba-tiba dan memburuk dengan sangat cepat. Belum diketahui sampai saat ini berapa jumlah dosis vaksin yang diambil pria tersebut.

Baca Juga: Varian Virus Corona India Merajalela, Inggris Perpanjang Lockdown

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya