Kabar Staf Terlibat Organisasi Kejahatan, Qantas Merasa Terganggu

Tuduhan tersebut berdasarkan laporan intelijen rahasia

Mascot, IDN Times - Maskapai penerbangan asal Australia, Qantas Airways, merasa terganggu dengan kabar beberapa staf di perusahaannya terlibat dalam sebuah organisasi kejahatan. Tuduhan tersebut dibuat berdasarkan laporan yang dibuat oleh operasi intelijen rahasia. Bagaimana awal ceritanya?

1. Pihak Qantas sendiri dalam pernyataan bahwa pihak berwenang tidak menyampaikan kekhawatiran apapun 

Kabar Staf Terlibat Organisasi Kejahatan, Qantas Merasa TergangguIlustrasi seorang anggota geng kriminal. (Pixabay.com/Sammy-Williams)

Dilansir dari BBC, Qantas mengatakan pihaknya merasa terganggu oleh klaim bahwa beberapa staf kemungkinan terlibat dalam orgnisasi kejahatan, menyusul adanya sebuah laporan bahwa geng kriminal telah menyusup di maskapai tersebut. Dalam sebuah pernyataan, Qantas mengatakan pihak berwenang tidak menyampaikan kekhawatiran apapun. Operasi intelijen rahasia telah menemukan hingga 150 staf Qantas Airways telah dikaitkan dengan kriminalitas.

Dikatakan lembaga percaya mereka termasuk geng motor yang terlibat dalam impor narkoba dan kegiatan lainnya. Laporan itu mengatakan dugaan kesalahan itu serius dan merupakan ancaman yang sangat tinggi terhadap perbatasan Australia. Sumber resmi yang diberikan pengarahan mengenai temuan tersebut tidak dapat berbicara di depan publik karena persyaratan kerahasiaan.

Tuduhan itu termasuk bahwa salah satu afiliasi geng motor bekerja di operasi bandara Sydney Qantas dan kemungkinan telah merekrut penjahat ke maskapai untuk membantu mengimpor narkotika.

2. Operasi intelijen telah menemukan sebanyak 150 karyawan Qantas yang diketahui terlibat dalam organisasi kriminal  

Kabar Staf Terlibat Organisasi Kejahatan, Qantas Merasa TergangguMaskapai pesawat asal Australia, Qantas Airways (Pixabay.com/Nel_Botha-NZ)

Pengungkapan tersebut dirinci oleh operasi intelijen dengan nama kode Project Brunello, yang menemukan bahwa sekitar 150 karyawan Qantas saat ini memiliki hubungan kriminal, dengan beberapa telah naik ke posisi yang relatif kuat di dalam maskapai. Namun terlepas dari itu, laporan yang diungkapkan oleh Brunello menyimpulkan bahwa secara kolektif kelompok karyawan Qantas ini dapat menyebabkan kerugian yang signifikan bagi komunitas Australia dengan mengkompromikan protokol keamanan dan memungkinkan impor obat-obatan serta bahan berbahaya lainnya melintasi perbatasan internasional negara tersebut.

Di antara pengungkapan yang paling memprihatinkan adalah keberadaan kelompok elit, yang disebut oleh laporan itu sebagai orang dalam terpercaya, yang terkait dengan sindikat kejahatan besar. Kepala di antara mereka adalah rekanan geng motor Comanchero yang telah menggunakan posisi mereka di manajemen menengah Qantas untuk merekrut penjahat ke dalam maskapai dan membantu mengimpor narkoba ke negara itu. Bekerja di luar Bandara Sydney, pria itu juga terkait dengan bos kartel Hakan Ayik, yang telah dilacak oleh jurnalis ke Turki.

Lainnya termasuk kontraktor Northern Territory yang terkait dengan geng motor Hells Angel yang telah menyusup penerbangan yang dilakukan oleh Departemen Pertahanan Australia. Sementara itu, kontraktor Perth lainnya diketahui telah menggunakan posisi mereka untuk mengangkut obat-obatan dalam jumlah besar. Untuk skala, pengungkapan terpisah yang diangkat oleh penyelidikan Komisi Intelijen Kriminal Australia (ACIO) mengatakan beberapa bos kartel bekerja sama menghasilkan keuntungan sekitar 1,5 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp21,4 triliun melalui impor narkotika.

Setidaknya beberapa diantaranya sedang berjalan melalui maskapai Australia, dengan anggota Comanchero dari apa yang disebut "Kartel Australia" ditemukan terkait dengan orang dalam terpercaya di Qantas. Sementara itu, badan intelijen menemukan bahwa mantan pengurus bagasi di Qantas mengaku bersalah telah mengimpor kokain senilai 68,5 juta dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp978 miliar bulan Mei 2021 lalu, yang sebenarnya membawa barang senilai 1 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp14,3 triliun.

Baca Juga: Qantas Airlines Larang Penumpang Pakai Sepatu Ini

3. Politisi oposisi Australia menyerukan peninjauan mendesak keamanan di bandara Australia 

Kabar Staf Terlibat Organisasi Kejahatan, Qantas Merasa TergangguBendera Australia. (Pixabay.com/Linda72)

Politisi oposisi dari Partai Buruh Federal, Kristina Keneally dan Catherine King, menyerukan peninjauan mendesak keamanan di bandara Australia menyusul laporan tersebut. Pernyataan dari kedua politisi ini mengungkapkan kisah yang tak terhitung dari COVID-19 adalah bahwa sindikat kejahatan terorganisir tidak hanya beradaptasi tetapi berkembang di era pandemi COVID-19, sementara pemerintah Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, tertidur di belakang kemudi keamanan bandara.

Tak sampai di situ, tuduhan itu datang dalam periode yang sulit bagi maskapai nasional Australia. Ini telah terpukul keras oleh pandemi dan bulan Mei 2021 lalu mengatakan akan melaporkan kerugian tahunan sebelum pajak lebih dari 1,5 miliar dolar atau setara dengan Rp21,4 triliun. Seperti banyak lainnya, maskapai ini telah memangkas sebanyak ribuan pekerjaan dalam upaya untuk mengatasi krisis yang telah menghancurkan perjalanan.

Baca Juga: Dampak COVID-19, Qantas PHK 2 Ribu Pekerja Lagi

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya