Kejaksaan Brazil Selidiki Kontrak Kesepakatan dengan Vaksin Bharat

Mereka menilai harga yang disepakati dinilai terlalu tinggi

Brasilia, IDN Times - Pihak Kejaksaan Federal Brazil telah menyelidiki kontrak terhadap vaksin buatan India, Bharat Biotech, pada hari Selasa, 22 Juni 2021, waktu setempat. Mereka menilai harga yang disepakati dalam kontrak tersebut terlalu tinggi. Bagaimana awal ceritanya?

1. Nilai kontrak tersebut menarik perhatian dari penyelidikan Senat Brazil

Kejaksaan Brazil Selidiki Kontrak Kesepakatan dengan Vaksin BharatIlustrasi kontrak kesepakatan. (Pexels.com/pixabay)

Dilansir dari Aljazeera.com, Kejaksaan Federal Brazil telah membuka penyelidikan atas kontrak senilai 1,6 miliar real atau setara dengan Rp4,66 triliun untuk 20 juta dosis vaksin COVID-19 yang dibuat oleh Bharat Biotech India. Kantor Kejaksaan setempat mengutip harga yang relatif tinggi, pembicaraan cepat, dan persetujuan peraturan yang tertunda sebagai tanda bahaya untuk kontrak Bharat yang ditandatangani pada Februari 2021 lalu, sebelum kesepakatan serupa dengan Pfizer dan Johnson & Johnson. Pihak Bharat tidak
menanggapi permintaan komentar di luar jam kerja di India.

Kontrak Bharat juga menarik perhatian dari penyelidikan oleh pihak Senat Brazil, yang meminta kesaksian pada hari Rabu, 23 Juni 2021, ini waktu setempat dari Kepala Precisa Medicamentos, perantara Bharat di Brasilia, Brazil. Membenarken penyelidikan awal, jaksa menandai dalam sebuah dokumen tertanggal 16 Juni 2021 lalu bahwa mitra Precisa termasuk Global Saude, sebuah perusahaan yang dituduh menjual tetapi tidak mengirimkan obat ke Kementerian Kesehatan Brazil dalam kasus yang sedang diselidiki oleh polisi. Precisa mengatakan tidak mengetahui penyelidikan jaksa dan terbuka untuk bekerja sama dengan penyelidik Senat.

Dalam sebuah pernyataan, perusahaan mengatakan pembicaraannya dengan Kementerian Kesehatan terkait transparan dan harga vaksin Bharat di Brazil dikenakan biaya yang sama di lebih dari selusin negara lain.

2. Jaksa penuntut mempertanyakan alasan Kementerian Kesehatan membeli vaksin Bharat Biotech tanpa melewati aturan yang berlaku

Kejaksaan Brazil Selidiki Kontrak Kesepakatan dengan Vaksin BharatIlustrasi palu pengadilan. (Pixabay.com/succo)

Jaksa penuntut setempat mempertanyakan mengapa Kementerian Kesehatan Brazil setuju untuk membeli vaksin buatan Bharat Biotech, yang tidak melewati rintangan peraturan, dengan harga sekitar 15 dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp216,8 ribu setiap dosisnya, jauh lebih banyak dibandingkan yang dibayarkan untuk vaksin buatan Pfizer, yang memiliki persetujuan peraturan. Mereka menilai sejarah ketidakberesan yang melibatkan mitra di Precisa dan harga tinggi yang dibayarkan untuk dosis berdasarkan kontrak memerlukan penyelidikan mendalam baik dalam aspek perdata maupun pidana.

Dalam dokumen terpisah, penyelidik Senat mengutip kesaksian dari seorang PNS yang tidak disebutkan namanya menggambarkan tekanan abnormal dari pejabat senior Kementerian Kesehatan Brazil untuk mencapai kesepakatan dengan vaksin Bharat, bermerek Covaxin. Pada bulan Maret 2021 lalu, regulator kesehatan Brazil, Anvisa, menolak permintaan dari pemerintah setempat untuk mengimpor dosis Covaxin, dengan alasan kekhawatiran mengenai standar manufaktur Bharat, serta kurangnya data keselamatan dan dokumentasi lainnya. Bulan Juni 2021 ini, Dewan Anvisa setuju untuk mengizinkan impor hanya sebanyak 4 juta dosis Covaxin untuk studi lebih lanjut mengenai keamanan dan keefektifannya, tetapi Kementerian Kesehatan Brazil harus terlebih dahulu menandatangani perjanjian dengan regulator mengenai kondisi-kondisi utama.

Baca Juga: Brazil Tembus 500 Ribu Kematian Akibat COVID-19

3. Pihak Bharat Biotech telah mengirimkan data dari uji coba fase ketiga ke Drugs Controller General of India

Kejaksaan Brazil Selidiki Kontrak Kesepakatan dengan Vaksin BharatIlustrasi vaksin COVID-19. (Pixabay.com/spencerbdavis1)

Pihak Bharat Biotech telah mengirimkan data dari uji coba fase 3 vaksin ke Drugs Controller General of India (DCGI) pada hari Selasa, 22 Juni 2021, waktu setempat. Perkembangan yang terjadi di tengah kontroversi data dari uji coba tahap ketiga Covaxin yang sebelumnya dikatakan Bharat Biotech akan dipublikasikan pada bulan Juni 2021 ini, hanya untuk kemudian mengumumkan bahwa data tersebut kenyataannya akan dipublikasikan pada bulan Juli 2021 ini, penundaan sekitar sebulan dari jadwal yang diumumkan sebelumnya. Covaxin adalah salah satu dari 3 vaksin yang digunakan untuk melawan virus COVID-19.

Itu diberikan persetujuan oleh DCGI pada bulan Januari 2021 lalu, bersama dengan vaksin buatan AstraZeneca yang sedang diproduksi secara lokal oleh Serum Institute of India (SII) yang berbasis di Pune sebagai Covishield. Upaya vaksinasi terhadap COVID-19 di India dimulai pada tanggal 16 Januari 2021 lalu. Sejak awal, keraguan telah muncul mengenai kemanjuran Covaxin karena vaksin tersebut diberikan EUA tanpa menyelesaikan uji coba tahap ketiganya. Data sementara yang dirilis oleh Bharat Biotech pada bulan April 2021 lalu menunjukkan bahwa sekitar 78 persen efektif terhadap penyakit simtomatik dan 100 persen terhadap penyakit serius.

Pekan lalu, Bharat Biotech membantah desas-desus bahwa pihaknya telah menyerahkan data fase ketiga ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk persetujuan badan kesehatan global, menyebut laporan semacam itu tidak benar dan kurang bukti.

Baca Juga: Brazil Tolak Vaksin Sputnik V dari Rusia

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya